15.Usapan Lembut

2 1 1
                                    

{Usapan Lembut}

"Aswan kenapa belum tidur? Aswan dari mana? Aswan bawa apa?" tanya Azila berturut-turut. Azila memeluk gulingnya erat. Dia takut, Aswan akan marah soal kejadian di air terjun tadi. Hatinya was-was.

Aswan menoleh. "Habis ngambil makanan dibawah. Lo mau?" tawarnya lalu menyodorkan kresek putih berisikan nasi dan lauk pauk.

Azila menggeleng. Dia sudah tidak berselera untuk makan saat ini. "Ngga. Ini udah malem. Kalo Zila makan, nanti Zila jadi gendut," tolaknya lalu menatap Aswan lembut. Dia menatap Aswan yang membalasnya dengan anggukan.

"Yaudah gue makan ya,"

Azila menggangguk. Dia hanya ingin menatap Aswan saat ini. Azila menatap Aswan yang sedang makan dengan anggun layaknya pangeran dinovel-novel. Bulu mata lentik, bibir yg tipis dan rahang yang tegas. Apalagi ketika Azila melihatnya sedang menenggak botol air sehingga leher putihnya terekspos. Sensasinya melegakan dan mencerahkan mata.

"Oiya, Ciara kemana? Dari tadi Zila gak liat dia" tanyanya pelan. Dia ingin melihat ekspresi Aswan tentang ini.

Aswan meletakkan botol airnya disamping.
"Dia lagi ke kamarnya Karla" jawabnya. Aswan menautkan jarinya dengan siku yabg bertumpu pada paha.
"Kenapa lo belum tidur? Ini udah malem," tanyanya kemudian menoleh pada Azila.

"Belum ngantuk. Biasanya Azila kalo mau bobo diusap-usap bunda dulu. Tapi kan sekarang Azila jauhan sama Bunda.." balasnya dengan tidak bersemangat. Dia jadi ingin diusap lagi oleh tangan Ibundanya.

Aswan mengangguk. Apakah Azila sedang mengode padanya? Begitu pikirnya. Dia yang melihat Azila tidak bertenaga seperti itu menjadi tidak tega.
"Yaudah lo tidur. Biar gue yang usap-usap kepala lo." suruh Aswan kemudian dia menghampiri Azila dan duduk disisi ranjang itu.

"Beneran?" tanya Azila berbinar-binar dan melepaskan gulingnya. Dia harap adegan romantis seperti ini akan selalu ada dikehidupannya bersama Aswan.
"He'em" Aswan lantas memberanikan diri mengusap puncak kepala Azila. Rambutnya yang sedikit bergelombang dan halus membuatnya terpana.

Azila memejamkan matanya menikmati setiap usapan tangan halus milik Aswan dikepalanya. Detak jantungnya tidak sinkron kali ini. Begitupun sebaliknya. Azila membuka matanya dan menatap Aswan yang asik mengusap kepalanya.

"Kenapa?"

"Pengen bobo," rengek Azila. Menangkap guling disisinya lalu memeluk dengan nyaman.

"Kalo gitu lo bobo. Biar gue yang jagain lo disini" Aswan tersenyum dan memberhentikan usapannya. Tatapannya teduh membuat siapapun pasti akan tersepona. Aswan mengucapkannya tulus. Dia tahu, bahwa gadis loli seperti Zila tidak boleh kekurangan perhatian.

Azila menoleh.

Detak jantung keduanya kini terasa cenat cenut. Jika ini siang, mungkin Azila akan berlari dan bersembunyi dihutan dengan pipi yang ngeblush. Entah sadar atau tidak, mulut Aswan melontarkan kalimat yang membuatnya melayang dan semakin bersemangat dalam mengejar Aswan.

Azila mulai terlelap. Dia memang sudah mengantuk sejak tangan Aswan menjelajah kepalanya. Aswan tidak sadar jika Zila sudah terlelap.

"Katanya lo mau tidur, yaudah tidur. Gue nungguin Ci-" belum sempat melanjutkan kalimatnya, pintu terbuka dan menampilkan Ciara didepan pintu. Raut wajahnya yang selalu antusias berganti menjadi tatapan sedih.



"Kalian. . . Lagi ngapain?" tanya Ciara. Matanya menangkap sosok Azila yang dipangku nyaman oleh Aswan. Azila masih terlelap halus dan tenang.



"Ngusapin kepalanya. Azila gak bisa tidur kalo kepalanya gak dielus-elus dulu" jawab Aswan tanpa terganggu. dia menatap ke bawah dan menyadari Azila telah terlelap. Sejenak dia berpikir dunianya teralihkan jika bersama Azila. Begitupun sebaliknya jika dia bersama Ciara.

Inget Wan, gak boleh ke pancing sama Keduanya! batin Aswan berperang.

"Oh gitu ya, Ciara masih takut sama Zila. . . Nanti kalo Zila jahatin Cia lagi gimana?" tanyanya polos. Boneka pororo yang sama masih berada didalam pelukkannya.

Aswan terkekeh gemas. Kini, dia serasa mempunyai dua adik manja. Tidak seperti Raya yang hobinya dorong dia pas lagi tidur pagi-pagi.
"Gak akan. Azilanya juga udah tidur tuh" ucapnya kemudian menunjuk Azila yg terpejam dengan dagunya.

"YEEEE CIA BISA BERDUAAN DONG SAMA BEE ASWAN!" Pekiknya senang seperti anak kecil. Aswan tersenyum teduh. Kemudian dia membaringkan kepala Azila dibantal dan menghampiri Ciara.

Azila melenguh. Samar-samar suaranya menangkap suara Ciara yang berisik. Dia membuka matanya pelan. Rasa kantuk dan berat dimata membuatnya sedikit enggan membuka mata. Matanya menangkap sosok Aswan yang berpelukan bersama Ciara.

Sakit.

Azila juga tidak boleh egois. Karena Aswan selalu membagi perhatian yang sama. Namun, melihat dia membagi perhatian ke yang lain membuatnya serasa mempunyai saingan berat.

"Eh Azila udah bangun?! Aduh, Ciara ngumpet dimana ya?" Tanya Ciara kocar-kacir kesana kemari seperti ketahuan berselingkuh. Panik ketika dia melihat Azila membuka matanya.

Aswan menggeleng "Gak usah ngumpet, Cia kan pemberani. Azila gak bakal apa-apain Cia kok," ucapnya kemudian melepaskan pelukan singkat itu.

Azila menguap. "Ciara kan cuman mantannya bang Aswan, tapi kenapa peluk-peluk?" tanya Azila dengan nada yang lirih karena mengantuk. Dia mengeluarkan semua pertanyaan dipikirannya sekarang.

"Bee Aswannya juga gak keberatan. Lagipula Ciara-" kalimatnya terpotong.

"Udah-udah. Kalian kenapa gak tidur hm? Ayo sini tidur" ajaknya.

"Aswan mau gak usap kepalanya Zila lagi?" tanya Azila sembari nyengir gaje. Aswan menoleh lalu menghampirinya. Ciara mendengus.

"Cia juga pengen diusap!" ucap Ciara ketika dia melihat Azila yang mulai terpejam.

"Azila dulu ya Cia," ucap Azila mengandung nada panas-panas. Dia bergerak nyaman dan mulai terpejam lagi.

"IH! BEE ASWAN HUAAAAA!! CIARA BILANGIN KE BUNDA! BIAR BEE ASWAN DIOMELIN!!" Teriaknya kemudian mendudukkan diri dilantai. Kakinya menendang-nendang boneka pororo.

Aswan lelah dengan Ciara, Jika sudah membawa-bawa nama Bunda. Dia menghela nafas kemudian mengembuskannya pelan.
"Jangan nangis. Cia jelek kalau lagi nangis. Yaudah bee usapin ya kepalanya." Aswan beranjak dari duduknya. Azila mencekal tangan Aswan.

"Zila gimana?" tanyanya dengan raut mengsedih.

"Ciara berisik. Bisa-bisa guru pada denger, nanti kita dimarahin. Lo mau kita dimarahin?" tanyanya. Azila menggeleng lemah.

Aswan menghampiri Ciara dan menggendongnya. Ciara terpekik senang.
"Cia dulu ya Zila" ucapnya kemudian dia didudukkan oleh Aswan diranjang yang seharusnya dirinya tiduri.

Azila mendengus kesal. Dia memeluk gulingnya erat. Membalikkan tubuhnya dan berharap segera terlelap seperti tadi. Dia menengok kebelakang dan mendapati Ciara yang dipangku oleh Aswan mengoceh sembari memainkan bonekanya. Sesekali dia melihat Aswan tersenyum akibat ocehan Ciara.

"Azila pengen cepet-cepet pagi!" kesalnya diakhiri dengusan.

Perlahan dia merasakan lehernya dielus sesuatu dari belakang. . . Seperti terdapat kuku dilehernya. Tangannya meraba tangan yang berada dilehernya.

Kasar dan dingin.

Bukannya, tangan Aswan itu halus ya?

Gada adegan Horornya-_-

#IndonesiaMembaca

SalamSayang

Dara Selvia_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARTAPURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang