Bagian 19

2.4K 284 108
                                    

Zidan Pasha Raditya, kembar ketiga, berjarak sepuluh menit dari kelahiran Vier. Sosok paling ceria di dalam rumah keluarga Mama Dina dan Papa Rasha. Namun, menjadi sosok yang paling lemah secara fisik di antara empat bersaudara itu.

Zidan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga mudah sakit. Aktivitas yang terlalu banyak bisa berpengaruh pada tubuhnya. Yang paling sering terjadi adalah mimisan dalam waktu cukup lama.

Namun, seiring berjalannya waktu dan usia yang semakin bertambah, Zidan tidak terlalu sering sakit lagi. Dia juga sudah mengerti agar tidak membuat tubuhnya kelelahan, walaupun tetap aktif.

Zidan memilih Prodi Sastra Inggris FIB (Fakultas Ilmu Budaya), sesuai dengan kemauannya sendiri. Sebenarnya, Zidan sudah tertarik dengan bahasa Inggris sejak masih duduk di bangku SMP. Ia berencana melanjutkan SMA dengan jurusan bahasa, namun tidak terwujud karena ketiga saudaranya kompak akan memilih MIPA.

Iya, Zidan akhirnya mengikuti pilihan ketiga saudaranya. Bukan karena dipaksa oleh ketiganya, tetapi karena Zidan yang tidak mau berbeda sekolah dengan mereka. Dan untung saja mereka juga berada di kelas yang sama selama SMA.

Namun, ada satu hal yang Zidan lupakan. Tanpa sadar, dia hanya sering berinteraksi dengan ketiga saudaranya dan seolah enggan berinteraksi dengan orang lain. Ini adalah penyebab Zidan menjadi sulit bersosialisasi saat memasuki perkuliahan.

Sampai dia bertemu dengan mereka yang mengaku menjadi temannya, tetapi nyatanya hanya memanfaatkan uangnya saja. Zidan tahu kalau dia hanya dimanfaatkan, tetapi sekali lagi, dia hanya takut mereka meninggalkannya dan dia kembali sendiri karena kesulitannya dalam berteman dan bersosialisasi.

Zidan juga menyembunyikan kenyataan ini dari keluarganya dan itu berhasil selama ini. Yang keluarganya lihat adalah Zidan yang tetap ceria, Zidan yang selalu menebar senyum secerah mentari, dan Zidan yang seolah mudah bergaul dengan siapa saja.

Hanya Rafka, seorang bartender di kelab malam yang biasa Zidan dan teman-temannya kunjungi, yang tahu tentang hal itu. Bukan karena Zidan yang dengan suka rela bercerita, melainkan Rafka yang selalu melihat sendiri bagaimana mereka hanya membutuhkan Zidan untuk membayar di kelab malam itu. Sementara Zidan sendiri berada di sana hanya sekadar duduk sendiri dengan segelas soda, karena dia tidak akan pernah mencoba minuman beralkohol seperti teman-temannya itu.

Rafka juga yang menyarankan Zidan untuk menceritakan masalahnya ini pada salah satu keluarganya agar mendapat solusi. Zidan memikirkannya dan memutuskan untuk menceritakannya pada Biru yang dia yakini, setidaknya akan meringankan beban pikirannya.

***


"Mas, sekarang free, nggak?"

Setelah memikirkannya seharian kemarin, akhirnya siang ini Zidan memilih menghampiri Biru dan berencana menceritakan masalahnya.

"Kenapa emang? Kalau mau ngajak ke luar, ditolak. Males." Biru memang sedang bersantai di ranjang, menikmati hari Minggu saat Zidan masuk ke kamarnya tanpa permisi dan tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Enggak, kok. Bukan ke luar," balas Zidan. Membuat Biru yang sebelumnya masih fokus pada ponsel di tangannya beralih menatapnya dengan alis bertaut seolah menunggu kelanjutan dari kalimat Zidan.

Zidan memahaminya dan segera melanjutkan."Mau ngobrol penting. Bisa nggak, Mas?"

"Mau di mana?" ujar Biru. Menandakan bahwa ia setuju.

"Di sini aja, Mas," balas Zidan.

Lalu Zidan memilih duduk di bawah, bersandar pada ranjang. Diikuti Biru yang melakukan hal yang sama.

Walaupun sebelumnya sudah mengumpulkan keberanian untuk bercerita, tetapi saat tiba waktunya Zidan tetap merasa ragu. Ia juga bingung harus memulai dari mana.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang