PART : 17

47 1 0
                                    

Didalam sebuah ruangan yang remang2 aku diikat dan duduk disebuah kursi besi. Dua orang laki2 tinggi besar dan berotot datang kepadaku sambil membawa kunci untuk membuka gembok rantai yg mengikat tubuhku dengan kursi. Laki2 itu kurasa body guard yang membawaku semalam dgn mobil. Salah seorang tersenyum sambil mencolek janggutku dan berkata:

"You beauty!"

Aku terdiam saat rantai telah melepas ikatan tubuhku dan membiarkan aku berdiri dengan kedua tangan dipegang para body guard. Mereka kemudian membawaku masuk ke sebuah ruangan yang cukup mewah dengan lantai digelar permadani. Aku dibiarkan berjalan menuju sebuah kursi yang menghadap sebuah meja dimana seorang laki2 tampan yang pernah kukenal bernama Fredy sedang duduk dengan senyuman manis kepadaku.

"Welcome back to me honey." sambut Fredy saat menyambutku sambil mengisyaratkan aku duduk di hadapannya. Aku terdiam tidak bisa berkata apapun karena kondisi sudah terjebak.

"I wonder you, honey. I promise will give you alive when you may cooperatif"

"What do you mean?" tanyaku kepada Fredy.

"I'll pay you how much money you want." kata Fredy sambil mencubit pipiku. Aku masih teringat betapa sangat hangat pelukan bajingan ganteng itu saat kami bercinta bulan lalu.

"Aku kasihan kepada kamu sayang, jika kamu sesungguhnya telah jadi korban. Aku bisa saja melenyapkan kamu dari muka bumi saat ini. Tapi.. aku akan beritahu kamu dulu.. apakah benar kata - kata yang telah kuucapkan" kata Fredy sambil berjalan mondar- mandir di depanku.

     Bisa jadi aku akan mudah sekali dilenyapkan Fredy dari muka bumi tanpa harus menunggu persetujuan bosku Johan. Aku jadi merasa tak berdaya berada dalam tawanannya. Ia yang ternyata bisa mengendalikan semua kekuatan dari Jakarta bahkan Asia Selatan.

       Ketika tanganku ditarik oleh dua orang bodyguard melangkah memasuki sebuah ruangan luas, disana kulihat tiga orang pejabat yg aku kira adalah petinggi negeriku.  Aku agak terkejut ketika salah seorang pejabat itu menyapaku dengan suara familiar.

      "Hai.. Liza.. kita jumpa lagi nih." Spontan aku melirik wajahnya yg pernah kulihat di Jakarta. Aku coba ingat2, siapa ya dia.. bukan kolega om Johan tapi.  Tapi bagaimana dia bisa berada dalam istana Fredy?

      "Om Bram.." ujarku spontan. Laki2 setengah baya itu tersenyum sambil mengangguk ramah.

       Entah kenapa aku mendadak punya filing buruk kepada pejabat itu. Ia dengan angkuhnya melangkah menghampiri aku didukung Fredy merangkul pundakku.

      "Kamu kenal dia kan? Orang nomer satu di las Vegasnya Asia tenggara sudah takhluk kepadaku, apalagi cuma Johan. He he he.. ya nggak bro?" kata Fredy yg merasa telah memenangkan permainan. Aku tepiskan tangan om Bram yg meremas pundakku seakan telah menguasaiku untuk bercinta.

     "Aaach.." jerit om Bram saat tangannya kutepis dan kulempar jatuh ke lantai. Aku juga heran tiba2 aku punya kekuatan yg super. Om Bram terjatuh ke lantai dan susah bangun hingga reflek anak buah Fredy menodongkan pistol kepadaku yg dianggap melawan. Begitu juga Fredy yg kontan menarik tanganku sambil merapatkan ke dadanya. Aku tidak tahu kenapa aku menjadi sangat kuat jika berpikiran tidak suka kepada perlakuan mereka.

      "Kamu sentimen ya dengan om Bram? Ha ha ha tenang saja.. dia tidak lagi punya taring disini. Akulah yg berkuasa untuk memberi Bram hidup atau mati." kata Fredy seolah menenangkan hatiku.

      "Tidak! Aku ingin keluar dari sini." kataku sambil meronta dan melangkah menuju pintu gerbang yang dijaga puluhan bodyguard.

      Aku tetap melangkah menerobos tangan para body guard dengan mudah. Tapi kemudian kudengar rentetan bunyi tembakan mengarah tubuhku. Aku rasakan peluru hanya menyentuh kulitku seperti hujan lebat saja tapi tidak basah. Aneh. Aku terus berlari hingga menerobos dinding tembok tebal yg mengelilingi istana kepala gengster itu.  Aku telah berada diluar pagar benteng dengan selamat. Aku tidak percaya dengan apa yg terjadi hingga aku mencubit pipi dan lenganku terasa sakit. Berarti aku tidak bermimpi. Cuma aku bingung karena tidak membawa peralatan komunikasi seperti hp dan jam tangan otomatis untuk menghubungi Om Johan.

***

      Bagai berhadapan dengan cermin ketika aku sedang bingung dibelakang tembok pagar istana Fredy, muncul sosok wanita yg persis dengan wajahku.

     "Siapa kamu?" tanyaku lantang. Tapi wanita itu malah tersenyum seperti aku yg selalu ceria kepada orang.

     "Aku adalah Kamu. Aku adalah bayanganmu. Tenanglah.. aku selalu membantumu bila kamu menghadapi kesulitan" kata wanita itu. Tapi aku tidak langsung percaya, hingga dengan reflek menangkap tangannya. Tapi tanganku tak menyentuh apapun selain ruang hampa. Artinya wanita itu bisa kulihat tetapi tidak bisa kusentuh.

     "Kau.." kataku gugup.

     "Percayalah. Kini kamu punya kekuatan magis yang tak terkalahkan oleh manusia. Ayo.. kita keluar dari penjara ini.. aku akan bantu kamu" kata wanita bayangan itu sambil menarik tanganku keluar menembus tembok tebal istana Fredy.

THE ROSE in MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang