Bagian 1

7.8K 578 27
                                    

Seorang pemuda terus berlari menyusuri gang-gang kecil di antara padatnya pemukiman. Tubuhnya sudah penuh dengan keringat, bahkan di malam yang semakin larut ini.

“Sial, mereka masih ngejer gue,” gumamnya saat menoleh dan di belakang sana masih ada beberapa pemuda yang terus mengejar.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Pemuda itu, Xavier Pasha Daniar, saat ia akan keluar dari sebuah kafe, tidak sengaja menabrak seseorang yang mengakibatkan orang itu hampir tersungkur jika saja sang teman tidak sigap memegangnya.

Pemuda yang hampir tersungkur tadi merasa tidak terima karena Vier hanya mengucap maaf sambil berlalu. Sampai terjadilah aksi kejar-kejaran tersebut. Sungguh kegiatan yang tidak berfaedah.

“Lagian gue, kan, nggak sengaja nabrak, itu orang kenapa sih malah ngejar-ngejar? Kan, gue capek.” Vier masih saja mengoceh sambil terus berlari.

Sampai pada belokan di ujung gang yang ke sekian--karena ia tak menghitung sudah berapa belokan yang dilewati--ada seseorang yang menariknya bersembunyi di balik tumpukan kayu. Sama-sama menahan napas saat gerombolan orang yang mengejar Vier melewati tempat persembunyian mereka.

“Gila, capek banget gue,” keluh Vier di sela-sela napasnya yang masih memburu.

“Lagian lo ngapain main kejar-kejaran tengah malem gini, gabut amat kayaknya?”

“Lo kira gue se-gabut itu sampai main kejar-kejaran? Gue nggak sengaja nabrak salah satu dari mereka pas mau keluar dari kafe. Padahal gue udah bilang maaf tapi tiba-tiba mereka ngejar,” terang Vier pada Zian.

Iya, Zian. Zian Pasha Rakana adik kembar Vier. Dia yang tadi menarik Vier untuk bersembunyi.

“Lo sendiri ngapain tengah malem gini masih keluyuran?” tanya Vier.

“Biasa, habis jalan sama anak kampus sebelah,” jawab Zian dengan santainya. Kakinya mulai melangkah diikuti oleh Vier di belakangnya.

“Siapa lagi kali ini target lo? Bosen gue lihat lo gonta-ganti cewek tiap minggu. Padahal, ya, itu cewek lo yang kemaren cantiknya nggak main-main, gila itu cantik banget, sih, menurut gue.”

“Ya, emang cantik banget. Kan, gue cuma lagi menyeleksi calon mantu buat Mama.”

“Pala lo calon mantu! Dari sekian banyaknya cewek yang lo pacarin, nggak ada, tuh, yang lo kenalin ke Mama. Eh, ada satu yang pernah dibawa ke rumah, tapi besoknya minta putus gara-gara dikerjain sama Zidan sampe nangis kejer. Itu lucu banget sumpah,” tutur Vier diakhiri dengan tawa yang cukup menyebalkan bagi Zian.

“Masih aja lo inget-inget.”

Kemudian obrolan ringan mengiringi langkah dua saudara kembar itu menuju mobil yang dibawa Zian.

“Kenapa lo ikut masuk ke mobil?” tanya Zian setelah ia masuk ke mobil dan Vier mengikutinya.

“Ya, mau ikut pulang, lah," sahut Vier.

“Terus motor lo mana?”

“Gue tinggal depan kafe tadi, males gue kalau mesti balik lagi ke sana. Capek banget, jadi numpang di mobil lo aja. Besok gue ambil motornya.”

Pada akhirnya Vier ikut pulang dengan Zian menggunakan mobil. Entahlah nasib motornya bagaimana, dia juga tidak tahu yang penting dia pulang terlebih dulu. Perjalanan mereka hanya ditemani alunan musik dari playlist ponsel Vier yang disambungkan ke audio player mobil.

Setelah tiga puluh menit perjalanan, mobil tersebut akhirnya berbelok menuju deretan rumah mewah yang berjejer di kanan-kirinya dengan rapi. Mobil yang Zian kendarai itu memasuki satu rumah dengan gerbang tinggi dan memiliki taman cantik di dalamnya.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang