Chap 21 || End ||

1.6K 112 10
                                    

"Hiks.." Reca kembali menangis saat mengingat kecelakaan KaiSoo yang merenggut nyawa keduanya, juga keadaan keponakan-keponakannya yang sedang berusaha melewati masa kritisnya.

Terhitung sudah dua minggu terlewati sejak kejadian tidak mengenakkan tersebut. Bae-Woo selalu menemani Reca disetiap waktu, selalu berada disampingnya kala Reca kembali menumpahkan air matanya, selalu berada disampingnya utuk menjaga kesehatannya agar tidak sakit.

"Kamu boleh menangis sepuasnya, babe, tapi coba pikirkan kesehatan mu juga. Lihat tubuhmu, semakin kurus."

"Bodo! Mau kurus kek manusia lidi juga bodo amat hiks!"

Bae-Woo menghela nafasnya, ia menatap dalam netra milik Reca. Tangannya bergerak menangkup pipi Reca dan menghapus air matanya dengan lembut.

"Dengerin aku, aku tahu kamu sedang berduka akan kematian Kai juga Kyungsoo, aku tahu kamu terpukul dengan kabar tersebut. Apalagi diwaktu bersamaan, anak-anak mereka juga dalam keadaan tidak baik-baik saja, mereka kritis, memaksakan mereka harus terjebak dalam tidur yang sangat panjang, bahkan kita semua tidak tahu pasti bukan, kapan mereka akan terbangun? Aku ngga ngelarang kamu buat numpahin kesedihan kamu dengan air mata, sama sekali engga, karena aku tahu, menahan tangis kala melihat orang yang tersayang menderita itu sangat menyesakkan. Tetapi Reca, kalau kamu numpahin kesedihan kamu dengan cara mogok makan gini, dengan tegas aku larang kamu lakuin hal tersebut. Itu ngga baik, sayang. Apa kamu ngga terpikirkan bagaimana perasaan mereka lihat kamu kaya gini? Mereka bakalan sedih, Reca. Mereka gamau kamu sakit." Tutur Bae-Woo panjang lebar, mencoba memberikan sedikit pengertian padanya. Reca bungkam sesaat.

Bae-Woo menghela nafasnya pelan, ia elus lembut pipi sang kekasih seraya mengulas senyum kecil. "Makan ya? Aku tahu kamu kuat, tapi jangan maksain diri ya?" Kata Bae-Woo dengan lembut. Reca terdiam sebentar, lalu setelah menghabiskan tiga puluh detik untuk berpikir, ia mengangguk mengiyakan.

"Good girl! Sekarang buka mulutnya. Aaa." Reca membuka mulutnya sesuai perintah. Bae-Woo menyuapkan satu sendok nasi beserta ayam ke mulut Reca, dengan senang hati Reca menerima suapan tersebut walau indra perasanya tidak menyecap rasa apapun dari makanan itu.

***

"Nak, kapan kalian akan bangun? Kalian tidak ingin menyapa adik bungsu kalian? Kalian tidak rindu dengan bunda, ayah, dan Karina?" Baekhyun berucap sendu. Tangannya bergerak mengelus surai sang anak dengan pelan. Disampingnya ada Chanyeol yang sedang menimang anak bungsu mereka serta memangku Karina yang hanya terdiam sembari menatap kosong enam kasur dihadapannya. Enam kasur lainnya berada di sisi kanan.

"Oekk.. oek." Tangisan si bungsu membuat Baekhyun berbalik dan mengambil alih bayi mungil itu dari Chanyeol. Karina turun dari pangkuan Chanyeol dan menghampiri si bungsu yang berada digendongan sang oma sembari menyusu di dadanya.

"Adek kenapa menangis tadi, oma?" Tanya Karina polos.

"Dia haus." Karina membulatkan mulutnya sembari mengangguk. Ia mendatangi kasur Haechan yang berada di sisi kanan dan ikut berbaring disebelah tubuh lemah sang mama. Ia memeluk Haechan dari samping yang terbebas dari selang infus.

Baekhyun dan Chanyeol hanya menatap Karina dengan pandangan sendu.

***

2 bulan kemudian..

Taeyong dan adik-adiknya telah tersadar dari tidur panjangnya. Ya, mereka telah berhasil melewati masa sekaratnya. Kini mereka juga sudah berangsur-angsur memulih, sekarang mereka sedang menyantap makanan dengan bunda juga ayah serta Karina yang terlihat sangat bahagia.

Ya, kelebihan klan Raverxa adalah cepatnya masa pemulihan. Untungnya mereka tidak mati karena kehilangan banyaknya energi kala itu.

Ya siapa yang tidak bahagia kalau sosok yang disayangi telah terbangun dari dari tidur panjangnya? Yang pasti bukan Karina juga ChanBaek.

Takdir || Nct ft. Guanlin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang