Chap 4

2.2K 248 22
                                    

"KAMI PULANG!" Mereka melangkahkan kakinya menuju dapur setelah melontarkan kalimat tersebut.

"Bunda kemana ya?" Mereka kembali melangkahkan kakinya. Menyusuri setiap tempat yang berada dimansion. Tumben sekali mereka tidak menangkap suara gerasak gerusuk di mansion ini, biasanya suara itu akan selalu terdengar walau sekecil apapun suara itu.

Mereka pun akhirnya berhenti didepan kamar sang bunda. Menempelkan telinganya kepintu. Samar-samar terdengar suara sang bunda yang terus berteriak.

"AHH! Y-YA DISITU! SHH."

Mereka menjauhkan telinganya dari pintu. Kenapa bisa pendengaran mereka tidak menangkap suara desahan itu? Apa jangan-jangan..

Oh! Tidak tidak! Jangan sampai hal itu terjadi! Mereka saling bertatap-tatapan lalu mengangguk singkat, mereka kembali menempelkan telinganya ke pintu kamar sang bunda.

"EMHH! AKHHH! YEAHH DADHH! NYAHH!" Oh my god! Nafas mereka tercekat, kali ini dugaan mereka ternyata benar!

Taeyong menatap Chenle sekilas. Dengan secepat kilat, ia langsung memeluk Chenle. Ia menarik nafasnya, dan,

"ASTAGA! CHENLE KU SUDAH TIDAK POLOS LAGI!" Taeyong berteriak sekencang mungkin didepan kamar bundanya. Sengaja.

Chenle membalas pelukan kakaknya. Sedangkan yang lain hanya bisa menutup telinga nya, bersiap -siap, karena telah menangkap sinyal darurat dari Chenle yang akan ikut berteriak sekencang - kencangnya.

"TELINGA LELE SUDAH TERKOTORI! YA TUHAN! APA SALAH KU HINGGA TELINGA KU YANG SUCI INI TERKOTORI!"

Haechan menempelkan telinganya kepintu. Suara-suara lucknut itu sudah tidak terdengar. Di acungkannya ibu jari nya pada dua saudara nya itu.

"Suaranya sudah tak terdengar kak."

"Syukurlah." Taeyong kemudian melepas pelukannya dengan Chenle.

Tok tok tok

"Bunda.. kami tidak ingin memiliki adik baru." Kata Taeyong sedikit berteriak. Nada nya seperti merengek. Lagi, sengaja. Tetapi fakta mereka yang tidak ingin memiliki adik kembali itu benar ada nya.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. Menampilkan sang bunda dan sang ayah yang tampak sedikit kacau? ah tidak, lebih tepatnya sangat kacau. Sang bunda nampak berantakan, terlihat dari rambutnya tak lagi rapi, mata nya sayu, bibirnya juga membengkak. Jangan lupakan di leher sang bunda terdapat beberapa bercak keunguan disana. Sang ayah pun tidak berbeda jauh tampilannya dengan bunda.

Ganas sekali.. batin mereka sedikit ngeri melihat bercak keunguan tersebut.

Sejak kapan ayah ada disini? Batin ke 12 bersaudara itu lagi dengan perasaan bingung.

Sang bunda dan sang ayah hanya cengengesan ketika terciduk sedang melakukan ritual menikmati nikmat dunia. 🌚

I know, kalian para readers pasti mengerti maksudnya [winkeu]

Ayah berdehem pelan lalu merangkul pinggang bunda dan menepuk-nepuk pelan pinggangnya. Netranya menatap anak - anaknya itu dengan lembut.

"Kalian semua mandi dulu. Terus keruang makan buat makan. Lalu tidur dan istirahat ya! Jangan ganggu bunda dan ayah, selamat malam nak! Have a nice dream! See u tomorrow!" Ujar ayah dengan cepat dan tersenyum sekilas. Pintu kembali tertutup. Seperti nya ayah akan menggempur bunda habis-habisan, terlihat dari pintu yang mengeluarkan aura kuat. Aura yang biasa di gunakan ketika kedua orang tua nya sedang menikmati nikmat dunia. Menandakan tidak ingin di ganggu.

"Ya tuhan.. sudah cukup adikku ada 11. Masa mau nambah satu lagi?" Chenle menepuk-nepuk pundak Taeyong.

"Aku belum punya adik kak." Taeyong menjitak kepala Chenle.

Takdir || Nct ft. Guanlin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang