Bagian 14

2.8K 261 64
                                    

Zian pikir, hari ini ia benar-benar kurang beruntung. Pagi tadi, dia bangun terlambat lagi dan tentu saja mendapat omelan panjang dari Mama.

Mama bahkan menyalahkannya juga atas keterlambatan Mama menuju bandara karena harus menunggunya bangun dan sarapan terlebih dahulu. Padahal Zian tidak meminta untuk ditunggu.

Lalu karena terlambat bangun, Zian juga terlambat untuk kelas pertamanya, hingga ia memilih tidak ikut kelas alias bolos.

"Pinter banget, ya, nggak ikut kelas malah nyantai di sini." Suara Bagas tiba-tiba terdengar saat Zian masih memikirkan hal-hal acak dalam kepalanya.

Zian memang berada di kantin sejak memilih bolos dari kelas paginya sampai sekarang sudah masuk jam makan siang. Zian sudah bolos dua kelas dan kemungkinan benar-benar bolos semua kelas hari ini karena mood-nya yang buruk.

Bagas ikut mendudukkan diri di hadapannya. Setelah tidak mendengar respons dari sang sahabat, Bagas kembali bersuara.

"Gue kira lo cabut, tapi malah ada di sini. Gue telepon nggak dijawab, chat juga cuma dibaca doang. Dikira gue cenayang kali, ya, yang udah tau tanpa dikasih tau. Itu muka juga kenapa kusut amat, lagi ada masalah?" tanyanya beruntun.

Zian menghela napas. "Kok bisa, ya, gue punya sahabat cerewet macem lo? Harusnya lo jadi sahabat Zidan, baru cocok."

"Nggak usah ganti topik, Na. Kalau mau bagi cerita, gue siap, kok," ucap Bagas lembut.

"Apaan, sih. Nggak ada masalah apa-apa. Gue cuma nggak mood gara-gara diteror sama Amel. Dari semalem dia nelepon sama spam chat. Gue juga kesiangan tadi pagi, makanya makin ancur mood gue," ujar Zian.

"Lah, Amel ngapain neror lo?" tanya Bagas dengan raut wajah yang terlihat bingung.

"Dia bilang, nggak terima gue putusin," balas Zian.

"Bentar, deh. Kalian, kan, emang nggak pacaran. Kok, bisa dia bilang gitu?"

"Gue juga nggak ngerti. Kayaknya dia ngira kalau gue ngajak jalan itu artinya dia jadi pacar gue."

Zian tidak bohong tentang alasan yang membuat harinya terasa menyebalkan. Walaupun masih ada satu alasan yang tidak ia ceritakan pada Bagas, yaitu tentang kejadian di rumah kemarin yang berkaitan dengan Raya.

Iya, Zian masih memikirkan pertemuannya kembali dengan sang mantan, ditambah fakta bahwa saat ini Raya adalah kekasih Vier.

Zian memang berkata jujur tentang tidak adanya lagi komunikasi antara ia dan Raya setelah putus, tetapi bukan berarti perasaannya pada Raya ikut lenyap begitu saja saat itu. Zian yang dulu bukanlah seperti Zian yang saat ini, yang bahkan berganti pasangan setiap minggu. Apalagi Raya adalah perempuan spesial yang bisa membuatnya bangkit dari keterpurukan.

Bahkan bisa dikatakan, Zian menjadi seperti sekarang karena ia tidak mau merasakan sakit hati saat ditinggalkan. Cukup Kal dan Raya saja yang membuat luka menganga di hatinya, yang sampai saat ini pun masih bisa Zian rasakan sakitnya.

Namun, Zian berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan perasaan dan sakit hatinya pada Raya. Dia tidak boleh menjadi penghambat hubungan Vier dan Raya.

"Na!" seru Bagas. "Malah ngelamun. Gue dari tadi ngomong kagak lo dengerin pasti," lanjutnya dengan kesal.

"Sorry. Emang lo ngomong apaan?" balas Zian.

"Mau lanjut di sini apa masuk kelas? Saran gue, sih, masuk kelas. Lo udah dua kali skip kelas Pak Roni, auto dapet E kalau lo skip lagi," tutur Bagas.

"Oke, gue ikutin saran lo. Tumben juga lo nggak ngasih saran yang sesat," balas Zian seraya tertawa kecil.

"Semerdekanya lo aja, Na. Gue ganteng gue diem," sahut Bagas.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang