PART : 15.

215 6 0
                                    

Ternyata adikku masuk anggota geng motor di daerah Tanah Tinggi yg cukup besar. Adikku kemarin terjaring razia lawan hingga harus disandera dan diancam akan dibunuh bersama sepuluh temannya. Dimas sedang dalam bahaya ketika menghubung aku lewat hp yg dipegang oleh lawan gengnya.

     " Mbak..tolong mbak..siapkan uang 10 juta. Kalau tidak, saya pasti dibunuh mereka " kata Dimas dalam telepon. Lalu seorang dengan suara serak menyambung pembicaraan.

       " Tenang saja mbak, gue nggak siksa adik Mbak kok asal mbak kirim yg gue minta." kata suara itu.

        " Caranya ?"

        " Kalau nomer rekening, gue pikir bodoh ? Gue bisa dilaporin ke polisi dan nomer rekening diblokir. Mbak taroh saja di tong sampah dekat mesjid An- Nur. Jangan bikin ribut."

      " Share lokasi !"

      " Gak penting. Jangan bawa polisi kalau pengin adik Lo hidup"

      Aku langsung hubungi teman di kawasan Tanah Tinggi yg kenal dengan suara dalam rekaman hp. Ivan setuju.   Ivan cepat bergerak dan suruh Jango penguasa gengster Jakarta Timur mencari lokasi target.

      Lima menit berselang, hpku bergetar lagi. Aku angkat dan coba dengar komentarnya.

      "Aduhhh..ampuuun..sakit" suara rintihan itu jelas suara Dimas yg kelihatannya dihajar oleh geng itu.

       " Kenapa ?" tanyaku.

       " Mbak jangan ingkar ya..kalau ingin adik Lo keluar hidup." kata dalam hp ku. lalu dimatikan.

      Ternyata Jango sudah menaruh uang ke dalam tong sampah, kemudian pergi. Ketika ada orang yg memungut uang itu langsung disergap dan diminta tunjukkan lokasi tawanan gengster. Betapa kaget ketika pimpinan geng .motor itu masuk sambil marah2.

      " Ada apa boss ?" tanya Bebek yg jagain Dimas.

       " Lepasin dia cepat !" kata Zepplin.

        " Lhoh..uangnya ?" tanya Bebek lagi.

        " Lo cepet lepasin dia goblok!" bentak Zepplin. Dimas akhirnya dilepas dan Bebek bersama Dimas keluar dari rumah kosong itu. Di luar rumah, Jango sudah hajar habis para gengster yg telah menangkap Dimas.

       " Lo tahu gak ? Dia itu adik dari boss  Elang Hitam. Mana kalian tadi menyiksa dia lagi. Mana Bebek !" kata Jango yg bertubuh kurus tapi tatto sekujur tubuhnya. Bebek menggigil saat tangannya ditarik Jango dan jarinya dipotong dengan kapak.

      " Crakk!!"

      " Adoooohh!!" jerit Bebek yg kehilangan satu telapak tangannya ditebas kampak oleh Jango. Tidak satu telapak tangan, tapi lima batang jari tangan dipotong habis.

      Bebek tak habis pikir kenapa ia jadi salah sasaran menangkap Dimas yg berbuntut hukuman sadis.

     " Lo bikin malu grup aja. Emang gak ada mangsa lain di daerah selatan ? " kata Jango sambil mbuang Kampak berdarah itu ke samping tubuh Bebek

       ***

      " Lo hati2 naik motor, mending gak usah ikut geng kalau Lo belum siap. " kataku menasehati Dimas yg baru tahu jika kakaknya gengster kelas kakap.

       " Maaf mbak. Dimas gak akan mengulang lagi." kata adikku sambil menundukkan kepala.

        Baru saja makan siang di rumah  sudah ditelpon om Johan untuk terbang ke Muang Pukat Thailand. Duh belum rapi2 juga.

       " Tiket udah kubeliin. catat nih nomernya." kata  om Johan di seberang. Akupun cek message di hp. Lalu aku baca juga berita penting. Fredy masih hidup ! Fredy masih hidup !! Hah ?  Bagaimana mungkin fotonya yg kena tembakan dari hp sudah kukirim ke om Johan, kok bisa hidup lagi ?  Aku jadi curiga sama anak buah Fredy atau istrinya yg punya wajah kembaran Freddy saat tragedy kemarin.

        Lo hati2 dengan lingkungan kita, pasti ada mata2 dari Fredy. itu message yg paling menakutiku.

THE ROSE in MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang