PART : 11

811 9 0
                                    

Malam yg hingar- bingar dalam sebuah diskotik di tengah kota Medan kian gegap gempita oleh tarian anak muda dan purel yg mengiringi musik hip- hop dan miras yg mengantarkan mereka ke atas awan tinggi. Beberapa intel yg menyamar di dalam lautan anak muda itu ikut sibuk minum dan ngobrol di sisi gelap ruangan dekat bar. Deretan kursi tinggi yg hanya diisi oleh dua orang tamu bertopi kulit dan berjaket hitam ngobrol dengan bartender.

" Mas..ada cimeng gak ?" tanya orang itu kepada bartender yg sedang meracik minuman miras. Bartender itu menggelengkan kepala.

" Kalau ada gue mau pesan. Ada fulus buat mas." kata orang berjaket kulit itu yg seorang intel menyamar pengedar narkoba.

" Gak tahu bang. Coba abang tempel waitress mungkin tahu." kata bartender sambil menyodorkan rokok yg dibeli orang itu. Mungkin bartender itu benar jika para purel suka jadi umpan menjualkan narkoba kepada konsumen yg rata2 anak muda. Bartender juga pada tahu jika para Intel itu suka mancing kepada bartender atau purel buat cari pengedar atau pemakai sabu yg bisa dijerat pasal narkoba dan tebusan ratusan juta rupiah. Karena itu bartender sudah bisa mencium kedatangan para Intel yg menyamar .

" Ini gue ada barang, elo mau beli berapa ?" bisik seorang berjaket item dan berkacamata hitam pula sambil menodongkan ujung pistol ke perut Intel. Mendapat ancaman, Intel itu reflek berbalik dan hendak membekuk penodong yg ternyata sudah merebut pistol di pinggangnya.

" Dorrr !!"

Letusan pistol berbunyi dan si jaket kulit inten jatuh di lantai bersimbah darah. Suasana jadi kacau. polisi datang berhadapan dengan massa preman yg disewa boss Crocodile. Pecah baku hantam dan cafe malam itu dibubarkan paksa. Masing2 pihak jadi korban penembak2 sewaan. Crocodile adalah geng besar sewaan boss Freddy sang raja dugem Asia tenggara yg memasok narkoba heroin dari China secara besar2 an dengan kedok import spare part mobil mewah. Fredy yg sudah berhubungan dengan para penguasa dari Pilipina hingga Thailand tak mau diserang oleh kroco2 .

***
" Hallo..Nona Elice ?" tanya Fredy di dalam vcnya ketika aku tak sengaja menemukannya dlm sosmed " bado "

Sama2 menyamar. Aku tertarik menjawab questionnya karena tahu jika dialah yg diceritakan om Johan kalau menjadi ancaman bisnisnya. Om Johan berencana membunuh Freddy. Freddy yg ganteng kek artis itu royal banget. baru kenal aku saja sudah transfer $ 100.000 untuk ketemuan di kapal mewahnya . Namaku Alice bilang penyanyi baru di AGT. Aku bingung mau lapor atau tidak ya..sama om Johan ? Atau aku langsung sikat aja sendiri, baru lapor kemudian kan surprice. Freddy yg berambut hitam, bermata coklat, dengan bibir sensual melumat bibirku sampai aku terlupakan apakah aku berada di taman Eden atau di neraka.

" You' re very beautiful. babe. But I know you not a lobster ." rayuannya benar2 memabukkan ku. katanya aku sangat cantik tapi bukan seperti udang yg tidak punya otak.

" Ada anak buahku bernama Johan di Jakarta, berencana membunuh aku. Jika kamu bisa menemukannya dan mengirim bukti foto bangkainya, 5 juta dollar untukmu. Dan kamu jadi pengganti Johan. ketua gengster Asia Tenggara. " bisik Freddy sambil menyodorkan cek DP US$. 1 juta.

" Tapi aku tidak punya pengalaman itu. Aku takut.." kataku berpura -pura jadi masih lugu atau polos.

" Aku yakin kamu bisa. Nanti kamu terbang ke Malaysia, aku latih jadi orang kaya yg pro." kata Freddy sambil menggenjot milikku sampai cret. Iapun tumbang dalam gelimang harta.
Freddy kasih aku tiket dari Medan ke Sepang Selangor dan passport mendadak tinggal telpon ke Imigrasi.

Bagaimana ini ? Ini mafia bung, hapus air mata cinta dan belas kasih. Aku sudah terlanjur masuk ke dalam api neraka yg tak butuh lagi guyuran air es. Bara api adalah nafasku. Antara peluang dan ujung pistol FN. Apakah aku terima umpan dari Fredy yg memang adalah targetku untuk mendapatkan bonus besar dari om Johan ?  Tapi bagaimana jika  Fredy telah mengendus langkahku sebagai orang suruhan Johan yg juga menjadi anak buah Fredy ?  Ah masa bodo. Dalam mafia tidak boleh ada kata ragu atau takut. Semua sudah kuperhitungkan. Aku akan tetap menyamar sebagai gadis polos yg bego.

Dari Medan aku check out ke Belawan dan terbang ke Sepang Malaysia selanjutnya menyebrang ke p. Penang naik jetsky. Di Malaysia tidak seperti di Indonesia banyak yg usil atau peduli lihat orang cuma pakai kancut apa tidak sama sekali. Orang sana itu sangat menghargai HAM sehingga orang bebas bergaya dan berbahasa asal tidak mengganggu publik.

    Sekalipun negeri itu berbendera Islam tapi tidak extreem dan cuek pada paham lain. Banyak kulihat bule dan Chinese yg cuma pakai bikini di dalam perahu motor tidak jadi perhatian dan tidak diganggu.  Bahkan antara Malaysia dan Singapore tidak berbeda kultur bahasa maupun budaya. Ada banyak kuil dan pura bagi orang Hindustan yg dihargai disana.  Yg penting aku mematuhi aturan main dan siap dengan uang untuk bayar tiket.

***

THE ROSE in MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang