23. Pernyataan baru

41 32 62
                                    

Airin telah sampai di sekolahnya, hari ini hari ke-2 untuknya kembali memasuki sekolah barunya.

Menggunakan skeatboardnya Airin melaju di sepanjang koridor yang cukup sepi.

Jam masih menunjukkan angka 06.18.

Speachless sebenarnya mendengar Airin sepagi itu telah sampai di sekolah.

Saat di belokkan koridor ia dikagetkan oleh kedatangan seorang lelaki. Menggunakan hoddie hitam dengan satu puntung rokok di mulutnya.

Brak

Airin terjatuh.

"Eh!" pekik lelaki itu, "lo gak--Ai?!"

Airin terkejut akan siapa lelaki yang di depannya itu. Dia langsung berdiri.

"Lo kalo jalan yang bener dong!"

Lelaki itu menyerngit. "Kok gue?"

"Terus siapa?!"

"Yang mainin kayak gituan di tempat kayak ginian 'kan lo, kok jadi gue yang disalahin?" ucapnya rendah.

Airin menggerutu, benar memang, dia juga salah.

"T-tapi tetep aja, lo yang salah!"

Lelaki itu terkekeh dan membuang puntung rokoknya di tempat sampah terdekat.

"Kok lo ngerokok?!"

"Emang kenapa?"

"Gak baik buat kesehatan."

"Lo peduli?" ujarnya dengan senyum tipis.

"Ini anak kenapa sih? Kok gak kayak biasanya?" ujar Airin membatin.

"Heh!" Lelaki itu meraup wajah Airin.

"Apasih, Ge!"

Lelaki itu melirik. "Ge?"

"Nama lo Gesa 'kan?! Gak ada yang salah, kok lo aneh?!"

Lelaki itu Gesa, Gesa terkekeh. "Iya gak salah."

"Lo kenapa sih?!" tuding Airin yang melihat perubahan sifat Gesa.

"Emang gue kenapa?"

"Gak kayak biasanya."

"Biasanya gimana, emang?"

"Ya-ya gak kayak gini intinya!" serunya, "dahlah gue pergi!"

Gesa terkekeh membiarkan Airin pergi. "Ati-ati! Nanti malem bales chat gue!" teriaknya di sepanjang koridor.

🔥🔥🔥

Sambil menunggu bel masuk, Gesa berdiri di rooftop sekolah. Menghirup udara pagi untuk menyegarkan otaknya.

Sebenarnya dia tahu apa yang dimaksud Airin tadi.

Sifatnya sedikit berbanding terbalik dengan kebiasaannya.

Gesa mengadahkan kepalanya ke atas. "Seenggaknya lo bikin gue lebih baik, Ai."

Flashback on

Pagi-pagi sekali Gesa mendengar keributan di ruang bawah.

Gesa menguap beberapa kali, hari masih gelap.

Lagi dan lagi, Gesa mengerang keras dengan dadanya yang terasa sesak.

"Tega banget ayah kayak gitu sama bunda?!"

Sudut Rasa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang