Bab 21. Drama Malam Hari

1.2K 140 29
                                    

Hallo, kalau kalian sampai di part ini pada tanggal 24 Maret, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesetiaan kalian menunggu.

Kalian layak untuk dapat apresiasi sebagai pembaca terbaik versi-
Tentu saja versi saya

Selamat membaca!

I 💜💜💜 U

***

Renjana menepuk bahu Hera dengan mata melotot, ekspresi yang sama ditunjukkan oleh Tari dan Celine yang masih mengamati ponsel masing-masing.

"Ra!" Panggil Renjana.

Hera mengangkat kepalanya untuk menatap ibu hamil itu. "Apaan?" Malasnya seraya memijat kening. Benar kata orang, tidur terlalu lama bisa membuat kepala pening.

"Look!" Renjana memperlihatkan layar ponselnya pada Hera.

Gadis yang masa kecilnya sering bermain layangan itu membulatkan mata, dan jangan lupakan bibir kecil berisinya yang terbuka. Dengan kecepatan seperti angin, Hera merebut ponsel Renjana untuk ia amati lebih jauh. "Kak Malik?" Gumamnya. "Ini dia kenapa? Siapa yang mukulin? Kok bisa babak belur gini? Bibirnya pecah, oh my god! Kok bisa?"

"Tenang dulu, Ra. Tenang!" Sela Celine.

"Sini!" Renjana merebut ponselnya kembali setelah dirasa Hera sudah melihatnya dengan jelas.

Melihat foto Malik yang duduk di pinggir jalan dengan kondisi mengenaskan.

"Gimana gue bisa tenang? Itu siapa yang mukulin Kak Malik?" Cemas Hera.

Tari meringis, "pasti Yasmin, sih. Yakin gue."

"Iyalah, orang Yasmin yang ngirim fotonya." Balas Tari.

Ada ekspresi tak percaya di wajah Hera. Yasmin? Memukul Malik? Ingatan Hera kembali pada kejadian tadi siang. Yasmin langsung pergi setelah ia sedikit memberi penerangan. Yasmin memang terlihat sangat marah tapi Hera tidak pernah berekspektasi kalau gadis keraton itu akan melakukan tindakan seperti ini.

"Gue juga yakin sih itu perbuatan Yasmin." Celetuk Renjana.

"Yasmin di mana sekarang?" Tanya Hera.

"Gak tau, tadi dia gak bilang 'kan mau ke mana." Sahut Renjana.

"Yang jelas nyamperin Kak Malik." Tambah Celine.

Tari mengamati ponselnya dengan seksama. "Bentar, ini kayaknya lokasinya gak asing. Di belakang Kak Malik ada pager merah, mirip pager yang ada di belakang fakultas Teknik."

Renjana mengamati ponselnya setelah mendengar dugaan Tari. Begitu pun Celine.

"Iya, ini di belakang fakultas Teknik. Kan emang ada jalan raya di belakangnya." Timpal Celine.

Hera lantas beranjak pergi.

"Mau ke mana, Ra?" Seru Renjana.

"Nyusul Yasmin." Balas Hera seraya berlari menaiki tangga untuk mengambil ponsel dan kunci mobilnya di kamar Renjana. Tapi saat kembali dengan dua barangnya itu, Hera berpapasan dengan Yuda di anak tangga terakhir. Pria yang sudah kepala empat itu tampak tampan dengan balutan kaos putih dan celana pendek selututnya.

Sadar, Ra! Itu bapak-bapak! Gumam Hera dalam hati.

"Baru bangun?" Sapa Yuda pertama kali.

Hera mengangguk kaku, masih malu rasanya kalau inget pertemuan terakhir mereka di mobil pria itu. "Iya, Om."

"Mau pulang?" Yuda melirik kunci mobil dan ponsel Hera, menduga akan ke mana gadis itu.

"Iya- eh enggak! Mau ke kampus, Om. Ada yang ketinggalan. Emm- permisi, Om." Hera menundukkan badannya saat melewati Yuda.

SELAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang