24. SYARAT WAJIB

5K 390 30
                                    

"Pelan-pelan dong jalannya!" keluh Kyomi berusaha mengimbangi langkah Nagen yang menurutnya terlampau cepat.

Cowok itu sama sekali enggan menoleh ke belakang sekedar memperhatikan bagaimana susahnya dirinya mengikuti. Sampai beberapa penghuni yang berada di lantai satu memandang mereka dengan penuh tanda tanya.

Kalau saja Nagen tidak mengiriminya pesan berupa perintah seperti itu, Kyomi malas menurutinya. Untung barang-barangnya sudah berhasil Nagina amankan. Cewek itu sepuluh menit lalu mengabarinya melalui pesan teks. Mengatakan jika semua barangnya sudah dia kirim ke alamat Kyomi.

Kyomi lega. Setidaknya dia hanya tinggal mengurus apa mau Nagen. Setelahnya dia akan pulang ke rumahnya. Beristirahat dengan damai.

"Nagen, gue capek! Berhenti bentar bisa nggak sih?!" Kyomi keringatan. Protesannya pun dianggap angin lalu.

"Kalau lo nggak berhenti juga, gue nggak mau ngomong sama lo sampai kapanpun!" ancamnya yang mana itu membuat langkah Nagen mengambang di depan pintu lift yang sudah terbuka lebar. Nagen berbalik, menatapnya datar.

"Kenapa tadi lo pergi padahal ada bokap lo di sana? Apa lo masih benci sama beliau karena beliau tetap maksa lo belajar ngurus perusahaan?" tanya Kyomi balas menatap Nagen. Selama beberapa saat keduanya saling mempertahankan kontak mata sebelum kemudian Kyomi membuang muka ke arah lain. Ada sesuatu yang tidak bisa Kyomi tebak dari siratan matanya.

"Om Nolan ayah kandung lo, Nagen. Nurut aja kenapa sih? Ini kan demi keberlangsungan hidup lo juga. Lo nggak perlu pusing mikirin nasib karena lo sendiri udah punya bekal hidup di masa depan."

"Gue belajar ketika gue pingin. Kalau gue nggak pingin, itu artinya omongan lo sia-sia. Gue nggak bakal mau." Nagen paling tidak suka Kyomi ikut campur masalah ini. Harusnya cukup dirinya dan papanya saja.

"Demi gue, Gen. Tetap nggak mau?" Kyomi melirik Nagen. Keduanya masuk ke dalam lift yang membawa mereka ke lantai di mana apartemen Nagen berada.

Nagen menghela napas, "Gue mau usaha sendiri tanpa campur tangan bokap. Dan bokap nggak pernah ngasih gue buat melakukan semua yang gue inginkan. Dimulai dari nol. Bokap nggak ngijinin gue, Mi. Lo paham kan gimana rasanya jadi gue? Gue merasa tertekan. Kayaknya hidup gue dari kecil memang udah diatur untuk merasakan penderitaan yang orangtua gue alami di masa lalu."

"Lo salah, Nagen. Justru Om Nolan nggak mau lo menderita seperti apa yang mereka lalui. Om dan mendiang nyokap lo. Mereka sayang sama lo. Mereka mikirin lo. Tolong biarin Om Nolan menebus kesalahannya dulu. Om Nolan sayang banget sama lo." Kyomi menutup pintu dibalik punggungnya. Berjalan mengikuti Nagen menuju kamar. Duduk bersebelahan di atas kasur.

Kyomi tidak heran lagi ketika Nagen meloloskan kaos hitam di tubuhnya dan melemparnya sembarang ke lantai. Cowok itu memang begitu kalau dari mana-mana. Katanya risih memakai kaos bekas bepergian.

"Jadi lo udah tau soal nyokap kandung gue?" tanya Nagen tanpa melihat Kyomi. Cowok itu ganti melorotkan celana abu-abunya dan hanya menyisakan celana pendek sebatas paha. "Orangnya pasti bokap gue kan?"

Kyomi mengangguk, "Kenapa lo nggak pernah cerita?"

"Yang udah mati, nggak perlu diceritain lagi."

"Itu mendiang nyokap kandung lo sendiri, Nagen. Nggak boleh jahat gitu." Kyomi bergerak ke arah lemari pakaian lalu menarik satu buah kaos putih dan celana training untuk dia berikan pada Nagen. Meskipun dia masih sakit hati, marah, tapi kepeduliannya terhadap Nagen tetap nomor satu.

"Bersihin diri dulu sana. Gue tunggu di dapur." Kyomi tersenyum tipis saat Nagen menerima satu setelan yang dipilihkannya.

"Makasih, sayang."

NAGEN : MY TOXIC BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang