Bagian 9

3.1K 310 41
                                    

Siang itu Vier tiba di rumah pukul satu lewat empat puluh menit. Sepeda motor milik saudaranya belum ada satu pun yang terparkir di depan pintu garasi. Itu berarti ia pulang lebih dulu, bahkan dari Biru yang seharusnya memiliki jadwal yang sama.

Vier memasuki rumah dan berniat segera menuju kamarnya. Namun, niat itu batal saat ia melihat Mama sedang duduk di sofa ruang keluarga dengan ponsel yang menempel pada telinga, seperti sedang menghubungi seseorang tetapi belum mendapat jawaban. Vier bisa mendengar Mama bergumam 'kenapa nggak dijawab ya, apa lagi di jalan?'.

Entah karena terlalu fokus pada ponsel atau karena posisi Mama yang membelakangi, sehingga tak menyadari Vier ada di sana. Akhirnya Vier memilih mendekat.

"Ma, kenapa?" tanya Vier lembut setelah duduk di samping Mama.

"Loh, kok, Mama nggak tau Abang masuk?" balas Mama sedikit terkejut.

"Vier kira nggak ada orang, jadi tadi nggak salam dulu. Asal masuk aja," jawab Vier dengan senyuman, takut Mama mengomel karena ia tidak mengucapkan salam saat masuk tadi.

"Jangan dibiasain kayak gitu, Bang. Mau ada orang atau enggak, lebih baik salam dulu," saran Mama.

"Iya, Ma," sahut Vier.

"Oh iya, Abang nggak bareng sama Mas, ya, pulangnya? Ini dari tadi Mama teleponin tapi nggak dijawab," ujar Mama.

Oh, ternyata Mama dari tadi nelepon Biru, batin Vier.

"Enggak, Ma. Emang kenapa Mama nelepon Biru?" balas Vier.

"Ini, loh, Papa barusan ngabarin kalau Papa ambil penerbangan pagi. Soalnya ngejar ketemu klien disini. Sekarang Papa udah ada di kantor. Eh, bentar, Bang, ini Papa nelepon lagi."

Mama menjawab telepon dari Papa, sementara Vier masih diam di sana menunggu panggilan tersebut selesai.

Panggilan selesai setelah Mama mengucapkan salam. Atensi Mama kembali pada Vier yang masih duduk di sampingnya.

"Bang, bisa anterin Mama ke kantor Papa? Tadi Papa minta Mama bawain berkas urgent. Padahal sebelumnya Papa cuma bilang minta dijemput, tapi mendadak jadi minta bawain berkas juga. Takut kelamaan kalau nunggu Mas dateng."

"Bisa, kok, Ma. Mau jalan sekarang?"

"Iya, sekarang aja. Mama siapin berkasnya dulu. Abang siapin mobil dulu aja," ucap Mama.

Mama berlalu ke ruang kerja Papa untuk mengambil berkas yang Papa minta, sedangkan Vier menuju garasi setelah mengambil kunci mobil dari tempat penyimpanan yang ada di laci meja televisi. Vier bahkan tidak menyadari masih membawa tas kuliahnya sedari tadi.

"Lah, nggak gue simpen, ya, ini tas dari tadi?" gumamnya setelah sadar masih ada tas tersampir di bahunya, "bawa aja kali ya, males masuk lagi," lanjutnya.

Setelahnya, Mama datang dan memasuki mobil, lalu duduk di kursi penumpang samping Vier. Mobil pun melaju dengan tenang. Namun, tak lama terdengar dering ponsel Mama, ada panggilan masuk dari Biru.

"Iya, assalamualaikum, Mas."

"Maaf, Ma, tadi Biru nggak tau Mama telepon. Kenapa, Ma?" ucap Biru.

"Tadi mau bilang kalau Papa udah nyampe, sekarang ada di kantor dan minta dijemput," balas Mama.

"Loh, Papa udah nyampe?"

"Iya. Ambil flight pagi. Sekarang Mama lagi di jalan mau ke kantor, soalnya Papa sekalian butuh berkas yang urgent."

"Mama sendirian?"

"Enggak, tapi sama Abang," jawab Mama.

"Oh, gitu. Ya udah Mama hati-hati, ya."

"Iya, Mas. Kalau gitu Mama tutup dulu, ya. Assalamualaikum," pamit Mama.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang