Bagian 25

3.7K 300 90
                                    

Zidan sudah pulang dari kampus sejak satu jam yang lalu. Namun, entah mengapa ia malas sekali masuk ke rumah, hingga memilih duduk di kursi yang ada di teras depan. Mulai dari memainkan ponsel, sampai sekarang ia sedang melihat-lihat tanaman hias milik Mama yang ditata sedemikian rupa.

Vier juga sudah pulang, lima menit lebih dulu dari Zidan. Namun, Vier langsung masuk ke dalam rumah, tidak seperti Zidan yang tidak jelas dan memilih tetap di teras.

Zidan masih betah memperhatikan tanaman hias Mama ketika terdengar pintu pagar dibuka dari luar. Ia membalik badan dan mendapati Biru yang masuk dengan mengendarai motor Zian, membuatnya mengernyit heran.

Tadi pagi sang kakak berangkat bersamanya, tetapi tidak saat pulang karena Biru memiliki urusan dan memintanya pulang lebih dulu. Lalu sekarang ia melihat Biru pulang mengendarai motor Zian, tentu membuatnya bingung.

"Mas, kenapa lo bawa motor Nana?" tanya Zidan setelah Biru menyimpan motor ke garasi.

"Bentar, gue buka pager dulu," balas Biru. Lalu berlari untuk membuka pagar lebih lebar agar mobil bisa masuk.

Sementara itu, Zidan masih terdiam mencerna apa yang baru saja terjadi. Sebenarnya ada apa dengan Biru? Kenapa jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan? Kira-kira seperti itu isi pikiran Zidan saat ini.

Tak lama setelahnya, masuk sebuah mobil yang tidak Zidan ketahui milik siapa. Baru setelah mobil tersebut sudah masuk lebih dalam dan berhenti di depan pintu garasi, Zidan bisa melihat Zian duduk di kursi penumpang dengan mata terpejam dan Bagas di kursi kemudi.

Biru yang sudah kembali setelah menutup pagar segera menuju pintu mobil di mana ada Zian di dalamnya, begitu pula dengan Bagas yang baru saja keluar dari mobil. Lalu keduanya membantu Zian keluar dan berjalan masuk ke rumah.

"Nana kenapa?" tanya Zidan. Ia melihat sang adik yang tampak lemas dan dibantu berjalan, sehingga menyimpulkan pasti terjadi sesuatu.

"Enggak sengaja minum milkshake tadi," jawab Biru tanpa menghentikan langkah mereka, agar segera masuk ke dalam dan sang adik bisa istirahat dengan nyaman.

"Na, di kamar bawah dulu aja, ya?" saran Biru.

Mereka hampir sampai di depan tangga, sementara Zidan sudah berlalu ke dapur dengan tujuan menyiapkan minum untuk Zian.

"Ke kamar gue aja, Mas," jawab Zian pelan.

Mungkin Biru lupa kalau sang adik tidak bisa terlelap dengan nyaman kecuali di kamarnya sendiri atau kamar saudara-saudaranya.

"Tapi lo udah lemes gini, emang kuat naik tangganya?" tanya Bagas, saat ini mereka berhenti di depan tangga. "Biar gue gendong aja naiknya, gimana?" lanjutnya.

Tentu saja Biru setuju dengan ucapan Bagas. Zian juga setuju dan naik ke punggung sang sahabat. Lalu mereka kembali melangkah menaiki tangga dengan Biru yang menjaga dari belakang. Walaupun sebenarnya tidak perlu khawatir karena Bagas lebih dari sanggup untuk menggendong Zian, menaiki tangga sekalipun.

Sesampai di kamar, Zian segera dibantu untuk berbaring di ranjang. Lalu, Zidan masuk dengan membawa nampan berisi segelas air dan coklat hangat untuk Zian.

"Na, gue langsung balik, ya? Udah di chat sama nyokap, nih," ujar Bagas.

"Iya. Thanks udah anterin gue," balas Zian.

"Kayak sama siapa aja, sih, lo. Ya udah gue balik, ya ...," ucap Bagas. "Gue balik, Ru, Dan ...," pamitnya juga pada Biru dan Zidan.

"Iya. Hati-hati, sekali lagi makasih, Gas," balas Zidan.

Lalu Biru mengantar Bagas untuk ke depan. Sementara Zidan duduk di tepi ranjang dan memberikan gelas berisi air putih hangat kepada Zian.

"Mau makan, nggak? Pasti tadi udah keluar semua, kan?" tanya Zidan lembut.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang