Bagian 27

3.1K 262 10
                                    

Biru baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan urusannya. Ia berjalan menghampiri kedua adiknya yang masih melanjutkan sarapan mereka dan berhenti tepat di depan keduanya yang dibatasi dengan meja.

Kemudian Biru membuka suara. "Oh iya, tadi Mama bilang bakal langsung balik dan ke sini. Kira-kira tiga jam perjalanannya," tutur Biru. Kedua adiknya membalas dengan anggukan kecil tanda mengerti.

"Mama juga ngabarin kalau Mbak Anik sakit dan nggak dateng ke rumah. Jadi, gue mau pulang dulu buat bersihin darah yang semalem ada di lantai sekalian ambil keperluan kita buat di sini," ujar Biru, "oh, sama sekalian jaket lo juga,Vi. Biar gue bawa pulang buat dicuci. Kena darah juga, kan, semalem?" sambungnya seraya menatap Vier.

Vier yang sudah selesai makan dan sedang meminum air mineral dari botolnya hanya mengangguk. Lalu suara Zian terdengar menginterupsi setelah menelan air yang baru saja ia minum.

"Mas mau pulang sendiri? Bukannya Mas nggak bawa dompet, otomatis nggak bawa SIM juga, kan?" ucap Zian.

"Oh iya. Lupa gue," sahut Biru seraya menepuk pelan keningnya.

"Ya udah biar gue aja yang pulang. Lo list aja apa yang harus gue ambil," sela Vier tiba-tiba. Tentu membuat Biru terkejut sedangkan Zian tersenyum misterius seolah menemukan ide yang bagus.

"Gimana kalau berdua aja? Biar lebih cepet juga, kan? Nanti bisa bagi tugas siapa yang siapin keperluan sama yang bersih-bersih," saran Zian dengan senyum yang mengembang.

"Sama lo?" tanya Vier menatap sang adik.

"Sama Mas. Gue di sini jagain Idan," putus Zian.

"Oke. Ya udah kita jalan sekarang aja, Vi. Biar nggak kesiangan balik lagi ke sini," sahut Biru yang setuju dengan ide Zian. Tanpa tahu maksud tersembunyi dari sang adik yang sengaja membuatnya hanya berdua dengan Vier.

Lalu keduanya beranjak dari ruang rawat tersebut setelah Vier memberikan ponselnya dan beberapa lembar uang tunai pada Zian, barangkali Zian memerlukannya di sini.

"Semoga kalian bisa secepetnya balik kayak dulu lagi, Mas, Bang," lirih Zian

***

Vier masih fokus dengan jalanan di depannya saat Biru meminta izin untuk memutar musik melalui radio di mobil tersebut. Biru takut Vier merasa terganggu bila dia menyalakan radio begitu saja. Lalu setelah mendapat izin Biru mulai memilih stasiun radio yang ada dalam daftar.

Entah sejak kapan berada dalam satu ruang hanya berdua bisa membuat keadaan secanggung ini. Biru yang biasanya tidak terlalu peduli dengan sikap tak acuh sang adik pun tiba-tiba merasa terganggu. Ia ingin memulai percakapan, tetapi tidak tahu topik apa yang harus dibahas.

Suara lagu yang terputar dari radio menjadi satu-satunya pemecah hening di dalam mobil tersebut. Sampai lagu berganti kemudian Biru mulai bersuara, "Wah, udah lama banget nggak denger lagu ini," ucapnya seraya tersenyum cerah.

Lagu yang terputar adalah lagu yang sering sekali keempat bersaudara itu dengar dan nyanyikan saat masa-masa akhir SMP, bahkan menjadi lagu favorit mereka. Sampai Biru bisa mengingat kenangan-kenangan indah saat dulu mereka sering bernyayi bersama di gazebo hamalan samping rumah.

"Iya," sahut Vier tanpa sadar. Senyumnya juga ikut mengembang.

"Jadi keinget lagi pas kita tampil di acara perpisahan SMP," ucap Biru sambil tertawa kecil. "Nekat banget padahal kita nggak ada basic main musik kecuali gitar dan cuma punya waktu seminggu buat latihan," lanjutnya.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang