Setelah ini kita fokus lagi sama cerita keluarga Renjana, dan maaf banget ada banyak kesalahan waktu saya baca part awal. Mulai dari nama orang tua jeffran dan lain-lain. Akan saya revisi nanti.
Jadi pada setuju Hera sama Malik apa Yuda?
Jangan lupa vote dan komentar ya kalian
***
Jeffran sedang membantu Renjana minum ketika debuman keras pintu terdengar, menampilkan sosok Nenek Nandito yang memasang wajah angkuh. Jeffran sebenarnya ingin memperingati wanita itu agar pelan-pelan saja kalau membuka dan menutup pintu, tapi Renjana menginterupsi niatnya.
"Udah." Hanya dengan kalimat itu, Jeffran mengalihkan fokusnya kembali pada sang istri dan membantu merebahkannya kembali. "Aku kaget," bisik Renjana pelan, mengarah pada tindakan neneknya yang tampak aneh.
Mendengar istrinya mengadu, Jeffran justru merasa gemas, lalu sepasang suami istri itu memperhatikan gerakan Nenek yang berjalan dan duduk di sofa ruangan kemudian memejamkan mata.
"Kamu udah baikan, Ren?" Suara wanita tua itu terdengar tanpa membuka matanya.
Meski sedikit asing dengan pertanyaan neneknya itu, Renjana tetap menjawab, "iya, mendingan. Nenek nginep?"
Nenek Nandito mengangguk samar, "kalau kamu mau tidur, tidur aja. Nenek bisa tidur di sofa."
"Papa mana?" Renjana bertanya lagi.
"Nganter temanmu pulang."
Alis Renjana mengerut, tatapannya beralih pada Jeffran. Meminta penjelasan. Tapi suaminya itu meringis karena lupa akan sesuatu.
"Tadi Hera ke sini, aku telepon. Tapi kok malah pulang, ya? Padahal katanya dia mau bermalam di sini buat nemenin kamu." Heran Jeffran.
Wait! Renjana tidak salah dengar? "Papa nganter Hera pulang? Kok bisa?"
Nenek menaikkan kakinya ke sofa untuk diselonjorkan, "temen kamu itu, lho, malam-malam begini keluar rumah apa gak dicariin orang tuanya? Gaya hidup anak itu bebas banget, kamu harusnya kalau mau bergaul jangan sama anak begitu!"
Renjana tidak terima, ingin sekali menyanggah tapi Jeffran memberi kode untuk mengabaikan saja, tidak akan ada sudahnya kalau dilayani, takutnya Renjana justru semakin drop karena emosi.
"Papa balik lagi ke sini, gak, ya?" Gumam Renjana.
Jeffran mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang Renjana, kemudian menggenggam tangan kanan istrinya itu. "Kenapa emangnya?"
"Enggak, cuma aneh aja kalau ada Nenek di sini." Bisik Renjana sambil melirik Nenek yang sudah memejamkan mata.
"Udah, gapapa, kamu tidur aja. Ada aku di sini." Ucap Jeffran lembut.
"Jangan ke mana-mana, ya? Di sini terus sampe aku bangun." Pinta Renjana, matanya sudah mulai sayu.
Jeffran mengangguk sebelum bangkit hanya untuk mengecup kening Renjana. "Cepet sembuh, Mamanya adek." Bisiknya.
Dan dengan ucapan itu saja Renjana sudah terbang ke alam mimpi, sedangkan Jeffran masih terjaga, menatap wajah istrinya sedalam mungkin.
Aku sayang banget sama kamu, 'Ren.
Tolong bertahan untuk waktu yang lama.
Buat aku.***
Ruang rawat Renjana menjadi heboh di pagi hari karena kehadiran empat sahabatnya. Kondisi Renjana sendiri sudah terlihat sangat baik. Nenek Nandito dan Yuda sudah pulang pukul lima pagi, tentu saja semalam Yuda kembali ke rumah sakit untuk turut menjaga Renjana. Sementara Jeffran menitipkan Renjana pada sahabat-sahabat istrinya itu sementara dia pulang untuk mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELAKSA
RomansaTERSEDIA VERSI E-BOOK (PDF) Copyright©️2021 by: Veloveny ⚠️ DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APA PUN! Meski tingkahnya centil dan gaya berbusananya selalu menginspirasi banyak orang, Renjana bukan gadis yang mudah jatuh cinta. Terima kasih pada Hera ya...