Bagian 7

3.5K 348 15
                                    

Mobil yang dikemudikan oleh Zidan sudah memasuki gerbang kompleks perumahan tepat pukul empat sore. Perjalanan dari kampus membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya karena sempat ada kemacetan yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

Zian pun sudah membuka mata dan sedang asyik menggulir layar ponselnya, menjelajahi media sosial.

Mobil berhenti di depan pintu pagar rumah mereka. Zian segera turun untuk membuka pintu pagar dan Zidan mulai memasukkan mobil. Setelah mobil sudah sepenuhnya masuk, Zian kembali menutup pagar. Zidan sendiri sudah memasukkan mobil ke dalam garasi.

Keduanya memasuki rumah secara bersamaaan dari pintu depan. Zian langsung menuju dapur karena haus. Sementara Zidan berhenti di ruang keluarga saat melihat Vier di sana dengan laptop dan kertas-kertas yang berserakan di sekitarnya.

“Nugas, Vi?” tanya Zidan setelah mendudukkan diri pada sofa panjang di sana, tepat di sebelah Vier yang duduk di atas karpet.

Hmmm.” Vier hanya menjawab dengan gumaman karena ia masih fokus pada laptopnya.

“Akhir-akhir ini gue sering lihat lo nugas di sini. Biasanya di kamar.”

“Emang ada aturan kalau nugas cuma boleh di kamar?” balas Vier ketus.

“Dih, ngegas. Gue cuma ngomong doang bukan ngelarang kali," sahut Zidan.

“Terserah, Dan. Kalo lo cuma mau gangguin gue, mending pergi sana,” lanjut Vier tanpa menoleh, masih fokus pada tugasnya.

“Lah, malah ngusir sekarang. Kenapa hari ini banyak yang sensi ke gue, deh? Padahal gue lagi mode diem, nih, bukan julid.” Zidan berucap dengan raut wajah yang dibuat sedih.

“Lo diem juga emang bikin sensi, Dan. Nggak nyadar apa?” sahut Vier.

“Ih, mulut lo, kok, makin mirip sama Mas, ya. Pedes, nyelekit,” balas Zidan kesal.

“Itu fakta. Terus nggak usah nyamain gue sama dia,” balas Vier, “udah sana-sana. Ganggu banget, sih, lo,” lanjutnya sembari mendorong Zidan agar beranjak dari sofa dan pergi dari sana.

“Aneh banget, sih, lo,” balas Zidan seraya beranjak menuju dapur untuk mengambil minum.

Begitu tiba di dapur, Zidan melihat Mama sedang memotong sayur yang akan dimasak untuk makan malam dan Zian yang duduk di kursi makan dengan segelas air dingin yang isinya sudah berkurang setengah.

Zidan melangkah menuju kulkas dan mengambil air untuk ia tuang pada gelas yang sebelumnya sudah diambil. “Masak apa, Ma?” tanya Zidan yang sudah duduk di samping Zian untuk minum.

“Baru datang bukannya salam terus cium tangan, malah langsung nanya masak apa," sindir Mama.

Hehe,” Zidan nyengir tanpa dosa, lalu tetap menghampiri Mama. “Assalamualaikum, Mama,” lanjutnya setelah tiba di samping Mama.

Waalaikumsalam.” Mama berbalik dengan senyum manis dan mengulurkan tangan, Zidan pun mencium tangan Mama.

“Bikin capcay, Ma?” tanya Zidan lagi setelah melihat sayuran yang Mama potong.

“Iya. Emang Kakak mau makan yang lain?” balas Mama.

“Boleh request, nih?!” pekik Zidan tanpa sadar.

“Boleh, asal jangan yang aneh-aneh," balas Mama membuat bibir Zidan melengkung ke bawah.

Mama tahu sekali kalau Zidan akan meminta sesuatu yang aneh, seperti ayam goreng saus cokelat misalnya. Zidan memang se-random itu, tidak perlu heran. Mama pun tidak akan mengabulkan permintaannya itu, tentu saja.

We are Us | NCT Dream 00L [Re-Pub]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang