Bagian 13

3K 247 110
                                    

"Raka?"

"Dhita?"

Raya dan Zian berucap secara bersamaan. Suara mereka lirih, tetapi Mama yang berada tepat di samping Raya tentu saja mendengarnya.

Mama melihat ke arah Raya dan Zian secara bergantian. "Kalian udah saling kenal?" tanya Mama.

Tidak ada jawaban dari keduanya, karena mereka sendiri masih terlalu terkejut melihat kehadiran satu sama lain.

Kemudian ada Zidan yang berjalan melewati Zian. Ia baru saja turun dari lantai atas hendak mengambil minum dan sempat berhenti melangkah tepat di belakang Zian saat melihat pemandangan aneh tadi.

Zidan mengambil gelas dan menuang air yang tersedia di meja makan kemudian meminumnya. Setelahnya, ia berbalik dan masih menemukan kecanggungan yang aneh di antara Raya dan Zian.

"Hai, gue Zidan. Adik sepuluh menitnya Vier. Tadi gue papasan sama Vier, terus dia bilang ada ceweknya di bawah. Pasti itu lo, kan?" sapa Zidan pada Raya dengan penuh keceriaan, berharap mengubah suasana di sana.

Raya balas tersenyum. "Iya, gue Raya," jawabnya.

Setelah kalimat itu telontar, ada sepasang mata di sana yang tampak terkejut. Iya, itu Zian. Dia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Zidan dan jawaban dari Raya.

Sementara itu, Mama memberi gestur agar Zian mendekat dan membawakan santan yang tadi dibelinya.

"Raya, tunggu di depan aja, ya. Ini tinggal masak opor ayamnya doang, kok. Nggak apa-apa nggak usah bantuin Mama lagi," ucap Mama lembut setelah menyadari suasana yang kurang nyaman antara Raya dan Zian.

Raya hanya mengangguk. Lalu ketiganya--Raya, Zian dan Zidan--beranjak meninggalkan dapur. Zian dan Zidan berniat untuk masuk ke kamar masing-masing, sementara Raya bingung harus ke mana karena Vier pun masih di kamarnya.

"Eh, bentar, deh," ucap Zidan menghentikan langkahnya saat baru saja menginjak anak tangga pertama, yang otomatis diikuti oleh Zian yang ada di belakangnya. Ternyata Raya yang hendak menuju ke tuang tamu pun ikut berhenti melangkah.

Zidan berbalik untuk menatap Zian dan Raya. "Kok, tadi kalian kayak kaget banget gitu pas ketemu. Terus gue juga denger kalian saling sebut nama dan pas Mama tanya malah diem semua," ujarnya. Zian dan Raya masih belum bersuara, sehingga Zidan kembali melanjutkan, "Jadi, kalian emang saling kenal?"

"Iya," jawab Zian lirih, sementara Raya menundukkan kepala.

"Kok, bisa? Kenal di mana? Kapan kenalnya?" tanya Zidan beruntun dan menuntut. "Atau jangan-jangan ...," lanjutnya sambil memicingkan mata ke arah Zian dan Raya.

"Apaan, sih, Dan? Nggak jelas banget lo," potong Zian dan hampir berjalan melewati Zidan, tetapi lengannya ditahan oleh Zidan.

"Wah, pasti bener, nih, firasat gue. Mantan lo, kan?" ucap Zidan pada Zian. Membuat Raya kembali mengangkat pandangan.

Zian menghela napas lelah. "Iya. Raya mantan gue. Puas lo?!" seru Zian sedikit emosi.

"Hah?" Bukan suara Zidan yang menyahut, melainkan Vier yang kini berada di ujung anak tangga teratas.

Ah sial, umpat Zian dalam hati.

"Bentar-bentar," ucap Zidan menengahi. "Ini beneran, Na? Kok, gue nggak tau kalau lo pernah sama Raya," lanjutnya. Kemudian ia beralih menatap Vier. "Lo juga nggak tau, Vi?" tanyanya yang dijawab gelengan oleh Vier.

Lalu terdengarlah tawa nyaring dari Zidan. "Astaga, kok, bisa drama banget gini, ya, kalian," ucap Zidan disela tawanya.

Sementara ketiga orang lainnya di sana masih diam. Tiba-tiba merasa canggung dan entah bagaimana cara menghilangkan kecanggungan tersebut.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang