dua puluh!

60 6 0
                                    

jangan lupa baca part sebelumnya ya🌟


Kini aku berada di ruangan cerdas cermat bersama santri santri yang lainnya, tidak ku sangka banyak sekali santri yang minat mengikuti lomba ini. padahal tahun kemarin para santri susah sekali untuk diminta mengikuti lomba ini.

Kali ini ustadz zaki yang membuat soal cerdas cermat, tidak seperti tahun kemarin. tahun ini akan berbeda dengan tahun sebelumnya dikarenakan soal yang akan diisi di campur dengan soal yang ada di sekolah.

Dari banyaknya peserta, hanya ada 3 orang yang akan di pilih sebagai pemenang, dan harapanku semoga aku yang berada di urutan pertama seperti tahun kemarin.

"Kak habibi, kok tegang banget mukanya, takut yaa hahaha." ledek adik kelasku

"Yeee enak aja, mana ada muka ane tegang biasa aja tuh."

"Itu tu, keringetan gitu pasti takut."

"Ngeselin banget jadi adik kelas."

"Wleee." katanya sambil menjulurkan lidahnya

Aku membuang muka malas, aku sangat kesal melihat tingkahnya, ia sangat meledekku tapi apa yang dikatakannya itu memang benar.

Aku terkejut ketika melihat sosok maira yang berada di ambang pintu, tidak ku sangka ia mengikuti lomba cerdas cermat ini, walaupun aku menyukainya, aku harus tetap terlihat biasa saja agar maira tidak mengetahuinya.

•••

Setelah perbincangan panjangku dengan maya, aku memasuki ruang cerdas cermat dan sudah banyak para santri yang duduk disana.

Aku duduk di sisi kiri pintu masuk bagian paling depan.

Senyumku terukir ketika melihat seseorang duduk di pojok kanan dekat jendela. ya, dia adalah kak habibi.

"Maira?" ujar seseorang

"Astaghfirullahh, mas alif." aku terkejut ketika mas alif yang tiba tiba berada di hadapanku.

"Saya kesini mau minta maaf soal kemarin."

"Mas kaya nya waktunya ga tepat deh buat minta maaf."

"Apa kamu di ganggu nadia?-"

Bagaimana bisa mas alif mengetahui ini.

"Saya harap kamu bisa memaklumi sikap nadia yang berlebihan."

"Gapapa mas, maira ngerti."

"Mas alif tau darimana kalo kak nadia gangguin aku?"

"Maya yang menceritakan semuanya ke saya ra-"

Benar dugaanku, pasti maya pelakunya.

"Maafkan saya maira, saya tidak bermaksud untuk-"

"Gapapa ko mas alif." Mas alif tersenyum

"Kamu memang wanita yang saya cari maira."

Lagi dan lagi mas alif mengatakan itu, bukannya senang aku malah merasa takut dibuatnya.

"Semangat maira, saya permisi dulu. asalamualaikum."

"Waalaikumsalam." jawabku

Bagaimana bisa mas alif menyukaiku yang jauh dari kata sempurna ini.

Bukannya ia sudah di jodohkan dengan kak latifah yang bahkan sudah menjadi pengurus putri, lalu kenapa mas alif malah menyukai orang sepertiku.

•••

Aku sangat kesal ketika melihat mas alif menghampiri maira, rasanya ingin sekali menendang meja yang ada di depanku ini.

Apa yang mas alif bicarakan tadi kepada maira, mengapa ia terlihat sangat serius sekali.

"Colok juga ni mata nya, fokus amat ngeliatin maira." gumamku

"Mata siapa yang mau di colok kak?"

"Kepo banget ente." ucapku sinis

"Dihh emosi amat abangnya."

"Apansih."

"Ipiinsih." katanya dengan nada meledek

Aku hanya bisa mengelus dada melihat tingkah adik kelasku yang sangat menyebalkan ini.

"Ga mas alif, ga dia sama aja ngeselin nya." ucapku pelan

Kenapa maira dan mas alif terlihat sangat akrab sekali, apa mereka sudah saling mengenal lama?

(mas ganteng jealous gays)

"Asalamualaikum." Salam ustadz zaki seraya memasuki ruangan

"Waalaikumsalam."

"Masyaallah, tahun ini banyak sekali ya yang mengikuti lomba cerdas cermat, padahal tahun kemarin ustadz kewalahan nyari nyari santri yang minat ikut cerdas cermat."

Ustadz zaki menunjukku, "Habibi, kemarin cuma kamu yang ngewakilin santri putra, haha masyaallah."

"Na'am tadz." jawabku malu

"Kalau begitu kita mulai saja lombanya dengan membaca basmallah."

"Bismillahirrahmanirrahim."

"Sebelum mulai lomba, ustadz akan memberitahu beberapa aturan dalam perlombaan ini, yang pertama tidak ada yang boleh meminjam penghapus, pulpen, ataupun yang lainnya, kenapa? karena ustadz takut jika ada santri yang curang dalam perlombaan ini-"

"Yang kedua tidak boleh tengok kanan kiri, kalian hanya fokus melihat soal, dan yang terakhir tidak berisik, baiklah ustadz harap kalian menaati peraturan perlombaan ini."

Untung saja aku sudah mempersiapkan semuanya.

Ustadz zaki memberi soal kepadaku, dan yang pertama aku lihat adalah soal essay, soalnya sudah tidak sama seperti dulu.

"Ada yang ingin bertanya?" ucap ustadz zaki

Aku mengangkat tanganku, "Tadz mau nanya, kalo udah di tentuin pemenangnya apa bakal ada perlombaan lagi buat yang menang?"

"Wahh habibi pertanyaan yang bagus, jadi seperti ini. jika sudah ada tiga pemenang dalam perlombaan cerdas cermat tulisan ini, akan ustadz uji lagi dengan lomba cerdas cermat lisan."

Apa ini, bagaimana aku bisa menjawab pertanyaannya jika lisan.

"Cerdas cermat lisan tadz?"

"Cerdas cermat lisan ini adalah event baru dari perlombaan tahun ini, jadi ustadz harap kalian bisa melakukannya-"

"Silahkan kerjakan soal yang sudah ustadz berikan."

Aku mulai mengerjakan soal yang tadi ustadz zaki berikan padaku, ini tidak terlalu sulit untuk ku jawab.

•••

wihh gimana nih kira kira habibi bisa gak ya ngalahin maira?

cinta untuk habibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang