2. Ga Peduli

378 48 4
                                    

8 tahun kemudian~~~

Tidak ada yang baik baik saja setelah kejadian buruk menimpa keluarga itu. Adhi dan Nata meninggalkan buah hati mereka jauh sekali hingga tidak bisa tergapai, keduanya meninggal di tempat saat kecelakaan. Sedangkan Ian, hanya dialah korban yang masih selamat, sungguh mukjizat untuknya.

Kesedihan itu masih berasa sampai sekarang, hubungan Ian dan Ravi merenggang. Disini Ravi lah yang membenci sang adik, sedangkan Ian menjadi pendiam setelah kejadian itu, penderitaannya bertambah karena sang kakak semakin membencinya sejak ia bangun dari koma.

Kini hanya mereka berdua masih meninggali mansion, bersama dengan Bi Ani yang sedari dulu masih jadi pengasuh Ian, maid pun kini hanya tinggal 2 orang saja dan tinggal satu satpam yang menjaga mansion.

Perusahaan Adi kini diurus oleh adiknya, om Andhi namanya. Namun om Andhi tidak tinggal bersama mereka, tugas om Andhi hanya memastikan mereka ada uang cukup untuk berbagai keperluan juga membiayai sekolah mereka. Om Andhi jarang mengunjungi mereka, karena kesibukannya sering bolak balik dari Indonesia ke Amerika. Tetapi jika sedang ke Indonesia ia sempatkan waktu sebanyaknya untuk bertemu sang ponakan, terutama Ian.

Jika kalian bertanya ada apakah dengan Ian? Mengapa ia sering sesak di chapter pertama? Inilah jawabannya.

Ian menderita penyakit radang paru paru yang diturunkan dari sang kakek. Hal ini membuatnya harus rutin check up setiap bulannya dan inilah yang menjadi alasan mengapa dulu orang tuanya sangat overprotektif padanya. Ian selamat dari kecelakaan adalah suatu mukjizat untuknya apalagi masih bisa bertahan hidup hingga sekarang. Namun abangnya belum mengetahui penyakit yang dideritanya hingga sekarang.

Kesalah pahaman abangnya membuat hubungan mereka merenggang, abangnya jarang sekali pulang kerumah, selalu main hingga larut malam.

Ian sendiri kini sudah kelas 10 SMA dan dia bersekolah di sekolah umum. Padahal om Andhi menyarankannya untuk home schooling namun Ian menolak, alasannya agar ia bisa melihat abangnya lebih lama lagi jika disekolah. Mau ga mau Andhi menuruti kemauan keponakannya.

Bang Ravi sering datang ke kelasnya namun sang abang tak peduli dengannya, sang Abang hanya menghampiri Arsen untuk diajak nya ke kantin atau main bareng. Tentu saja Ian merasa iri dan sedih, ia juga tidak tahu kenapa abangnya berubah.

Meski begitu Ian tidak pernah menunjukkan kesedihannya, ia selalu menyembunyikan kesedihannya dengan senyum.

~~~

Hari ini Ian terbangun pukul setengah lima pagi, dirinya langsung mengambil air wudhu dan berjalan menuju musholla kecil untuk sholat. Saat melewati ruang tengah ia tak sengaja melihat Ravi sedang mengambil air putih dan dibawanya ke kamar tanpa memperdulikan sosok Ian yang berdiri memperhatikannya. Ian menyusul sang abang ke kamar berniat untuk mengajaknya sholat subuh.

'tok tok tok'

"Bang Ravi"

'tok tok tok'

"BRISIK BANGET, GUE MAU TIDUR LAGI!"

"Bang ayo sholat subuh dulu, nanti kalau tidur lagi waktu subuhnya habis lho"

"BODO AMAT, PERGI GAK LO" Teriak Ravi dari dalam Kamarnya.

Rasanya sesak sekali bagi Ian, niat baiknya selalu ditolak mentah oleh sang Abang. Ian pun tak berani lagi memaksa sang Abang, ia melanjutkan langkahnya ke mushola.

Ravi benar benar berubah dia jarang sekali Sholat sekarang, tidak seperti dulu, dulu ravi sangat rajin sekali sholat, tak jarang mengajak sang adik dan mengingatkan Ian agar tidak bolong bolong sholatnya.

Dalam sunyinya pagi, Ian menangis dalam doanya. Ian sangat merindukan kedua orangtuanya begitu pula sang Abang yang dulu sangat menyayanginya. Tiap hari dia terus berdoa agar kedua orangtuanya diberikan tempat terindah di surga dan berdoa agar sang Abang bisa berubah. Tak jarang ia mengeluh dan mengadu pada Allah tentang penyakitnya, sebenarnya dia tidak tahan dengan rasa sakit yang setiap hari menemaninya, memohon agar diberikan umur yang panjang agar bisa menemani sang kakak sampai sang abang punya pendamping hidup.

MISTAKE || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang