10. RASANYA BEGITU SESAK

7K 502 50
                                    

Kyomi ingin sekali melarikan diri dari Nagen saat cowok itu menarik tangannya ke salah satu toko baju yang biasanya menjadi pilihan terakhirnya dalam hal menentukan selera.

Bukannya pemilih, namun toko baju ini menjual bermacam-macam model baju kesukaan Kyomi. Tidak terlalu terbuka juga warnanya lebih ke gelap hampir keseluruhannya.

Menahan kesal sudah Kyomi lakukan sejak tiba di pelataran Mall. Tahu sendiri kalau Nagen rajanya shopping. Kalau sudah di sini, yakinlah barang belanjaan Nagen suka tidak muat dalam dua genggaman tangannya. Untung saja Kyomi berbeda dari Nagen. Setidaknya dia bisa dengan dewasa menasehati cowok itu untuk tidak menghaburkan uang walau jarang dituruti.

"Udah gue bilang, gue mau yang sederhana aja, Gen."

"Pacar gue nggak boleh pake baju yang sederhana kalo pas gue ajakin ke kediaman keluarga Mada." Nagen dengan lancarnya mengatakan itu membuat jantung Kyomi berdebar tak karuan. Meski nadanya tidak ada lembut-lembutnya sama sekali, untuk seorang Nagendra jelas terdengar mengalun damai di telinganya.

"Gaun hitam ini terlalu mencolok, Gen. Gue nggak mau sampe dilihatin satu keluarga lo. Plis, lah, jangan bikin malu gue." Kyomi meratapi gaun di tangannya sambil membayangkan acara makan malam yang berlangsung tiga jam lagi.

Lagipula kenapa harus repot-repot begini sih? Mana harus beli baju lagi. Nagen memang manusia paling heboh.

"Kan gue yang beliin. Terserah gue dong mau milih model gimana. Lo tinggal nyobain aja, Mi."

Kyomi menghela napas, "Lo kayak cewek, Gen. Asli, ngalah-ngalahin gue."

"Lo cantik. Banget malah. Gue pingin banggain lo di depan keluarga besar gue, di depan para sepupu gue yang sering ngatain gue homo karena nggak pernah bawa gandengan setiap ada acara penting. Menurut lo apa yang gue lakuin sekarang ini salah?" Nagen bertanya tanpa melepaskan pandangannya dari Kyomi yang mendadak tidak enak hati pada Nagen.

"Gue capek dikatain homo," lanjutnya memutus kontak mata. Nagen mengambil alih baju yang Kyomi pegang dan menaruhnya kembali ke tempat asalnya, "Apa jangan-jangan lo nggak bangga punya pacar kayak gue?"

"Ah, iya, jelas lah lo nggak bangga. Gue kan suka ngasarin lo. Gue nggak beneran sayang sama lo. Itu yang lagi lo pikiran, kan?"

"Nggak gitu, Gen."

"Terus apa? Udahlah, kita pulang aja." Nagen berdiri, melangkah ke arah pintu keluar yang dengan cepat Kyomi tahan pergelangan tangan kanannya.

"Ayo bayarin gaun tadi buat gue," kata Kyomi cepat, membuat Nagen berhenti kemudian memutar tubuhnya menghadap Kyomi.

"Lo serius?"

Kyomi mengangguk, "Sama beliin gue boba dua."

"Laksanakan!" Nagen memberi gerakan hormat sampai sukses menerbitkan senyum tipis di wajah cantik Kyomi, "Kalo gitu lo tunggu gue di luar. Biar gue yang urus gaun lo."

"Jangan lama-lama ya."

"Iya, sayang." Nagen mengedipkan sebelah matanya, "Bumil cantik ini kok gemoy banget sih," ujarnya seraya mengacak-acak rambut Kyomi.

"Dih, siapa yang hamil?!" tukas Kyomi galak.

"Anak papa kepingin boba, ya?" Nagen merunduk, mensejajarkan wajahnya tepat di depan perut rata Kyomi, "Sabar ya, sayang. Nanti papa beliin. Tapi bilang dulu sama mama kamu, jangan lupa kasih papa ciuman di bibir, oke?"

"Nagen, ih!" Kyomi memukul bahu Nagen hingga sang empunya terkekeh pelan. Nagen berdiri tegak, mengangkat satu tangan untuk menepuk kecil puncak kepalanya. Kyomi makin cemberut.

NAGEN : MY TOXIC BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang