15. Elf(1)

247 21 18
                                    

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh dengan kereta yang di tarik oleh binatang suci unicorn, mereka tiba di tempat tujuan.

Sebuah istana yang seluruhnya tebuat dari emas murni. Meskipun itu sulit di percaya namun itu adalah kenyataannya.

Saat Argenta dan lainnya memasuki istana, suara langkah orang yang berlari bisa terdengar. Seorang anak kecil berlari dengan cepat mendekati Argenta, lalu melompat kedalam pelukannya.

"Tuan-sama, saya merindukan anda!" seru anak tersebut dengan wajah yang berseri-seri.

"Ohh Paris. Maaf aku tidak bisa mengunjungimu untuk waktu yang lama-

"Lagi, caramu memanggil one-sama benar-benar seperti orang bodoh!"

"S-saya mohon maaf Adik-sama"

Paris yang mendapat teguran dari Tiesta berusaha menahan air matanya, merasa dirinya tidak kuat menahannya lagi Paris menguburkan kapalanya ke dada Argenta.

Tiesta yang melihatnya menjadi semakin kesal. Menatap dingin ke arah anak kecil rendahan itu.

Paris adalah seekor bayi naga kecil yang tidak memiliki orang tua, bukan berarti orang tuanya membuangnya atau sesuatu, tetapi karena mereka telah terbunuh oleh orang yang mengaku sebagai kelompok pahlawan.

Meskipun naga di kenal sebagai makhluk yang kuat, tapi mereka lebih kuat dari naga. Hanya masalah waktu sebelum Paris bernasib sama seperti orang tuanya, namun keberuntungan berpihak padanya, Argenta menyelamatkannya lalu membunuh kelompok pahlawan dengan mudahnya.

"A-Tuan-sama...." Paris tersenyum pahit, dia membenci bagian dirinya yang tidak bisa memanggil nama tuannya, meskipun Paris mencoba dengan keras harilnya adalah nihil. Mungkin Paris adalah individu yang gagal?

"Apa yang sedang kau pikirkan? aku tidak keberatan dengan bagaimana kamu memanggilku"

"Ummm"

"Adrea kembalilah ke Lost Eden, aku tidak terlalu percaya pada orang-orang bodoh itu"

"Dimengerti Tiesta-sama" Adrea memasuki gerbang yang Tiesta panggil.

"Baiklah Paris tunggulah disini, aku akan memasuki ruang harta jadi tidak bisa membawamu"

"Ummm..."

".................."

Setelah menunggu cukup lama, Argenta kembali dari ruang harta, tapi suasana di sekelilingnya berubah, Argenta melihat paris dengan tatapan yang tidak pernah dia terima.

"Paris, apakah anda melihat pedang suci gabriel? aku tidak menemukannya di ruang harta?!" Meskipun nadanya tenang, matanya menunjukan sesuatu yang sebaliknya.

"apakah dirimu membiarkan seseorang mencurinya?!"

Itu tidak mungkin. Selama beratus-ratus tahun Paris menjaga pedang itu tidak pernah ada seorangpun yang bisa menembus pertahannya. Tetapi dirinya telah lengah, Paris terlalu bersemangat setelah tau bahwa Argenta telah berinkarnasi sehingga dia tidak terlalu memperhatikan penyusup.

"Tuan-sama Paris..." Paris menundukkan kepalanya, hanya itu yang bisa dia lakukan. Tanpa Paris sadari dirinya secara tidak langsung mengabaikan tugas yang Argenta percayakan padanya.

"Aku sudah memberimu kepercayaan penuh yang tidak orang terima, tapi apakah ini balasan yang kau berikan?!"

Perkatannya sangat menyakitkan, menusuk membekas di hati, namun apa yang selanjutnya keluar dari mulut Argenta adalah sesuatu yang jauh lebih menyakitkan.

"Enyahlah dari hadapanku, dan jangan pernah menginjakan kakimu di seluruh istanaku, aku benar-benar tidak ingin melihatmu!"

"Bukankah itu lebih baik dari pada di hukum mati?" Mungkin itulah yang akan orang lain katakan, tapi tidak untuk Paris yang hidup hanya untuk tuannya. Kematian tidak membuatnya takut, di buang dan tidak di anggap adalah hal yang paling menakutkan baginya.

I'm in the game?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang