4. Malam yang Menyiksa

403 45 3
                                    

Akhir -akhir ini malam hari seperti musuh untuk Ian. Ia selalu terbatuk tanpa henti membuat nya harus meminum obat tambahan untuk mengurangi batuk yang menyiksanya itu. Bahkan seperti malam ini, setelah menunaikan ibadah sholat isya batuknya kembali kambuh, ia harus bolak balik ke kamar mandi saat merasakan rasa anyir di mulutnya.

Minuman di nakasnya telah habis, Ian memutuskan untuk mengambil air di dapur. Ian mencoba menahan batuknya agar sang kakak tak curiga atau khawatir, walau sebenarnya ia ragu apakah sang abang akan menghawatirkannya.

Saat keluar dari kamar ia melihat pintu kamar abangnya sedikit terbuka. Hal ini membuatnya ingin mencari tau apa yang dilakukan sang Abang di dalam.

Ditengok nya celah kecil itu, namun tidak ada seorang pun terlihat di dalam. Lalu tiba tiba terdengar suara datar dan dingin dari belakang, membuatnya terkejut.

"Ngapain lo"

Ian langsung melangkah mundur dan menunduk.

"Ga hargain privasi orang ya lo? Gasopan banget" ucap Ravi dengan nada juteknya.

Setelah mengatakan itu pada adiknya Ravi langsung masuk ke kamarnya lalu menutup dengan pintu kasar.

Menyisakan Ian yang kini mengurut dadanya karena terkejut juga sesaknya kembali datang.

"Uhuk uhuk" Ian tak bisa menahan batuknya lagi, ia pun bergegas untuk masuk ke kamarnya.

Beberapa obat yang ia minum tidak manjur sama sekali untuk meredakan sesak dan batuknya. Yang ada malah semakin parah. Ingin ia memanggil bi Ani tapi ia tak mau merepotkan pengasuhnya itu pasti bi Ani sedang istirahat. Sedangkan sang kakak tak mungkin mau menolongnya.

Pikirannya tertuju pada seseorang. Ian mengambil handphonenya lalu menghubungi salah satu kontak

"Halo bang uhuk t-tolong"

***

Gamaleo seorang dokter bermuka serius namun manis saat tersenyum itu sedang rebahan di ruang istirahatnya setelah menangani Operasi. Menjadi dokter spesialis tentunya membuat jam tidur dan istirahat nya berkurang, maka ia menyempatkan sedikit waktunya untuk rehat sejenak.

Handphone yang bertengger di perutnya tiba tiba berdering, Gama langsung mengangkat telepon itu ketika melihat siapa orang yang menelponnya.

"Halo bang uhuk t-tolong"

"IAN, LO KENAPA?"

"D-dada gue sesek banget bang uhuk dan batuk uhuk batuk ini terasa sakit banget uhuk"

"Ian tenang dulu ya, abang akan kesana sekarang, hubungi orang yang ada di rumah buat membantu mu"

Ian mengangguk tanpa menjawab.

Gama langsung bergegas melepas jas putihnya dan mengganti dengan coat berwarna hitamnya, lalu bergegas keluar dari rumah sakit.

Sampai disana Gama langsung mengetuk pintu utama dan tak lama Bi Ani pun datang

"Dokter Gama?"

"Ian mana bi?"

"Den Ian dikamar dok, ada apa ya kesini?"

"Ian tidak menghubungi bibi? Katanya dadanya sesak tadi, dan saya sudah menyuruhnya untuk menghubungi orang rumah agar menemaninya terlebih dahulu"

"Astagfirullah den Ian sama sekali tidak memanggil saya tuan"

"Yauda lebih baik kita lihat keadaan Ian sekarang"

Gama langsung bergegas menuju lantai dua dimana letak kamar Ian berada, diikuti Bi Ani yang merapal cemas

MISTAKE || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang