Bab 1. Renjana dan Cintanya

1.4K 177 16
                                    

Yokk bisa yok!
Atas respons kalian, saya ucapkan terima kasih. Sering² tinggalkan jejak yaa, mood menulis saya tergantung kalian.

***

Terang sang chandra menerangi bumi Jakarta, mega yang kelam behias taburan bintang. Malam ini akan sangat indah jika suasana hati Renjana baik-baik saja, selimut bermotif bunga bakung memeluk tubuh kecilnya. Oh, jangan lupa dengan layar laptop yang menyala, memantulkan dirinya sendiri melalui fitur kamera karena saat ini ia memang sedang melakukan siaran langsung.

Kak, rekomendasiin lotion buat kulit kering dong

Cantik banget kakak aku...

Halo, kakak cantik

Cover lagu dong Kak Ren

"Kalo buat make up yang bold menurut aku lipstick-nya jangan warna merah. Sesuaikan aja sama warna kulit wajah." Tujuan dari acara siaran langsungnya ini memang khusus sesi tanya jawab tentang make up. Jadi Renjana tidak akan menanggapi komentar yang out of topic. "Kalo Korea 'kan beda, mereka make up-nya lebih natural. Tapi walaupun keliatannya natural, make up mereka juga gak gampang, apa lagi bagian mata, bener-bener detail. Sebenernya aku sendiri lebih suka sama tipe make up ala Korea. Keliatan manis aja gitu, kalo bold bikin keliatan dewasa. Tapi kayaknya nanti aku bakal coba bold...."

Renjana menoleh saat pintu kamarnya terbuka, ia memang sempat mendengar suara halus mesin mobil di depan rumahnya.

"Ren?"

Saat suara berat itu mengalun, Renjana buru-buru menyudahi siaran langsungnya. Ia melepas selimut dan berjalan melewati sliding door.

Seorang laki-laki muda tampak sedang membelakangi Renjana karena posisinya memang menghadap lemari, Renjana bisa melihat kemeja yang laki-laki itu kenakan tergeletak di sofa. "Udah pulang? Kok langsung ganti baju? Nggak mandi, emang?"

"Malam ini saya tidur di rumah Mama, beliau lagi sakit." Laki-laki itu menarik kaosnya ke bawah.

Renjana menaikkan kedua alisnya. "Mama sakit apa? Aku mau ikut, dong. Mau liat Mama."

"Nggak usah, Mama cuma kelelahan aja, kamu gak perlu ikut. Besok pagi saya langsung ke kantor."

Ada satu denyutan nyeri di hati Renjana. "Kamu makan dulu aja, aku siapin dulu."

"Ren-"

"Sebentar doang, gak lama. Tunggu bentar." Renjana melesat cepat keluar kamar.

***

"Nyokapnya makin hari makin tengil, sih. Gue yakin dia cuma pura-pura sakit biar laki lo nginep di rumahnya." Hera berujar ketus.

Saat ini tiga perempuan yang berstatus sebagai Mahasiswi itu tengah berkumpul di Lunar's Cafe. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, yang artinya mereka sudah pulang kuliah.

"Gak tau deh, gue bingung kenapa Mama Kirana kayaknya benci banget sama gue. Emang gue pernah bikin salah apa, coba?" Renjana menggerutu.

"Salah lo, lo nikahin anak kesayangannya, Ren. Aset emas keluarga mereka." Hera menimpali lagi.

Tidak terima disalahkan, Renjana membela diri. "Dih, orang anaknya yang ngelamar gue, ya kali gue tolak. Sia-sia dua tahun gue ngejar doi dong kalo gitu."

"Lo tuh terlalu ngebucin, harusnya biasa aja sama dia." Hera menoyor kepala Renjana gemas.

Tari terkekeh, "tapi menurut gue Renjana gak terlalu negbucin kok, actually dia emang bucin, tapi gak diperlihatkan secara langsung ke orangnya. So far, Renjana cuma bertindak selayaknya istri pada umumnya, dan ga ada yang salah sama itu."

SELAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang