dua puluh lima!

47 4 1
                                    



Pagi ini masih berlangsung lomba 17 agustus dan kali ini adalah lomba catur, para santri berantusias untuk merayakannya, tidak kalah dengan lomba cerdas cermat lomba catur pun banyak diminati oleh para santri putri maupun putra tahun ini.

Tahun kemarin memang hanya beberapa orang yang mengikuti lomba, bukan hanya karena tidak ada yang minta, tapi karena santrinya tidak banyak seperti tahun ini.

Lapangan pesantren sudah sangat ramai, dibatasi dengan tali agar tidak ada yang melewati batas dan tidak menggangu peserta lomba, 7 buah meja yang berhadap-hadapan sudah tersedia disitu.

"Abidzarrrrr semangat." Sorak para santri yang melihat abidzar yang sedang memasang name tag di bajunya itu.

"Zar peci zar." Teriak habibi frustasi

Abidzar yang tersadar bahwa peci nya itu miring seperti penjual jengkol di pasar, langsung merapihkannya dengan raut wajah malu.

"Ne peci si abidzar miring tadi ya allah hahahaha."

"Cape banget ngeliat tingkahnya." Jawab neo

"Ne itu kan cewe yang ngajak ngobrol ente." Lirik habibi sambil menyenggol lengan neo

"Lah kok ikut." Jawab neo

"Itu temennya maira ne."

"Udah tau ane, males liat mukanya."

"Jangan gitu ne, kesel kesel nanti suka gimana."

"Gaakan pernah bi."

jederrrr⚡ (anggap aja suara petir)

Habibi dan neo berpandangan, "Alah siah." Ucap habibi menakut nakuti neo

"Naon."

"Petir tandanya takdir."

"Musyrik."

"Kalo iya gimana."

"Gaakan pernah."

Entah apa yang membuat neo sangat tidak menyukai maya, yang sudah jelas jelas cantik dan pintar dalam segala hal.

Maya yang terlalu menonjolkan rasa sukanya, atau neo yang terlalu menonjolkan rasa bencinya kepada maya.

Ini sama saja seperti air dengan daun talas, tidak bisa menyatu.

•••

"May semangat." Teriak maira lembut

Maya mengangguk lalu tersenyum, ia mengacungkan jempol nya yang berartikan siap.

Maira melihat maya yang sudah duduk di tengah tengah lapangan, menarik tangan nadila untuk berdiri di dekat garis batas lapangan disamping maya.

"Ra disini aja, jangan jauh jauh." Celetuk nadila

"Iya deh, lagian juga maya keliatan dari sini."

"Duh deg deg an deh."

"Ih ko kamu yang deg deg an sih haha, eh april mana." Tanyanya

cinta untuk habibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang