Silakan vote dan komentar
Mari sama-sama menghargai, saya tau kalian semua orang-orang yang good attitude.***
"Aku mungkin pulang agak telat nanti malem, kalo ada apa-apa di rumah kabarin aku, ya. Hp aku pegang terus.."
Renjana menepuk dada Jeffran setelah dasi suaminya terpasang sempurna, "kenapa? Lagi ada masalah di kantor?"
"Enggak, cuma ada proyek baru, enggak bisa dibilang baru juga, sih. Udah tiga tahun. Cuma baru terealisasikan sekarang karena itu proyek yang lumayan besar." Jawab Jeffran.
"Nanti kamu bakal sibuk banget, dong?" Renjana tidak bisa menyembunyikan raut sedihnya.
Jeffran menangkup wajah istrinya dengan gemas, "tiap hari juga sibuk, kok. Tapi aku tetap bisa luangin waktu buat kamu, 'kan?"
"Beda! Nanti pasti bakal lebih sibuk." Balas Renjana.
"Tergantung."
"Hm?"
"Tergantung prioritas aku."
Kali ini Renjana hanya menatap Jeffran dengan pandangan bertanya.
"Semua orang punya prioritas dalam hidupnya, 'kan?" Tanya Jeffran. "Prioritas kamu sekarang apa?"
Renjana terdiam, berpikir. "Keluarga?"
"Iya, 'kan? Kamu juga punya prioritas. Sekarang denger aku baik-baik." Jeffran memindahkan tangannya ke pinggang Renjana. "Prioritas aku dulu sebelum menikah adalah masa depan, sekarang pun begitu."
"Aku sama adek bukan prioritas kamu?" Renjana menggeram kesal.
Jeffran mendesah pelan, "makanya kamu harus janji, tetap sama aku di masa-masa yang akan datang, tetap di sisi aku apa pun yang terjadi. Dengan begitu kamu akan jadi prioritas, karena kamu bagian dari masa depan aku."
Tampaknya Renjana masih belum puas dengan jawaban Jeffran, "terus kenapa kamu sibuk sama kerjaan?"
"Ya ampun." Jeffran mengusap wajahnya, membuat pinggang Renjana bebas. "Kesibukan aku 'kan buat kita, beliin kamu kosmetik, beliin adek baju, belum lagi biaya adek nanti sekolah."
Renjana mengulum senyum, hatinya selalu menghangat tiap kali Jeffran menyebut anak mereka dalam pembahasan. Tapi ia gengsi untuk menunjukkan senyumnya secara terang-terangan. "Kamu 'kan udah kaya. Papa Jayden juga. Papa aku pesangonnya lumayan nanti."
Jeffran mengernyit tidak suka dengan ucapan istrinya. "Roda itu berputar, Sayang. Ada saatnya kita di atas, ada saatnya pula kita di bawah. Aku gak mau bawa kamu hidup susah, jalan kita masih panjang, kamu juga harus tau kalau masalah terberat dalam hidup itu masalah ekonomi. Dan tolong jangan bahas harta orang tua kita, karena kamu itu tanggung jawabku. Kamu dan adek. Fungsi utama tangan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan kalian. So, kalau kamu butuh apa pun, kasih tau aku! Cuma aku! Itu satu-satunya cara supaya aku tau kalo kamu menghargai aku sebagai kepala keluarga."
Di tempatnya, Renjana terpaku penuh haru, sedetik kemudian menghamburkan diri dalam pelukan suaminya.
Tawa Jeffran berderai lembut seiring tangannya membalas pelukan sang istri. "Jadi, Nyonya Kanagara Jung, apakah suami Anda yang tampan ini boleh untuk fokus bekerja demi memenuhi kebutuhan kita?"
Renjana mengurai peluk dengan sedu yang tersisa. "Iya, semangat kerjanya, Papa."
Jeffran mengusap sisa air mata istrinya, "jangan nangis, dong. Nanti diketawain adek. Malu."
Dan pukulan ringan mendarat di dada calon ayah itu.
***
Menjelang sore, Hera dan Yasmin bertandang ke rumah Yuda sepulang kuliah, Celine dan Tari masih ada jadwal pertemuan dengan dosen dan kemungkinan akan pulang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELAKSA
RomanceTERSEDIA VERSI E-BOOK (PDF) Copyright©️2021 by: Veloveny ⚠️ DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APA PUN! Meski tingkahnya centil dan gaya berbusananya selalu menginspirasi banyak orang, Renjana bukan gadis yang mudah jatuh cinta. Terima kasih pada Hera ya...