16+Keluarga kecil itu saat ini ada di dalam kos an Yiren. Tadinya sih Yiren gak mau tinggal di kos-kosan tapi akhirnya dia berubah pikiran dan mau karena Chenle yang suruh. Secara sebagai suami yang baik, Chenle juga kasian kalau Yiren pulang balik ke kampus yang cukup jauh dari rumah.
"Buna aku mau tidur disini,"
"Minta izin pipi dulu sana," dengan segera Chelo menghampiri ayahnya yang masih duduk di sofa depan.
Yiren pergi ke arah dapur, mengambil beberapa bahan masakan, mengingat beberapa resep yang sempat diajarkan bunda, "Buna, kata pipi aku boyeh tidur disini."
"Yaudah, kamu masuk ke kamar Buna aja gih, pasti kamu capek dari tadi duduk di mobil."
"Iya Buna, aku ke kamar buna ya,"
"Iya sayang,"
Chenle menghampiri Yiren yang tengah sibuk di dapur, berjalan perlahan semakin dekat, melingkarkan tangannya di pinggang istrinya dengan erat, kemudian menumpukkan dagunya si pundak mulus Yiren.
"Ih le... Aku mau masak, "
"Sebentar, aku kangen banget sama kamu..." Chenle menghirup wangi segar dari tubuh Yiren. "Kan sekarang udah ketemu aku, gak usah kangen-kangenan lagi."
"Masih belum puas,"
Yiren yang sudah merasa was-was berusaha menjauhkan dirinya dari Chenle. "Mending kamu duduk di situ, diam, terus liatin aku masak."
"Gakmau," ujarnya kembali melingkarkan tangan di tubuh Yiren.
"Lele, jangan gini ih,"
"Kamu emang gak kangen aku Ren?" Tanya Chenle menatap istrinya.
"Enggak tuh,"
"Ck. Ya udahlah terserah, " Chenle pergi menjauh dari Yiren, ikut masuk kedalam kamar Yiren menyusul sang anak lelaki.
"Lucu banget sih, udah jadi bapak-bapak masih aja ngambek kaya anak kecil." Gumam Yiren menggelengkan kepala.
Yiren menyelesaikan masakannya untuk waktu yang cukup lama, dia beralih pergi ke kamar untuk memanggil para jagoannya mengisi energi terlebih dahulu. "Chenle Chelo ayo ma—," Yiren menghentikan suaranya saat melihat kedua jagoan nya tertidur pulas di atas kasur.
Perlahan Yiren memasangkan selimut kepada mereka berdua, mengelus rambut anak dan juga suaminya.
Cup
"Jangan ngambekan ya, nanti aku yang gemesh."
"Siapa?" Yiren menegak salivanya kaget melihat Chenle membuka matanya. "eh- kok malah pergi,"
"E-enggak... Aku mau liat masakan dulu, kayanya tadi kompornya lupa di matiin." Tolong Yiren untuk bisa kabur dari Chenle.
Chenle mengekori Yiren ke dapur, penasaran dengan kegiatan sang istri. "udah selesai masaknya?" Tanya Chenle.
"Udah, kamu mau makan?"
"Makan kamu boleh?"
"Le?!"
Chenle tertawa, ternyata Yiren masih saja sama seperti biasanya "bercanda, aku udah kenyang, nanti aja untuk makan malam."
"Yaudah, kamu lanjut tidur gih," bukannya mengiyakan justru Chenle malah menarik tangan Yiren ke sofa ruang tamu. "Udah gak bisa tidur lagi,"
"Y-ya terus ...? "
"Chelo lagi tidur, "
"Ya maksudnya apa?" Bingung Yiren.
"Mau aku jelasin dulu atau langsung praktek?"
"Ha? Apasih kalau ngo— mphmmmm Chen—le." Chenle melepaskan tautan mereka berdua.
"Aku kangen... "
"Ish nanti kalau Chelo bangun gimana?"
"Enggak bangun, udah aku kasih obat tidur tadi." Mata Yiren membesar kaget melihat ucapan suaminya.
"Chenle?!"
"Bercanda sayang, serius banget sih,"
"Lagian kamu kalau ngomong gak di filter dulu,"
"Yaudah maaf," Chenle membawa Yiren di pangkuan nya, melingkarkan tangannya ke pinggang Yiren, kembali mencium Bibir cantik wanita itu dengan nafsu yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Rindu mereka akhirnya terbayar, Chenle sangat rindu Yiren, bahkan dalam satu detik pun rasanya tidak akan lengkap jika Yiren jauh dari dirinya. "le... Mphmmm udah, nanti kejauhan mainnya,"
"Ehmm biarin,"
Yiren pasrah dengan pergerakan bibir Chenle yang menurutnya juga sangat candu, perlahan tangan Chenle menelusup ke dalam baju milik Yiren, membuat pemiliknya merasakan rasa aneh yang menjalar sekujur tubuh. "ch-chenle...,"
"Chelo harus punya adik biar gak kesepian Ren,"
"Y-ya tapi kan..."
"Please. Coba dulu sekali, kalau enak nanti tambah lagi ya,"
"Sialan Chendra Leo!" Dengan segera Chenle kembali membekap bibir Yiren dengan bibirnya, menggerakkan bibir itu dengan nikmat. Tak lupa dengan tangannya yang sudah menjalar ke berbagai daerah di tubuh Yiren. "Ahmm Le... Aku— gabisa nafas."
Tak perduli dengan ucapan Yiren, Lelaki itu terus melanjutkan permainannya, permainan yang sungguh candu dan sangat ia rindukan.
"Ren..."
"Hm?"
"Buat adik ya untuk Chelo?" Ujar lelaki itu nampak meminta izin terlebih dahulu.
"Kalau aku gak izinin kamu juga akan terus lanjutkan?" Chenle tersenyum licik, ternyata Yiren sangat paham dengan dirinya.
Sentuhan hangat di sore ini membuat Chenle dan Yiren kembali mendapatkan kupu-kupu terbang di perut mereka, saling bertukar kasih dan cinta bersama.
"Mphmmm," Yiren ikut mengalungkan tangannya di leher sang suami. Perlahan tapi pasti permainan Chenle kini semakin menjauh, kini sudah tak ada batasan lagi antara mereka berdua membuatnya semakin bebas dan liar.
"Pipi, kenapa gigit bibir buna?" Ujar anak kecil itu mengusak matanya.
Young Parents
Maaf kalau endingnya gak sesuai ekspektasi kalian guys:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents |CHENLE YIREN| [✓]
FanficSampai kapanpun seoranh Yirena Arrabell tidak akan pernah mengibarkan bendera putih untuk berdamai dengan musuhnya Chendra Leo, namun sampai pada suatu saat.... Sebuah kecelakaan berhasil membuat keduanya itu harus bersatu selamanya. Rank Rank 🎖️...