sembilan belas!

45 3 1
                                    



Hari yang di tunggu tunggu pun tiba, setelah menyiapkan beberapa hal dari mulai mendekor ruangan, memasang bendera, dan akhirnya hari kemerdekaan sudah tiba.

Habibi, neo dan abidzar pun sudah mempersiapkan semuanya, mereka sudah siap dengan perlombaan yang akan mereka ikuti hari ini, abidzar yang mengikuti lomba catur, neo yang mengikuti lomba kaligrafi, dan habibi yang menjadi perwakilan untuk lomba cerdas cermat.

Para santri memakai baju yang senada warna nya hari ini, yaitu merah putih ada yang hanya bajunya saja berwarna merah, dan ada pula semua pakaian nya berwarna merah.

Penampilan habibi hari ini menjadi pusat perhatian para santri putri, ia memakai sarung berwarna merah garis garis hitam, dan baju koko berwarna putih serta peci hitam dengan bordir pondok pesantren an-niati.

"Masyaaallah habibi, antum wasim sekali." kata abidzar dengan logat arab

"Syukron wahai pemuda." jawabnya

Neo yang melihat tingkahnya dengan abidzar hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Buruan siap siap ente bi, jam 9 cerdas cermat mau di mulai."

"Bawa santai aja brodi."

Sebenarnya ia hanya menyembunyikan ketegangan dari neo, jadi seolah-olah ia tidak panik.

"Kira kira soal yang ada di cerdas cermat tahun ini sama kaya tahun kemaren ga ya ne." tanyanya

"Lah gatau, yang bikin soal kan ustadz zaki."

"Ane kira mas alif yang bikin soal."

"Kaga bi, mas alif sibuk ngurus kaligrafi."

Habibi mengangguk paham.

Neo menepuk pundak habibi, "Yo ke ruangan cerdas cermat."

Neo habibi dan abidzar meninggalkan lapangan dan beranjak ke ruangan cerdas cermat.

•••

Aku memakai baju gamis yang di belikan teh dewi untukku dulu, ketika ia berada di bandung, sisi kiri berwarna putih dan sisi kanan berwarna merah dan terbalut kerudung segi empat berwarna hitam.

Lomba cerdas cermat akan di mulai pukul sembilan nanti, sedangkan aku masih mondar mandir mencari maya, entah dimana dia berada, padahal aku ingin menanyakan perihal bagaimana penampilanku hari ini kepadanya.

Mataku menyipit ketika melihat Maya yang sedang berdiri di sisi lapangan.

disitu ternyata, batinku.

Aku yang sibuk mencari keberadaannya, ia malah asik asikan menonton lomba balap karung seorang diri.

"May aku nyari nyari kamu loh dari tadi." kataku kesal

"Loh aku juga nyari kamu ga nemu nemu, sampe aku nyari ke dapur bi aen kamu gaada."

"Gimana sih kamu, orang dari tadi aku di kamar lagi ngaca-"

"Liat baju aku, cocok ga? atau keterangan warnanya."

"Ra udah bagus kok, kamu cantik."

"Boong kamu ya."

"Ihh ko boong sih, beneran mairaa."

Aku tersenyum girang setelah mendengar ucapan maya barusan.

"Ayo buruan, bentar lagi cerdas cermat di mulai."

Aku dan maya memutuskan untuk pergi ke ruangan cerdas cermat, yang sebentar lagi akan di mulai.

Langkahku dan maya terhenti ketika kak nadia  dengan tiba tiba mendorongku.

"So cantik banget lo deket deket sama mas alif nya gue." katanya

"Astaghfirullahh." ringisku

"Maksud kakak apa dorong dorong maira kaya gitu hah?!" bela maya dengan nada tidak terima

"Diem lo! ini urusan gue sama dia."

"Kenapa kakak tiba tiba ngedorong aku."

"Gausah sok polos, gue tau lo berduaan sama mas alif di taman."

Aku terkejut dengan apa yang kak nadia katakan, bagaimana ia bisa mengetahuinya.

"Aku sama mas alif cuma ngobrolin soal lomba aja kok ga lebih."

"Halah gausah ngelak."

"Kak, kakak disini santri lama harusnya kakak ngajarin kita santri baru dengan bahasa yang sopan, bukan pake lo gue kaya gini."

"Kenapa? lo ga terima, suka suka gue lah mulut mulut gue, sewot banget."

"Udah may, ayo kita ke ruangan cerdas cermat."

"Tapi ra-"

"May..." lirihku

Maya dan aku meninggalkan kak nadia yang masih terdiam tanpa merasa bersalah.

Kini aku dan maya tepat berada di depan pintu masuk ruangan cerdas cermat.

Maya memegang pundakku, "Ra, kalo kamu di gituin lagi sama kak nadia. aku ga akan segan segan laporin dia ke pak kyai."

"Aku gapapa kok may, mungkin dia lagi badmood aja kali."

"Mana ada orang badmood sampe dorong dorong kaya tadi, kesurupan kali ah."

"Udah maya, aku gapapa kok."

"Terserah kamu deh ra, baru liat aku orang selembut kamu padahal udah di dorong gitu." katanya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Sebenarnya aku bisa saja mendorong kembali kak nadia tadi, tapi aku tidak bisa melakukannya, aku takut jika masalah ini akan lebih panjang dan maya akan terlibat, aku tidak mau itu terjadi.

Maya bukan hanya teman baikku, tapi ia juga penenang sekaligus pendengar baikku, jadi aku tidak mau jika maya terlibat dalam masalah yang aku hadapi.

•••

emang ya nadia ini pengacau 🤬




cinta untuk habibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang