***
"Berhenti berkata maaf kalau berkhianat masih berlaku di tiap saat."
***
Satu minggu setelah kejadian itu, Airin kembali sekolah seperti semula.
Bukan di sekolah lamanya, melainkan sekolah barunya.
Yang Airin tau, dia bersekolah di tempat yang sama dengan Gemini.
Airin tidak memberi kabar kepada sahabatnya satu minggu ini, dia benar-benar mengacuhkan semua notifikasi di ponselnya.
"Sekolah jangan bolos, nanti abang jemput."
Airin membuang muka. Selama seminggu ia semakin irit bicara, suasana yang menggambarkan dirinya terlalu sunyi.
Hening tak ada jawaban, Alan membuang nafasnya kasar. "Udah satu minggu, kamu mau acuhin abang terus?"
Seolah tak peduli, Airin tetap menatap pinggiran jalan dengan tangan bersedakep dada.
"Rin~"
"Pak! Bisa cepet gak sih nyopirnya!" decaknya.
"Rin, abang lagi ngomong," keluhnya.
Airin melirik. "Gak usah ajak ngomong!"
Sekali lagi Alan membuang nafasnya.
Lama dengan keheningan, mobil berhenti di depan gerbang sekolah barunya.
Terlihat dengan jelas, nama sekolah barunya terukir dengan rapih dan jelas. 'SMA KARTIKA'.
Airin memandang tak minat mendapati sekolahnya, bukan masalah apa, tetapi Airin sudah malas dengan yang namanya sekolah.
"Udah nyampe--"
"Tau." Airin memotong cepat.
"Abang pengin peluk kamu," cetusnya.
"Airin pengin jauh dari abang."
Alan menegang. "Rin-"
"Jangan peduliin Airin lagi, urus hidup abang sendiri, gak usah cape-cape ngejaga Airin, Airin bisa jaga diri, Airin capek, Airin bingung, Airin gak benci abang, Airin cuma gak pengin kayak dulu lagi, Airin gak pengin berharap lebih, cukup abang peduliin Airin, tapi abang juga yang bikin kecewa Airin, Airin tau Airin salah, tapi itu gak sepenuhnya, abang selalu salahin Airin tanpa abang tau apa masalah Airin."
Setelah mengatakan itu, Airin bergegas membuka pintu mobil dan turun.
"Rin!" panggil Alan.
Langkahnya berhenti, tapi diam di tempat.
"Abang sayang sama adik kecil abang," katanya.
Airin tertawa miris. "Tapi abang ngecewain adik yang udah gak lagi kecil ini," pungkasnya lalu berjalan cepat memasuki gerbang.
🔥🔥🔥
Sorak porak terdengar jelas di kelas Gesa. XI Mipa 2.
Gumpalan kertas terlempar ke sana ke mari. Diiringi tawa dan teriakan, kelasnya sangat ramai.
"Diem ya, Bangsat!" teriak Gladys.
"Gladys ga asik!" cetus Aida.
Gladys menatap tajam Aida. "Bilang lagi coba!"
"Hehe, engga kok engga."
"Gesa bisa diem gak?!" teriaknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Rasa (On Going)
Teen FictionQ : Covernya kok ga sesuai cerita? A : Ceritanya belum selesai sayang, tunggu sampe selesai nanti paham. Yang menghilang kini kembali datang, tak pernah ia bayangkan jika dia kembali untuknya. Rasa senang melekat pada dirinya. Namun ... ada satu hat...