13. Nostalgia

63 72 36
                                    


***

Cahaya yang masuk melalui celah gorden sama sekali tak  mengganggu tidur pulas keduanya, suara gedoran pintu pun sama sekali tak disahuti, alam bawah sadarnya jauh lebih asik bagi keduanya.

Decakan keras oleh seseorang di depan pintu sama sekali tak terespon, sang empu sedikit kesal karena sang kakak dan teman kakaknya itu sama sekali tak terusik. jam yang menunjukkan angka enam lebih membuat dirinya sedikit gugup. Dia tak ingin terlambat untuk tiba di sekolah.

Gadis yang tergolong pintar ini menggaruk tengkuknya sembari berfikir, cara apalagi untuk membangunkan dua manusia yang mungkin saja sedang menjelma sebagai kerbau. Dia bersedakep dada, seketika lampu di kepalanya kembali menyala, dia menuruni tangga sembari berlari kecil.

"Pak Jonii!" teriaknya memanggil satpam yang berjaga di depan rumahnya.

Dia membuang nafasnya kala sampai di depan. "Pak Joni, Aya minjem kunci serep dong! Ara dipanggil gak nyahut-nyahut, coba kalo ada mami, pasti udah dimarahin Ara-nya," jelasnya.

"Jangan lari-lari atuh non," tutur Pak Joni memperingati, Aya hanya terkekeh mendengarnya.

"Iya Pak, ya udah mana kuncinya, Aya mau minjem."

Pak Joni meraba-raba kantung baju serta celananya. "Sebentar non, kayaknya ada di dalem, sebentar."

Aya mengangguk. Sembari menunggu ia memainkan kuku-kuku jarinya. Dia menyodorkan tangannya meminta kala mendapati Pak Joni kembali. "Makasih pak, ntar Aya kembaliin lagi," ujarnya pamit lalu kembali berlari.

Klik

Putaran kunci kedua membuahkan hasil, dia menghela nafasnya.

Aya nampak mengelus dadanya naik turun, kedua gadis di dalam masih terlelap dengan posisi yang sama sekali tak elite. Jam yang berbunyi nyaring sama sekali tak terdengar sampai ke telinga keduanya.

Dia menghirup nafasnya dalam. "Araaaaaa!" teriaknya keras.

Brak

"Allahuakbar!"

"Istighfar!"

Pekik keduanya terlonjak kaget, mata keduanya terlihat menutup--membuka dengan raut kaget.

Aya terkikik geli, lalu melenggang pergi membiarkan keduanya sadar dari rasa kantuk yang masih menyerang.

Terdengar pekikkan yang membuat Aya semakin terkekeh, dia kembali kekamarnya dan beranjak pergi untuk berangkat sekolah, dia meninggalkan Gemini.

🔥🔥🔥

"Gilak adek lo ngab! Jantungan gue, gue kira ada apaan anying!" umpat Airin dari kamar mandi.

Gemini menguncir rambutnya dengan wajah kesal, pasalnya dia sedang bermimpi indah namun dihancurkan seketika oleh adiknya. "Si anying, gue lagi mimpi anjrit, ancur semua impian gue!"

"Gue mau berangkat sekul, lo gimana? Mau di sini aja?"

"Ogah! Gue mau pulang," jawab Airin sekilas, "baju lo gue bawa dulu, besok gue kembaliin kalo inget."

Gemini memutarkan bola matanya malas. "Ya udah kuy lah, kita misah depan gang," ajak Gemini, dia mengambil skeatboard miliknya dan juga milik Airin.

Keduanya nampak saling mengobrol, sampai di gang depan keduanya menghentikan jalannya. "Anjrit gue baru nyadar, gue masih make piyama lo! Malu anjing, mana rambut gue kek gembel!" ujar Airin berdecak sebal.

Sudut Rasa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang