tiga puluh lima!

66 4 0
                                    



"Selesai bi?"

"Udah mas."

"Saya mau keluar sebentar, kamu dan neo bisa tolong jaga abi saya sebentar?"

"Bisa mas."

"Emang zihni dimana mas?" Tanya neo

"Kalian kan tau sendiri dia seperti apa, yasudah saya pergi dulu ya. titip abi saya, asalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sepertinya mas alif terlihat sibuk sekali hari ini, sedangkan adiknya tidak bisa diandalkan. pantas saja mas alif sangat tidak menyukai zihni. dan sebaliknya zihni, bahkan ia tidak menganggap mas alif sebagai kakaknya sendiri.

Zihni yang selalu di manja oleh pak kyai, dan mas alif yang sangat mandiri, dua adik kakak ini sungguh jauh berbeda.

Aku dan neo bergegas menuju rumah pak kyai, aku takut jika pak kyai membutuhkan sesuatu lalu tidak ada siapa siapa dirumah. pak kyai sudah aku anggap seperti ayahku sendiri, abahku dan pak kyai memang sudah saling lama mengenal, mangkanya daripada itu abah menitipkan aku di pondok pesantren ini. agar aku bisa menjadi orang jauh lebih baik dari sebelumnya. dan yaa,  i can do it.

"Mas alif kasian nya bi, umi nya udah lama meninggal, zihni yang gabisa di andelin ane liatnya kadang ga tega, walaupun sedikit ngeselin, tapi mas alif teh orangnya mandiri terus cerdas bi."

"Sebenernya sih kalo di tanya kasian atau engga ane pasti jawab kasian, kalo soal kepribadian dia yang orang orang bilang sempurna. itu ga mungkin ne, pasti dia ada minus nya saeutik mah."

"Ya kan emang manusia gaada yang sempurna bi."

"Kasian sama latifah juga euy."

"Mau gimana lagi ne, takdir alam semesta mereun."

"Nanti si latifah teh bikin buku novel, judulnya kieu 'jodohku adalah gus' kitu ceunah."

"Mas alif suka teu nya sama si latifah."

"Jangan tanya ane bi, tanya sama mas alif sok."

"Males, buru ne lama banget jalan."

"Eh bi ente mau gini gini aja sama maira."

Entah kenapa neo tiba tiba membicarakan soal maira padaku.

Sebenarnya akupun tidak tahu bagaimana kedepannya, entah sampai kapan aku harus menyembunyikan rasaku kepada maira seperti ini.

Aku khawatir jika ada yang menyukai maira selain aku,

"Sampe waktunya tiba we lah ne."

"Kapan sok."

"Sampe ane siap."

"Ya kapan."

"Ane gamau ne, cuma gara gara ane suka sama maira semuanya kacau."

"Maksudnya?" Ucap neo menyerit

"Hafalan ane banyak ne, maira juga gitu. ane gamau keganggu sama hal yang belum pasti  gimana kedepannya."

"Bener jugaa."

"Masih abu abu ne, ane gatau maira suka balik atau engga sama ane, ane ragu."

"Gapapa bi kalo emang gamau ngungkapin sekarang, tapi kalo ada orang yang lebih dulu bilang suka ke maira, jangan jadi sadboy."

"Gaakan ne."

"Seyakin itu?"

"Ragu saeutik mah."

Bagaimana jika nanti kenyataan tidak mentakdirkan aku dengan maira,

Aku takut jika ada orang yang lebih dulu menyatakan perasaannya kepada maira, dan maira menerimanya.

Yaallah, semoga hal itu tidak akan pernah terjadi.

Neo hanya membuang nafas kasar ketika mendengar jawabanku barusan.

•••

cinta untuk habibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang