PART : 13

355 7 2
                                    

Tiba di Sutta Airport Jakarta aku melihat sudah banyak orang menunggu kedatangan dan aku takut jika anak buah Freddy sudah menghubungi orang2 yg di Jakarta untuk menangkap aku. Akupun cepat mengirim foto kematian Freddy kepada Johan hingga ia dengan sangat bersukacita bersorak.

" Wow..aku siap menjemputmu sayang.." kata Om Johan. Diem2 aku sudah transfer uangku yg jutaan dollar ke rekening adikku. Dan uang yg sekarang ada di koper akan kubawa ke bengkel milik papaku.

Benar dugaanku, saat pesawat yg kutumpangi landing, kulihat kukira para penjemput penumpang yg berkerumun di landasan, ternyata para polisi yg terhubungi polisi Diraja Malaysia. Semua penumpang digeledah dari perhiasan yg kupakai hingga kantung makanan yg kutenteng dalam tas terbuat dari kain. Beruntung aku lolos karena barang yg kubawa tak terdeteksi dari logam. Bisa masuk peron dan cari taxi itu sudah kebahagiaanku setelah kopor uang di bagasi kuambil. Horee aku sudah lolos dari tugas dan bawa duit banyak tentu. Tapi aku masih ragu dengan isi koper yg kubawa dari Fredy. Benarkah itu uang dollar asli ? Kalau benar, sebodoh itukah ia memberikan hadiah kepada orang yg belum terbukti melaksanakan tugasnya ? Aku baru ingat jika kopor itu berisi data finance yg bukan uang tunai milik Johan. Artinya untuk mencairkan harus melalui konfirmasi Fredy atau kuasa hukumnya. Aku jadi galau di dalam taxi yg kucarter karena kelamaan menunggu om Johan datang. Kuambil hpku di dalam koper kecilku dan kucari data pengangkatanku sebagai anggota Freddy. Tapi aku tambah galau ketika taxi yg kutumpangi tidak menuju arah tujuanku. Tapi masuk di komplek condominium daerah Pluit.

" Ini mau kemana pak ? "

" Tenang saja..saya ditugaskan pak Johan untuk menjemput nona."

Waduh ! Rencanaku jadi ambyar. Aku harus pulang ke rumahku yg baru untuk menyimpan atau membuang kopor yg berisi data om Johan.

" Ini aku akan pulang dulu untuk menyimpan kopor pak. ke rumahku dulu.' kataku kepada sopir. Aku tiba2 merasa khawatir jika Fredy ternyata belum mati dan ia sudah mengkontak om Johan. Bisa2 aku terjebak dalam perangkap yg kubuat sendiri.

Aku sadar jika aku masih anak2 yg belum punya pengalaman. Nyaliku besar karena aku belum menghadapi sikon yg besar seperti saat ini. Namun aku selalu berdoa kepada Tuhan semoga aku diselamatkan dalam setiap masalah. Didalam mobil aku buka kopor dan check data yg ada. Aku telah ubah data yg tersimpan dalam labtop dan kutransfer ke dalam akunku. Semuanya lancar hingga nanti jika om Johan mengecek data sudah kuubah dan takkan bisa ditemukan lagi.

Aku jadi gugup saat mobil tidak masuk ke rumah ayahku, melainkan ke apartemen baruku yg dibelikan om Johan. Aku baru sadar jika aku tak tinggal lagi bersama ayahku sejak menjadi anggota mafia.

" Conggeatulation to you babe..my lady beloved.." pekik om Johan yg sudah berdiri bersama 4 bodyguard di depan lobby apartement. Om Johan merentangkan kedua tangannya dan memelukku erat sambil menciumi pipiku berulang- ulang.

" Aku tak menyangka...kamu sangat hebat sayang. Aku sudah terima foto bangkai anjing Fredy. Kamu memang smart !! Very smart !!" kata Om Johan sambil memelukku seperti sudah bertahun tidak bertemu. Ah ya pasti karena perjalananku adalah ibarat melintas jembatan sirotol Mustaqim. Aku ke istana sang master mafia dan bisa membunuh Fredy itu sudah prestasi luar biasa bagi Om Johan yg selama ini hanya bermimpi. Perjalanan yg sangat berbahaya tentunya. Salah langkah sedikit bisa mati sia2. Tapi ini mafia bung. Tidak ada yg tidak mungkin. Aku harus berhati- hati jika ada pihak yg tidak menyukaiku, bisa saja aku dijebak dan dibunuh.

" Tapi kamu mesti lihat ini babe " kata Om Johan saat berada diatas tubuhku yg sudah tidak berbusana Om Johan menunjukkan video cctv kiriman dari bandara Sepang yg sahabat om Johan . Dalam cctv itu memperlihatkan saat aku naik ke tangga pesawat dan Freddy memfoto aku menggunakan hp milikku yg sudah kumodifikasi hardware nya hingga tubuh Fredy langsung terjatuh di landasan pesawat yg kerumuni bodyguardnya. Dadaku berdegub kencang saat aku melihat video itu. Takut jika wajahku sudah terekam camera cctv.

" Kiriman temanku yg jadi markonis di tower Sepang. kamu memang smart tank." puji om Johan sambil menggigit hidungku dan menggenjot milikku lembut.

" Apakah ada yg tahu, jika kamera yg digunakan Fredy itu..." kataku terpotong jawaban Om Johan.

" Aku tahu, itu kamera milikmu karena aku yg mengajarkan kepadamu untuk menggunakannya"

Aku jadi takut jika Fredy ternyata masih hidup dan memerintahkan anggotanya untuk memburu aku hidup atau mati. Aku memandang mata om Johan penuh tanda tanya keraguan.

" Kenapa ? Gak usah takut. Tidak ada yg memburumu. Semua petugas dan aparat mafia di Asia tenggara ini koneksiku. Mereka segan kepadaku dan semua anggota mafia di bawah pimpinan ku." kata Om Johan agak membuatku tenang. Walau dalam hati kecilku tetap ada rasa was2 bila aku berada di tempat umum pasti ada yg mengawasi ku.

Kalau ada balasan dari istri Freddy atas kematian suaminya, aku sudah pindah tempat di desa dan aku sudah masuk jadi donatur sebuah partai penguasa . awal karir baru menyingkap dan sweeping usaha malem milik mereka atau ikut mewarnai politik dan system'.

THE ROSE in MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang