Special(1)

465 35 2
                                    

🧁🧁🧁

Semburan tepung memenuhi meja dapur dan suara permintaan maaf Taichi menggema di sekitar ruangan.

Omi menyeka lembut wajahnya dengan lengan bajunya. Sedikit Omi tertawa melihat wajah Taichi yang masih di penuhi tepung.

"Omi-kun!" Taichi sedikit merengek. "Aku minta maaf!"

Omi menghela napas. Mengelus kepala Taichi pelan sebelum mengambil kain untuk di basahinya.

"Sini, Taichi."

Taichi menurut. Mendekati Omi dengan perlahan, takut ia akan di marahi. Saat Omi mengangkat tangan, Taichi menutup matanya rapat-rapat.

Bukan pukulan, melainkan dingin dari kain basah  yang ia rasakan. Omi mengusap wajahnya dengan kain tadi. Wajah Taichi menjadi memerah. Omi sangat dekat dengannya. Bagaimana jika Omi menciumnya?

"Kenapa kamu memerah?" Omi memberikan senyuman khasnya yang sangat di sukai Taichi. "Apa kamu berpikir bagaimana jika aku menciummu?"

Saat itu juga Taichi merasa ingin menenggelamkan wajahnya di wastafel.

🎴🎴🎴

"Senpai? Bisakah kau menyerah untuk ku?"

Chikage mengangkat alis kanannya meremehkan. Tangannya yang sibuk menyusun kartu Hanafuda dengan cekatan. "Kenapa aku harus menyerah untukmu?"

Itaru mengerucutkan bibirnya. Tidak menjawab pertanyaan Chikage, memilih untuk mengambil ponselnya dan memeriksa SP nya sudah penuh atau tidak. "Dasar tidak romantis,"

Tidak ada pembicaraan setelahnya, bunyi ketukan jari ke ponsel mengisi kesunyian di antara keduanya.

"Baiklah, aku akan menyerah." Itaru dengan cepat mengalihkan perhatiannya dari gacha yang ia mainkan ke  arah kekasihnya. Matanya berbinar senang.

"Dengan satu syarat."

Binar itu tiba-tiba menghilang. Aura gelap serasa mengelilinginya Itaru saat ini.

"Tenanglah, syarat yang ku minta tidak akan memberatkan mu."

"Apa?"

"Kau harus 'menyerah' untukku malam ini."

Kali ini Itaru belajar untuk tidak meminta Chikage menyerah padanya.

☃️☃️☃️

"Taa-chan,"

"Hm?"

"Bisakah besok kita membuat boneka salju?"

Tasuku bergumam mengiyakan permintaan Tsumugi. Tangannya ia biarkan menarik Tsumugi lebih dekat kepelukannya. Tsumugi terkekeh pelan. Membalikkan badannya agar berhadapan dengan Tasuku. Bisa Tsumugi lihat Tasuku menutup matanya, berusaha untuk tertidur.

"Taa-chan."

"Ya, Tsumu?"

"Aku mencintaimu."

Tasuku membuka matanya perlahan. Matanya langsung menemui mata Tsumugi yang berwarna biru laut. Tasuku tersenyum. Memberikan Tsumugi ciuman tepat pada bibir dan keningnya.

"Tidak mengantuk?"

Tsumugi menggeleng. Tentu ia mengantuk. Ia juga harus tertidur agar besok bisa membuat boneka salju dengan keadaan yang baik. Tsumugi menguap, mengeratkan pelukan pada Tasuku yang hangat.

"Then go to sleep." Tasuku berbicara di telinga Tsumugi. Mengambil salah satu tangan kekasihnya dan menggenggamnya erat.

🐈🐈🐈

"Miaw~"

"Ingin segitiga?~"

Kazunari menahan tawa saat melihat Misumi berbicara dengan kucing yang tidak sengaja mereka temui saat sedang berjalan-jalan. Misumi bahkan mengelus kepala kucing itu dengan pelan yang menyebabkan kucing tersebut mengerang senang.

"Kazu~" Misumi mengangkat kucing dengan corak putih kuning dengan satu tangannya dan mencoba menyerahkannya kepada Kazunari.

Kazunari sontak membuka tangannya, menerima kucing tersebut dan menggendongnya.

"Hehe,"

"Sumi?"

"Sekarang neko-chan dan Kazu seperti kembar. Sama-sama lucu! Hehe~"

Kazunari sontak terkejut. Tersenyum tipis menerima ucapan dari Misumi. "Arigatou Sumi! Kamu juga sama lucunya kok!"

Misumi menggeleng tegas. "Mm~" Tangan ia bawa menuju pipi Kazunari, mengelusnya dengan gerakan memutar menggunakan ibu jari.

"Lebih lucu Kazu~ Apalagi saat kalian sama-sama mengeong~"

Ingatkan Kazunari untuk tidak pernah ber cosplay menjadi kucing saat bersama dengan Misumi lagi.

⚾⚾⚾

Azami dan Kumon memutuskan untuk bermain baseball bersama setelah akhirnya Azami mau mengikuti permintaan Kumon untuk menjadi pasangan batery.

Sudah hampir dua jam mereka melakukan permainan lempar tangkap. Kumon terpaksa berteriak pada Azami yang berada di sebrang, memintanya untuk beristirahat sebentar. Azami menurut, berjalan mendekati Kumon dan duduk di sebelah omega dengan surai ungu itu.

"Ne, Azami."

Azami menoleh, mendapatkan Kumon yang telah bersandar ke tepi rumput. "Tahu apa yang ku sukai setelah baseball? Selain Nii-chan pastinya."

Mengerutkan alis, Azami mencoba berpikir. "Ramen kroket?"

Kumon menggeleng. Tangannya menarik tangan Azami, meminta pemuda itu untuk ikut berbaring seperti dirinya. Azami kembali menurut. "Itu juga kesukaannya Shifuto. Selain itu!"

"Aku tidak tahu.??"

"Eh? Itu tentu Azami. Yang kusukai setelah Nii-chan itu Azami!"

Kumon mengatakan hal tesebut dengan senyum merekah. Azami menunduk menyembunyikan wajah memerahnya dari Kumon sebisa mungkin.

"Hehe, Azami memerah!"

🧵🧵🧵

"Oi, ponkotsu yakusha."

Tenma tidak menyahut. Pandangannya tidak lepas dari bonsai yang telah di rawat oleh Tsumugi beberapa jam yang lalu. Tenma bahkan hampir sepuluh menit sekali membersihkan pot bonsai tersebut.

"Bonsai itu tidak akan kemana-mana. Cepat bantu aku!"

Yuki menarik tangan Tenma, menyerahkan benang dan jarum pada aktor muda. Tenma menurut. Ia tidak memiliki mood untuk bertengkar dengan Yuki. Akhirnya Tenma menyerah dan melanjutkan jahitan yang di maksud oleh Yuki.

"Jangan sampai salah jahit."

"Iya, iya~"

Diam-diam, Yuki tersenyum melihat bagaimana Tenma fokus pada pekerjaannya.

"Baka."

"Ha?!"

"Sudah lanjutkan saja!"

🌸🌻🍁❄️

Hehe, ada spoiler pasangan selanjutnya 🙊🙊🙊

A3! - Yaoi Story (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang