13. CINTA YANG MENYAKITKAN

6.2K 467 64
                                    

Sore harinya selepas Nagen bermain basket bersama kedua temannya, Nagen langsung bertolak ke rumahnya. Terakhir kali ke sini dua hari yang lalu saat acara makan malam keluarga.

Sejujurnya Nagen kangen suasana rumah. Apalagi kamar pribadinya. Nagen betah bila berlama-lama di dalam dengan kumpulan CD game menemaninya. Namun kenyataannya, Nagen lebih betah tinggal sendirian di apartemen.

Tepatnya awal kelas 11, Nagen memutuskan untuk mandiri dengan membeli satu apartemen mewah di pusat Kota. Waktu itu dipikirannya hanya agar menghindari perdebatan yang kerap membuatnya semakin tidak nyaman berada satu atap dengan orangtuanya. Nolan, sang papa, sering mengibarkan bendera perang padanya karena pria itu ingin Nagen belajar mengurus perusahaannya dan Nagen menolak mentah-mentah dengan alasan takut perusahaan Nolan bisa bangkrut di tangannya.

Nolan bersikeras. Sementara Nagen yang malas ribut pun meminta bantuan kakeknya untuk membujuk Nolan yang sepertinya enggan mendengarkan. Lucas sudah berusaha memberi nasihat, tapi putera semata wayangnya itu keras kepala sekali.

Daripada hubungan antara ayah dan anak kian terpecah belah yang pada akhirnya Nagen memilih memisahkan diri dari keluarganya. Meskipun begitu, Lucas tetap memantau perkembangan cucunya agar saat dewasa nanti layak menggantikan posisi Nolan di perusahaan.

Nagen diam di ruang tamu. Langkahnya terhenti kala mamanya datang menghampirinya dengan senyuman teduh menghiasi wajah cantiknya. Di usianya yang tidak muda lagi, Nana malah semakin awet muda.

"Ya ampun sayang, mama kangen sekali sama kamu." Nana memeluk puteranya erat seolah Nagen akan pergi jauh dari dirinya, "Kamu kenapa nggak bilang mama mau pulang, hm?" tanyanya mengurai pelukan.

Nagen tersenyum, "Sengaja ngasih kejutan ke mama."

"Kamu mah suka gitu. Kalau tadi kamu bilang dulu kan mama bisa masakin makanan kesukaan kamu. Kabar buruknya, mama nggak masak apa-apa. Soalnya sebentar lagi mau berangkat ke butik. Ada pesanan baju dari pelanggan mama." Nana memasang raut bersalah. Memang akhir-akhir ini wanita itu disibukkan dengan pesanan para calon pengantin yang sudah mempercayakan dirinya sebagai perancang gaun pengantin mereka. Nana adalah seorang designer ternama di Kota metropolitan. Bahkan dikenal sampai negara Singapura karena hasil rancangannya sangat indah dan memuaskan.

"Gapapa, Ma. Nagen bisa pesen makan di luar. Percuma dong punya ponsel kalo nggak Nagen gunain buat itu." Nagen menyadari bahwa di ruangan besar tersebut hanya ada mamanya seorang.

"Yang lain pada kemana, Ma? Tumbenan sepi banget. Biasanya juga jam segini udah ngumpul."

Nana menggandeng lengan Nagen, membawanya menuju dapur lalu menyuruhnya duduk di salah satu kursi sedang dia membuatkan susu milo kesukaan Nagen.

"Papa ada keperluan di luar. Nagina lagi kerja kelompok di tempat temennya. Kalau kakek kamu ada tuh di taman belakang, baca koran."

"Kakek sehat kan, Ma?"

Nana meletakkan segelas milo di depan Nagen lalu berujar, "Sehat. Semua orang yang ada di sini sehat, Nagen. Kamu sendiri gimana, sayang? Jadwal makannya teratur, kan?"

"Aku baik kok, Ma. Kyomi selalu ingetin Nagen buat jangan telat makan. Mama nggak usah khawatir. Calon mantu mama ngerawat Nagen dengan penuh cinta dan kasih sayang."

Penjelasan Nagen membuat Nana tertawa ringan. Nana jadi ingat pertemuan pertamanya dengan pacar puteranya. Tepat saat Nana menerima pesanan dan ternyata si pemesan itu merupakan tantenya Kyomi. Kebetulan Kyomi ikut menemani. Nana yang pada saat itu memerlukan bantuan orang lain untuk menjaga butiknya lantaran para pekerjanya tidak masuk sementara dia akan berdiskusi dengan tantenya Kyomi, Kyomi menawarkan diri. Tentu Nana tidak pernah melupakan kebaikan anak gadis yang seminggu kemudian Nagen perkenalkan sebagai pacar di hadapannya. Nana senang sekali mendengarnya.

NAGEN : MY TOXIC BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang