Bagian 10

3.4K 308 94
                                    

Pagi ini Zidan yang bangun paling akhir. Untung saja jadwal kelasnya jam sebelas siang. Namun, dia tetap mendapat omelan dari Mama saat sarapan. Sementara itu, ketiga saudaranya sudah pergi ke kampus.

"Kayak ada yang kelupaan, tapi apa, ya?" gumam Zidan. Saat ini ia sedang menonton televisi untuk mengisi waktu sebelum pergi ke kampus.

Lama berpikir dan mengingat-ingat, akhirnya Zidan mendapat jawabannya. Ia lupa mengerjakan makalah yang harus dikumpulkan hari ini di kelas pertamanya.

"Bisa-bisanya gue lupa, untung masih sempet ngerjain dulu. Auto dapet nilai E kalau nggak ngumpulin nanti," monolognya saat sedang mengerjakan tugas yang sempat ia lupakan tadi.

Setelah berkutat dengan laptopnya selama hampir dua jam, tugas Zidan akhirnya selesai. Walaupun dengan berbagai macam drama. Mulai dari file yang tidak sengaja terhapus yang untungnya sudah ia salin ke flashdisk, hingga printer yang biasa digunakan tidak mau menyala, entah mengapa. Akhirnya Zidan memakai printer di ruang kerja Papa untuk mencetak tugasnya setelah sebelumnya meminta izin pada Mama.

"Drama banget, ya, perkara tugas doang." Zidan menghela napas lelah. Setelahnya, ia mulai bersiap untuk pergi ke kampus.

***

Setelah drama mengerjakan tugas hingga mencetak tugasnya, ternyata Zidan masih belum bisa merasa lega. Saat ini ia sudah ada di kantin, berniat menunggu sebelum kelasnya dimulai dua puluh menit lagi. Namun, saat akan mengambil ponsel yang disimpan di dalam tas, ia merasa ada yang hilang.

Lebih tepatnya bukan hilang, tetapi tertinggal di rumah. Ya, makalah yang tadi sudah ia kerjakan dengan penuh perjuangan tertinggal.

"Kenapa nggak gue cek dulu, sih, sebelum jalan?" omelnya pada diri sendiri, seraya tangannya membereskan isi tas yang sebelumnya ia keluarkan untuk mencari keberadaan makalah tersebut.

Untung saja Zidan membawa flashdisk-nya tadi, hingga ia hanya perlu mencetak ulang file tugas itu. Namun, itu artinya dia harus bergegas ke tempat mencetak yang ada di depan kampus yang jaraknya cukup jauh.

Zidan memutuskan untuk berlari dari kantin karena waktunya tidak banyak sebelum kelas dimulai.

Setelah berlari secepat yang ia bisa, Zidan masih harus menunggu antrean. Ada satu orang yang sudah datang sebelum Zidan. Untung saja tidak memakan waktu yang lama. Walaupun tetap saja ia harus kembali berlari menuju kelasnya karena waktu yang semakin mepet. Untung saja Zidan berhasil sampai di kelas tepat sebelum sang dosen tiba.

Syukurlah, ucap Zidan dalam hati.

***

Hari ini, terhitung sudah dua kali Zidan ceroboh. Pertama, tugasnya yang lupa dikerjakan. Kedua, tugasnya yang tertinggal di rumah.

Kelas pertama dan keduanya berjalan lancar, walaupun ia harus melewatkan makan siangnya karena harus ke perpustakaan saat jeda pergantian kelas tadi. Zidan merasa tidak masalah selagi sang kakak--Biru--tidak tahu, karena kalau sampai tahu tentu saja ia akan mendapat omelan panjang.

Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit sebelum kelas terakhirnya dimulai. Zidan baru saja menunaikan salat Asar dan hendak menuju kantin, setidaknya ia harus mengisi perutnya walau hanya dengan camilan dan minuman.

Mungkin, hari ini memang Zidan kurang beruntung. Saat sampai di kantin, sebagian penjualnya sudah tutup. Hanya tersisa beberapa dan Zidan tidak berminat dengan menunya. Sehingga hanya es teh manis yang ia pilih sebagai teman menunggu. Lalu, karena malas berjalan jauh, Zidan memilih meja terdekat dari tempatnya membeli minuman. Tidak masalah walaupun sudah ada satu orang yang menghuninya, lagi pula mejanya cukup untuk delapan orang.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang