•
•
•"Ehh gimana nih tantangan yang kemarin?"
Aku hampir saja lupa, kalau hari ini Maya akan melunasi tantangan yang Nadila berikan.
"Ko kalian masih inget sih." gerutu Maya
"Iyalah inget, itu kan tantangan mana mungkin aku lupa may."
"Yaudah deh, jadi gimana nih aku bilang ke siapa tu namanya beo ya?"
"bang Neo may" kataku
"Iya iya BANG NEO." Katanya dengan nada tinggi
Aku tertawa melihat Maya yang kesal seperti ini, aku jadi sudah tidak sabar bagaimana Maya akan berkenalan dengan bang Neo.
"Jadi gini, bang Neo itu kan kakak kelas kita, nah alibi kamu nanya nanya tentang lomba aja ke bang Neo."
"Iyaa tuh may, bang Neo pasti tau banyak soal lomba." seru Aprila
"So, dimana aku harus ketemu bang Neo?"
Nadila tersenyum, lalu menarik tangan Maya "sini ikut aku."
"Tuh kamu liat kan 3 cowo yang lagi duduk di bawah pohon mangga, nah yang pake baju merah itu bang Neo." tunjuk Nadila ke arah 3 laki laki yang sedang duduk di bawah pohon mangga.
itukan kak habibi, batinku.
"Aku harus ngomong apa?"
"Kamu nanya nanya aja tentang lomba, oke?"
"Tapi kan-"
"Udah sana, coba dulu may." ucapku meyakinkan Maya.
Akhirnya Maya menuruti apa yang ku bilang, ia menghampiri mereka dan mulai berbincang disana.
•••
Aku melihat ke arah teman temanku, mereka hanya bisa menertawakanku ketika aku ingin menghampiri bang Neo dan teman temannya itu.
Tantangan yang Nadila berikan ini sangat membuatku berkeringat dingin, jujur aku sangat malu berada di posisi ini rasanya ingin menghilang saja dari bumi ini.
"A-asalamualaikum" ucapanku terbata bata ketika melihat seseorang yang di maksud oleh nadila. ganteng, batinku
"Waalaikumsalam." jawab mereka serempak
"Ada apa neng?" tanya salah seorang teman bang Neo
"anu, bang neo-"
"Ohh, mau ngobrol sama Neo? sok atuh yuk zar kita ke bi aen, duluan ya ne." mereka meninggalkanku berdua dengan Neo, hanya berdua.
"Ada apa?"
dia ngomong tapi ga ngeliat ke gue, kataku di dalam hati.
"Eumm, aku mau nanya soal lomba."
"Aduhh, harusnya ente nanya ke pengurus putri, bukan ke ane." Bang Neo melirikku sekilas, lalu kembali menatap kosong ke depan
"O-ohh gitu ya, M-makasih bang." ia hanya menganggukkan kepalanya.
Arghhhhh
Kenapa dia sangat cuek? apakah aku tidak terlihat menarik di matanya?
Aku tersenyum ketika mengingat kembali wajahnya, tampan.
"Hayooo, senyum senyum ciee."
"Iya ihh, tiba tiba senyum senyum."
"Jangan jangan"
"Ihh apasih kalian aneh deh" elakku
"Kamu teh tadi senyum senyum sendiri, aku liat sendiri kali huuu." (biasalah abis liat cogan)
Apa yang harus kukatakan kepada mereka, aku tersenyum memang karena tingkah Neo yang membuatku merasa penasaran.
"Jadi gimana tadi may?" tanya maira
"Ga gimana gimana, bang Neo cuma jawab 'aduhh, harusnya ente nanya ke pengurus putri bukan ke ane' gitu." Kataku dengan menirukan apa yang bang Neo bilang tadi.
"Pfffttttt, hahahahaha bener juga ya apa yang bang Neo bilang, berarti tadi aku ngasih ide ga masuk akal dong hahahaha."
"Ketawa aja terus, aku yang nanggung malu"
"Udah udah, mending kita ke kamar dulu ga baik cerita disini, nanti ada yang denger." Maira memang selalu menjadi sosok ibu ketika aku dan nadila sudah berseteru.
Aku mengangguk menyetujui apa yang maira bilang.
•••
Setelah berbincang lama di dekat tangga, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke asrama.
Untung saja tidak ada yang mendengar percakapan mereka, kalau ada pasti satu pesantren akan heboh, dengan apa yang maya lakukan tadi.
Bukan hanya pengurus putri yang akan mengetahui nya tapi juga pak kyai, mungkin maira maya nadila dan aprila akan terkena hukuman, beruntung tidak ada yang mengetahui ini.
hai readers! aku lagi ga mood bgt niee haha
tapi semoga part nya nyambung ya😎
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta untuk habibi
Teen Fiction"𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚎𝚜𝚝𝚊 𝚙𝚞𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚎𝚕𝚊𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚒𝚜𝚝𝚒𝚖𝚎𝚠𝚊𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊" -𝓂𝒶𝒾𝓇𝒶 "𝚑𝚊𝚝𝚒𝚔𝚞 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚠𝚊𝚗𝚒𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚜𝚝𝚒𝚖𝚎𝚠𝚊" -𝒽𝒶𝒷𝒾𝒷𝒾 apa yang kamu bisa l...