E n a m.

3.4K 103 0
                                    

Setelah selesai membeli cincin yang harganya begitu fantastis menguras kantong, namun tidak berlaku untuk keluarga seorang Draco yang terkenal dengan kekayaannya yang berlimpah.

"Heii.. tadi sungguhan harganya segitu?" Zoya masih tak habis pikir dengan harga cincin yang dibelinya.

Kalian kalau menggunakan uang ratusan miliaran sayang tidak uangnya dibelikan sepasang cincin? Koreksi.. C i n c i n !

"Sudah ku katakan aku kaya." Entah itu sombong apa sebuah kebenaran.

"Tapi itu miliaran tuan. Bukan jutaan." Ia heran dengan sikap enteng Albar yang habis menjajakan cincin yang di bandrol dengan uang ratusan miliaran.

"Mau aku kasih tahu biayanya pernikahan?" Pancing Albar yang melihat gadis seperti Zoya yang masih tidak percaya.

"Tidak. Tidak usah. Ayo pulang saja aku capek." Putus Zoya tak mau pusing memikirkan nominal uang yang begitu besar.

"Apa kau lapar?"

"Tidak. Aku hanya butuh istirahat."

"Baiklah."

Perjalanan pulang masih sama seperti awal mereka berangkat. Sesampainya di rumah Zoya langsung pamitan tanpa menawarkan singgah sejenak di rumahnya kepada Albar walau hanya sekedar untuk minum air putih.

...•••...


Begitu pula Albar selalu cuek, saat ini yang dia perhatikan hanyalah pekerjaan.

Map yang bertumpukan membutuhkan tenaganya agar membuat perusahaannya lebih berkembang lebih baik dari sekarang.

"Chris jadwal hari ini?"

"Rapat terakhir dengan tuan Vincent sekaligus makan malam tuan."

Chris adalah tangan kanan Albar yang selalu siap siaga 24 jam. Albar juga tak sepenuhnya percaya begitu saja karena tak ingin kejadian masa lalunya kembali terjadi.

Jika dia benar-benar tidak bisa mewakili acara rapat atau pertemuan dengan koleganya baru dia menyuruh Chris untuk mewakili nya.

"Dokumen sudah siap apa belum?"

"Sudah tuan, dokumen nya ada di laci nomer 3 warna hitam."

Setelah Chris memberitahukan letak dokumen nya dimana barulah dia mengecek.

"Keluar negeri lagi?" Tanya Albar memastikan bahwa dokumen yang dia baca tidak salah.

"Iya tuan, jadwal anda berangkat ke Jepang Minggu depan." Jelas Chris sopan.

"Baiklah kembalilah bekerja. Dan ingatkan aku nanti jika aku masih sibuk mengurus berkas-berkas ini." Perintah dan perintah yang selalu dia ucapkan.

"Baik tuan, saya permisi." Albar hanya memberikan anggukan tanpa membalas senyuman Chris.

Beginilah Albar dengan keseharian nya yang bisa menghabiskan waktunya ber jam-jam di kantor bersama berkas-berkas kesayangannya. Dalam ruangannya juga terdapat ruangan kecil untuk tempat istirahat nya, jika rasa lelah telah menyelimuti badannya maka dia lebih memilih menginap daripada pulang ke apartemennya.

Satu persatu tumpukan map telah menipis seiring berjalannya waktu hingga suasana cerah telah berganti gelap.

Pukul sembilan malam saat ini sangat cepat sekali dengan Albar yang menyibukkan diri hingga dia juga tak sadar kalau asisten nya Chris sudah pulang. Sekarang hanya trsisa dirinya yang merenung memikirkan Zoya yang nantinya akan menjadi istrinya.

Kedepannya juga dia akan bersikap seperti apa, dia hanya pasrah mengikuti alur takdir yang Tuhan berikan padanya walaupun tak seperti ekspetasinya.

The Cold Man [New]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang