PART : 9

826 7 0
                                    

Sebuah villa mewah yg terletak di pinggir kota Bogor bak istana kerajaan dengan dikelilingi hutan kecil, dengan halaman luas terparkir puluhan mobil mewah dan dijaga ketat puluhan sniper. Tamu yg datang harus lewat pintu gerbang yg tidak hanya dipasang cctv, tetapi juga harus ketik password pada layar komputer yg dipasang di pos jaga terdepan. Itulah kerajaan pimpinan mafia perwakilan Asia tenggara. Di dalam ruang utama yg cukup luas untuk pertemuan atau sidang telah hadir lebih dua puluh orang penting dalam organisasi kejahatan berkelas itu. Aku duduk di deretan orang penting yg punya hak untuk bicara perencanaan dan eksekusi jaringan mafia di dunia.

Sepuluh eksekutor  atau pembunuh bayaran tersebut hanya aku yg wanita dan masih muda belia. Tapi om Johan sangat menghormati semua anggota eksekutor. Aku tidak cukup puas dengan status yg kusandang, karena aku punya cita2 lebih dari itu. Paling tidak punya saham dan berhak untuk main belakang agar mendapat keuntungan dari pekerjaan yg bertaruh nyawa. Bukan tidak mungkin jika ada persaingan antar anggota atau niat jahat untuk menjatuhkan kawan senditi yg dianggap berkhianat atau over task. Seperti Ipul yg telah kubunuh karena tugas dari Johan yg dianggap telah berkianat atau korupsi. Dan aku telah mengambil kesempatanku memperoleh keuntungan tanpa sepengetahuan boss. Itulah mafia.

Ada tamu yg adalah masih keluarga ketua Mr. Taywong yg dianggap telah bersekongkol dengan petugas untuk menangkap pengusaha obat rekanan Mr. Taywong. Dua orang itu adalah Keith dan Omar yg datang atas undangan om Johan untuk mengklarifikasi insiden di hotel Holywood.

Keith menjelaskan jika ia samasekali tidak tahu tentang insiden itu karena sedang berlibur di Tokyo.

" Bagaimana mungkin aku menggrebek usahaku sendiri.. ?"

" Itu bukan usahamu. Itu uangku yg kau investasikan di Malaysia."

" Yah. Makanya aku tidak mungkin melakukannya. Apakah aku inginkan kematianku ? Jelas tidak masuk akal."

" Andai ada bukti, apa yg harus kau lakukan ? Tanggung jawabmu sebagai anggotaku...?" tanya Johan menyudutkan Keith di dalam ruang tertutup itu. Tapi Keith tetap bersikeras dan bersumpah didepan Johan dan Mr. Taywong.

" Kalau ada buktinya.. tembak aku. Biarlah nyawaku sebagai gantinya." kata Keith dengan mata melotot meyakinkan Mr. Taywong. Tapi Johan malah tetsenyum sambil memencet remote layar TV plasma pada dinding disamping Keith.

" Kamu lihat rekaman cctv itu." kata Om Johan sambil menunjuk layar plasma pada dinding. Keith sedang bicara pada penguasa sambil menyerahkan uang suap dan bicara rahasia. TOLONG BAPAK ATUR SAJA. SAYA MAU KE TOKYO.

Keith tidak bisa melanjutkan kata2 nya karena di dalam cctv jelas fotonya. Apakah mungkin ada orang yg mirip dengannya ?

" Tapi... Tapi.. Aku tidak melakukan itu semua.." bantah Keith sambil setengah menangis lemas.

" Sudahlah.. Aku percaya kamu tidak melakukannya...cuma aku ingiin kamu meninggalkan Jakarta hari ini juga, dan bawa keluargamu. Aku sudah belikan tiket untuk pesawat yg terbang hari ini. " kata Johan seraya mengeluarkan dua lembar tiket pesawat menuju Tokyo diberikan kepada Keith. Keith menangis terharu sehingga memeluk tangan Johan dan berbisik.

" Terimakasih boss. Aku akan tetap setia dan tanggung jawab pada tugas dari anda."

" Yah..cepatlah kamu berangkat.. Diluar sudah ada mobil yg mengantar kamu ke bandara." kata Johan.

Keith keluar dari ruangan menuju lobby yg sudah siap para eksekutor menembak tubuhnya dengan senapan mesin hingga tubuh pengkhianat itu roboh di lantai bermandikan darah.

" Dorr..dorr..dor..dorr..!!!!!"

Tubuh yg telah tak bernyawa itu diangkat dan diletakkan dalam lory dan diceburkan ke dalam kolam buaya peliharaan Mr. Taywong. Karyawan telah membersihkan darah yg tercecer di lantai. Giliran dua orang anggota yg dinyatakan bersalah karena tidak setia menjalankan tugas harus menghadap Mikel untuk menerima sanksi ringan. Aku cuma duduk ikut menyaksikan bagaimana para anggota mafia yg harus dihukum karena kesalahannya. Seperti kedua orang yg tidak loyal itu cuma dipotong jempol tangannya dengan tang penggunting kawat. Aku tak sanggup melihat kekejaman itu.

THE ROSE in MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang