empat belas!

46 6 0
                                    



Setelah aku berbincang lama dengan maya dan nadila tentang pondok pesantren an-niati ini, aku baru mengetahui bahwa pengurus asrama putri bernama kak latifah yang akan di jodohkan dengan mas alif.

Mas alif memang banyak sekali kelebihan, dan bahkan santri putri pun berbondong-bondong mengagumi mas alif, tapi menurutku habibi melebihi mas alif.

"Kalian nungguin aku lama ya?"

"Enggak ko pril, lagian kita juga sambil cerita cerita terus belum laper banget juga." kataku

"Yaudah kita ngobrol ngobrol aja dulu disini, gimana?" tanya maya

Kami semua mengiyakan usul maya untuk berbincang bincang terlebih dahulu, lagipula aku belum terlalu lapar.

Mataku tertuju pada gazebo di dekat aula, kak habibi ngapain disana, batinku.

Ia bersama kedua temannya, dan salah satunya adalah bang neo, kira kira apa yang sedang mereka bicarakan.

"Itu kan bang neo." kataku

"Mana sih."

"Dimana ra."

"Itu loh di deket aula, di gazebo kayu itu."

"Loh iyaa." kata maya

"Seneng banget may, kaya liat harta karun." ucap nadila

"Ini mah lebih dari harta karun dil." jawabnya sumringah

"HAH?!" ucap nadila dan aprila berbarengan

"Jangan bilang kamu suka bang neo." tanyaku menyelidik

"Sumpah dari tadi kamu aneh ih, kamu suka bang neo ya may?" timpal aprila

"Kalo iya kenapa emang." jawab maya

Benar kan, apa yang ada di firasatku.

"Firasatku emang gapernah lolos may." ucapku kepada maya

"Kenapa kamu ga bilang dari tadi may?" tanya nadila

"Aku takut kalian bilang soal ini ke bang neo, aku gamau bang neo tau kalo aku kagum sama dia. ya walaupun dia cuek, terus sifatnya yang acuh, tapi aku suka itu."

"Kita ga akan bilang soal ini ke bang neo may, ga kaya apa yang kamu pikirin." balasku

"Iya may, jangan bilang gitu. kamu harusnya cerita sama kita, siapa tau kita bisa bantu kan temen temen."

Aku menyetujui apa yang nadila katakan, aku adalah tipe orang yang tidak suka kalau temanku atau bahkan papa dan bunda menyembunyikan sesuatu dariku, aku selalu menganggap diriku ini adalah orang yang tidak bisa di percaya oleh siapapun.

"Kalo ada apa apa kita harus cerita, jangan ada yang di sembunyiin ya." ucap aprila lembut

"Ambil makan yu, bentar lagi kan ada kajian. nanti kita telat."

Aku beranjak dari tempatku untuk mengambil makanan, setelah ini akan ada kajian lagi.

Dapur bi aen juga sudah sangat sepi, jadi aku tidak perlu mengantri untuk mengambil makanan.

Aku mengambil nasi dan dua potong tahu yang bi aen masak, aku harus terbiasa dengan apa yang bi aen masak, disini kan tidak seperti di rumah. kalau dirumah mungkin aku bebas untuk usul makanan apapun kepada bunda.

"Yang banyak atuh neng makannya." ucap bi aen kepadaku

"Ini udah cukup bi, ga biasa makan banyak hehe." jawabku

"Dia di rumah paling makan sesendok bi." kata maya yang mengundang gelak tawa

"Ihh so tau kamu may." jawabku kesal

Aku memang tidak terbiasa makan banyak, tapi tidak sesendok seperti apa yang maya katakan 🤬

Disisi lain ada yang sedang memperhatikan maira dan temannya.

cantik banget kalo lagi cemberut gitu, batinku.

Aku sedari tadi terus saja memperhatikan gerak gerik nya, dia tidak pernah lepas dari pandanganku.

Aku sangat menyukainya ketika sedang tertawa, hatiku mendesir melihatnya.

"Makan yo." ucap abidzar dengan tiba tiba

"Ah males di bi aen ada santri yang gajelas tadi." jawab neo

Entah kenapa neo sangat tidak menyukai santri putri yang tadi menanyakan soal lomba kepadanya.

"Gajelas ente ne, kajen we mereka mah." kataku

"Kalian aja ah sana, males ane mah."

"Yo zar." ucapku sambil merangkul pundak abidzar

Aku meninggalkan neo sendirian di gazebo, salah ia sendiri tidak mau mengambil makan, jadi terima saja resikonya jika kelaparan nanti.

"Si neo kenapa kitu ya bi."

"Gatau ane, aneh dia mah." jawabku heran

"Padahal tadi cuma nanya soal lomba ke neo kan ya."

"Neo risih kali banat nya tiba tiba nanya nanya."

"Meuren."

Setelah sampai di dapur bi aen, dan santri putri sudah kembali ke asramanya aku dan abidzar datang untuk mengambil makanan yang bi aen sediakan.

"Si kasep berdua baru kesini dari mana aja."

"Di gazebo we kita mah bi."

"Kemana atuh satu lagi si kasep nya." tanya bi aen

"Merenung bi, di gazebo." jawab abidzar

Perkataan abidzar membuatku dan bi aen tertawa terbahak bahak, tapi benar juga apa yang abidzar katakan, ketika aku menoleh ke arah gazebo neo sedang terduduk lesu. entah apa yang sedang ia pikirkan

Aku jadi kasihan melihatnya seperti itu, aku memutuskan untuk membawa dua piring makanan untuk neo dan aku.

Setelah selesai mengambil makan, aku dan abidzar kembali ke gazebo dan akan makan disana.










Haloo semuanya, apa kabarnya? hihi

cinta untuk habibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang