Hari-hari telah berlalu dengan singkatnya. Dua belas mahasiswi ini masih terus mencoba mendekati anak-anaknya KaiSoo untuk menjalankan misi mereka yang telah dirancang dengan baik. Dan selama itulah dua belas lelaki manis ini menempel dengan anak-anaknya KaiSoo.
Kenapa mereka menempel? Alasannya karena mereka panas, gerah, haredang, haredang, haredang. Panas, panas, panas. Eaaa bernada:>. Dengan kelakuan dua belas mahasiswi baru itu, sebut saja geng Loona.
Tidak tahu saja kalau dua belas lelaki manis ini merasa cemburu walau sang crush juga berusaha menjauh dari geng Loona.
Tepat hari ini, mereka akan semakin waspada dengan geng Loona dan akan semakin menempelkan diri mereka dengan si crush. Mereka curiga dengan geng Loona ini, gelagatnya itu loh, aneh juga mencurigakan, ujar mereka. Bahkan mereka tak akan segan-segan untuk membunuh geng Loona saat ini juga jika memang geng yang berisi dua belas perempuan itu memiliki niat buruk.
Kalau mereka sudah merasakan firasat tak enak, maka firasat itu akan menjadi kebenaran. Oh ayolah, mereka tidak ingin firasatnya menjadi kebenaran. Sangat tidak ingin. Itu mengerikan, ugh!
Brak
"Mulai sekarang kalian harus dekat-dekat dengan kami selama dikampus!" Ujar Taeyong sembari menatap tajam Taeil dan saudara-saudaranya.
"Kenapa memangnya? Ah.. apa kalian cemburu dengan perempuan-perempuan itu yang selalu berusaha mendekati kami?" Tanya serta goda Jaehyun. Alisnya dinaik turunkan. Oh tuhan! Muka mereka memanas!
Ctak
Waktu terhenti, dengan cepat mereka menetralkan jantungnya yang sedang berdisko dan memadamkan muka mereka yang memerah.
Ctak
Waktu kembali berjalan. Mereka mendatarkan mukanya sebelum menjawab.
"Kata siapa? Ge'er cih."
"Masa sih? Beneran?"
"Ya."
"Boong ya?"
Plak
Taeyong menampar bibir seksieh Jaehyun dengan penuh perasaan, lalu tersenyum manis. "Cukup turuti apa yang kami suruh tadi, dan tidak usah banyak bertanya. Sudah ya, kami ingin duduk dulu. Byee~" mereka melenggang pergi menuju tempat duduknya masing-masing.
"Aku gapapa. Demi alek gapapa." Ujar Jaehyun sembari mengelus bibirnya yang berkedut nyeri.
"Alay lo bang!" Mark menoyor kepala Jaehyun.
"Adoh! Kurang ajar lo semarka!" Jaehyun membalas menoyor kepala Mark.
"Semarka gigimu!"
"Kenapa gigi gue? Putih? Tentu."
"Kuning! Bukan putih."
"Kurang ajar!"
"Sudah, sudah! Berantem mulu heran." Jisung melerai dua abangnya yang sedang bertengkar karena hal sepele itu.
"No berantem no life!" Ujar Jaehyun & Mark kompak, setelahnya mereka diam.
***
"Sekarang kita harus bagaimana? Mereka susah sekali untuk didekati. Setiap kita ingin mendekati mereka, pasti kedua belas lelaki itu menempel dengan mereka." Gowon mengusak kasar rambutnya.
"Coba lagi, jangan menyerah begitu saja dong. Kita akan coba lagi selama 1 minggu ini, kalau masih tidak berhasil, baru kita akan melakukan hal lain." Ujar Haseul.
"Bagaimana kita rencanakan hal lain dulu? Supaya nanti kita bisa langsung melakukannya." Usul Hyunjin seraya menatap teman-temannya.
"Idemu bagus sih, tapi sebaiknya ikuti kata Haseul dulu." Kata Yves.
"Huh, baiklah."
Tidak ada pembicaraan lagi sekarang, mereka lebih asik dengan dunianya.
"Apa kita harus menunggu 1 minggu lagi?"
"Ya, bersabarlah."
"Aku tidak bisa bersabar. Aku sudah tidak sabar untuk menghancurkan mereka." Ujarnya dengan penuh dendam.
"Aku juga, tapi kita jangan sampai ceroboh. Bisa-bisa kita yang akan dihancurkan oleh mereka."
"Itu tidak akan mungkin. Kita bahkan lebih kuat dari mereka." Sahutnya dengan pede.
"Aku tahu, tapi kita tetap harus berhati-hati. Bisa saja kan mereka tahu apa yang akan kita lakukan dengan mereka? Jika benar mereka tahu, pasti mereka akan berlatih dengan sungguh-sungguh hingga mengalahkan kita."
"Yak! Kau jangan berpikiran seperti itu dong!"
"Kan bisa jadi! Kita perlu waspada."
"Aku yakin mereka tidak tahu dan tidak akan curiga dengan kita. Bagaimana bisa mereka curiga dengan sahabatnya sendiri?"
"Kau benar juga hh." Mereka berdua tersenyum remeh.
***
"Kak Taeyong." Panggil Shotaro.
"Ada apa?" Taeyong melirik Shotaro.
"Apa kita bisa bolos kuliah selama 2 hari?" Taeyong mengerutkan dahinya.
"Kenapa?"
Shotaro menghela nafasnya. "Perasaan ku tidak enak terhadap Karina. Kita juga tidak bisa terus menerus mengandalkan kak Saerom. Walau dia adalah seorang guru di academy, pelatihan dia hanya bisa untuk dua kekuatan. Sedangkan klan kita memiliki semua kekuatan yang susah untuk dikendalikan jika bukan kita yang turun tangan. Kita juga harus mengajarinya untuk bisa menjaga dirinya sendiri dan bisa menyembunyikan identitasnya yang sekarang sudah menjadi bangsa peri. Bukan aku bermaksud meremehkan kak Saerom, tapi kita sebagai orang tuanya harus bisa melatihnya sepenuhnya." Jelas Shotaro panjang lebar. Taeyong terdiam, apa yang dikatakan Shotaro ada benarnya, tapi mereka juga memiliki kewajiban lain.
"Omonganmu ada benarnya juga Sho, tapi kita juga memiliki kewajiban lain. Kita bisa melatihnya saat malam tiba." Ten menyahut obrolan Taeyong dan Shotaro. Ia mendekati dua saudaranya itu.
"Percayakan saja pelatihan itu dengan Saerom. Dia bisa mengajari Karina untuk menjaga diri dan menyembunyikan identitasnya. Aku tau kau khawatir dengan Karina, tapi kita juga tak bisa untuk bersikap seenaknya. Peri goddess sudah memberi kita sedikit keringanan, masa iya kita bertindak seenaknya?" Shotaro terdiam. Suasana seketika langsung berubah menjadi hening.
Annyeong readers! Chap kli ini pendek dlu ya.
.Jika berkenan, jangan lupa vote & comment readers! Sampai jumpa!
Revisi : 27-12-22
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir || Nct ft. Guanlin [End]
FantasySemua kisah berawal dari 12 lelaki manis yang ditugaskan untuk melatih 12 dominan yang berada di bumi. Perasaan perlahan mulai tumbuh dihati kedua pihak. Semakin lama, perasaan itu semakin membesar. Tanpa disadari, tali merah mulai muncul dihati ked...