D u a p u l u h.

3.3K 83 0
                                    

"Tidak mau!"

Albar mendengar teriakkan istrinya yang menolak ide gilanya yang ia bisikan tadi hanya tersenyum puas memandang wajah terkejut Zoya.

"Ayo, katanya belum makan." Kata Albar langsung membopong tubuh mungil istrinya menuju pantry.

Sampai pantry bukannya diturunkan dekat meja makan, justru didudukkan di atas meja bar.

"Awas saja kalau pindah." ancam Albar mengecup singkat hidung Zoya.

"Tapi Al, aku kan bisa duduk dikursi situ." Tolak Zoya sembari menunjuk dimana letak kursi meja makan.

"Boleh, tapi tapi kita lakukan apa yang aku bisikkan tadi. Bagaimana sayang?"

"Al jangan gila, ini bukan kamar."

"Yasudah turuti saja apa susahnya."

Zoya hanya mendengus kesal tanpa mau menjawab perkataan Albar.

Mengenai bisikan suaminya tadi, boleh saja Zoya mengijinkan Albar melakukan kegiatan itu. Tapi tidak dengan tempatnya yang menurutnya terlalu terbuka.

Dirinya sendiri saja kalau melakukan kegiatan itu didalam kamar masih malu, apalagi kalau melakukan nya di area pantry.

Jelas Zoya masih kaku melakukan hal vulgar yang sama-sama menguntungkan. Tetap saja sebisa mungkin ia akan mencegah keinginan suaminya.

Zoya yang asik melamun menatap lurus kearah suaminya pun tersadar ketika Albar tiba-tiba mual.

"Kamu kenapa?" Tanya Zoya khawatir sembari memijat tengkuk Albar.

"Entahlah, bau nasi gorengnya tidak enak."  Balas Albar langsung merengkuh pinggang istrinya sembari menghirup aroma lavender dari tubuh Zoya sekuat-kuatnya menghilangkan bau nasi goreng yang ia buat.

"Kepala kamu terasa pusing?"

Zoya mematikan kompor listrik terlebih dahulu baru ia meladeni suaminya yang memeluknya manja.

Albar menggelengkan kepala untuk menjawab kemudian menggendong istrinya lagi dan didudukkan di meja bar seperti tadi.

"Lalu, kamu ngerasa ada yang sakit tidak?" Disentuh dahi Albar juga tidak demam.

"Yang bawah sakit yang.."

Mendengar ucapan suaminya seketika elusan tangan Zoya dirahang Albar terhenti, kemudian menatap bingung suaminya.

"Perut?" Dan sama Albar hanya menggelengkan kepalanya.

"Hm.. kaki?" Lagi. Albar hanya menggeleng memberikan jawaban.

"Lalu apa?"

Albar yang melihat kepolosan Zoya memilih diam, namun tangannya meraih tangan istrinya menuntun kearah selangkangan nya. Zoya yang masih menunggu tindakan suaminya pun hanya memperhatikan saja sampai..

"Akhh.."

Zoya yang kaget dimana letak tangan nya berada tanpa sengaja justru meremas gundukan keras milik suaminya.

"Ma-maaf," ia hanya menyengir melihat tatapan mata Albar.

"Tanggung jawab sayang, dia semakin keras."

"Kau sendiri penyebabnya."

"Aku hanya memberitahukan, tapi kamu yang nakal."

"Enggak! Kamu aja yang njebak."

"Tidak ada pilihan lain sayang."

"Al jangan bilang kampphh.."

Kali ini Albar tidak bisa menahan lagi melihat tubuh mungil istrinya yang terbilang cukup hot dimatanya. Remasan tangan Albar juga sangat pas meremas gundukan kenyal milik istrinya.

The Cold Man [New]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang