Special(2)

191 12 9
                                    

Yuki menatap apa yang ada di hadapannya dengan kesal. Beberapa pakaian yang sudah ia buat sebelumnya berada tidak pada tempatnya. Justru berserakan di lantai, sofa, bahkan tempat tidurnya. Padahal ia ingat telah membereskannya gantungan baju bawah kasur.

Ia tadi pergi ke dapur untuk makan malam, mengingat matahari sudah tenggelam dan Omi yang memaksanya untuk makan. Ketika kembali, ia menemukan keadaan ini.

Ada dua bocah beda surai duduk di lantai bermain dengan alat menjahitnya. Ingin sekali Yuki berteriak kepada kedua bocah itu, sayangannya terkahir kali ia melakukan itu Izumi memintanya untuk memaklumi.

Asal tidak hilang dan merusak, itu masih aman.

Apa yang membuat Yuki bingung, bagaimana bisa kedua bocah itu bermain dengan jarum dan gunting tetapi tidak terluka? Sering kali mereka bermain dengan peralatan Yuki dan keluar tanpa memiliki luka.

Memang gen itu menyeramkan.

"Chiharu, Asahi."

Kedua bocah itu sontak menoleh ke arahnya. Yang tertua bersurai sama dengan Itaru beranjak dari tempatnya, berjalan cepat menuju Yuki dengan merentangkan tangan.

"Yuki-nee!" Tubuh kecil itu menabrak kakinya. Mengusap-usap kan wajah kecilnya disana. Yuki hanya menghela napas, mengambil bocah yang ia ketahui bernama Asahi dan mengendongnya. Mata Yuki jatuh ke kembaran yang lebih muda, surai kubis panjang menutupi mata. Tetapi Yuki masih bisa melihat binar senang dimatanya saat menggunting asal kain flanel.

"Ada apa kali ini?" Yuki bertanya dengan suara lembut. Berbeda saat ia sedang bersama dengan Tenma yang lebih menggunakan nada tinggi. Tentu saja. Ia berbicara dengan anak-anak, bukan dengaan seseorang yang kekanak-kanakan.

Asahi dengan semangat menggebu-gebu menepuk tangannya. "Chi Asa 'buat boneka!"

Yuki mengerti. Hanya membuat boneka saja, pakaian yang ia kerjakan sebelumnya sampai terbang kemana-mana. Untung hanya kembar Utsuki yang berada di sini, tidak bersama si kecil Yukishiro. Ia tidak tahu bentuk kamarnya akan menjadi apa nantinya.

Ia merasa tarikan di celananya. Menunduk, mendapatkan Chiharu yang menatapnya berbinar dengan tangan memegang kain flanel dengan bentuk aneh.

Kali ini Yuki kembali menyerah. Tersenyum lembut, tangannya ia bawa untuk mengusap surai Chiharu. "Baiklah, akan ku bantu membuat boneka."

Suara sorakan kedua anak itu terdengar sampai keluar kamar. Sepertinya Yuki akan merelakan waktu istirahatnya lagi.

🧵🧵🧵

Michio duduk terdiam di atas sofa. Matanya tidak berhenti menatap perut berisi Tsumugi. Tsumugi di seberang sedang berbicara dengan Azuma. Membahas tentang suatu hal yang tidak Michio mengerti. Diam-diam anak itu turun dari sofa perlahan lalu melangkahkan kaki kecilnya menuju tempat Tsumugi. Anak itu tanpa peringatan menyentuh perut Tsumugi, tidak langsung karena Tsumugi mengenakan pakaiannya.

Tsumugi sendiri tersentak merasakan sesuatu menyentuh perutnya. Begitu ia menoleh dan mendapati tangan kecil Michio, Tsumugi tersenyum. Wajah Michio juga bisa di katakan lucu. Dengan kening yang mengkerut, memiringkan kepalanya, membelakkan matanya saat merasakan sesuatu bergerak disana.

"Ada apa Michi?"

Suara Azuma mengalun. Mengangkat Michio dari sana, membawanya ke pangkuan ibunya sendiri. Wajah Michio masih kebingungan. "Perut, meledak?" Tanya Michio menunjuk perut Tsumugi.

Azuma terkekeh. Merubah posisinya agar Michio bisa berhadapan dengan Tsumugi. Tsumugi mengangkat tangannya untuk mengusap surai yang sewarna dengan milik Azuma. Memikirkan kata-kata yang tepat untuk anak sekecil Michio.

A3! - Yaoi Story (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang