9. Titik Baru

362 40 1
                                    

Setelah semalaman tidur Ian kembali terbangun pukul 3 pagi. Ia merasakan sedikit berat di kepalanya, ternyata ada kain setengah basah menempel di keningnya. Ia melihat sekitar kamar dan terlihat Bi Ani yang tertidur dengan posisi duduk di sofa.

Ia sedikit merasa bersalah, pasti Bi Ani kelelahan menjaganya semalaman. Pikirannya terhenti sejenak, ia kembali mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan sang kakak yang mengurusnya sejak ia pingsan di sekolah tadi, namun ternyata tidak ada sama sekali di kamarnya.

Ahh mungkin abangnya sudah tidur di kamar, ia pasti kelelahan setelah ambil nilai tadi. Ian pun memutuskan untuk membangunkan Bi Ani agar kembali ke kamarnya, ia tidak tega melihat pengasuhnya itu tidur dengan posisi tidak benar.

"Bi Ani..." Panggilnya pelan agar tidak mengagetinya.

"Ehmm eh..." Bi Ani perlahan membuka matanya dan mendapati tuan kecilnya duduk di sebelahnya.

"Adenn udah bangun? Jam berapa ini?" Bi Ani langsung menengok jam di dinding.

"Jam 3 ya, aden kenapa? Ada yang masih sakit" tanyanya sambil menyentuh dahi Ian dengan punggung tangannya.

"Udah mendingan Bi" jawab Ian diangguki Bi Ani karena ia rasa suhu Ian sudah tidak sepanas tadi.

"Syukurlah, yauda ini masih malem, aden lanjut tidur aja" ucap Bi Ani

"Iya bi, Bi Ani juga Kembali ke kamar bibi aja, tidur di tempat yang lebih nyaman"

"Iya den, tapi aden gapapa ditinggal sendiri?"

"Gapapa bi, biasanya Ian juga sendiri kok hehe"

"Yauda satu setengah jam lagi subuh, den Ian tidur lagi ya nanti bibi bangunin"

"Iya Bi Ani"

Setelah itu Bi Ani benar-benar meninggalkannya di kamar sendiri. Ian memutuskan untuk kembali tidur karena matanya masih terasa berat dan sedikit pusing.

~~~

Bukannya makin membaik kini Ian malah kembali drop, suhu tubuhnya panas lagi setelah sholat subuh tadi. Terpaksa Ian tidak berangkat sekolah hari ini.

"Aden, sarapan dulu ya, abis itu minum obat" ucap Bi Ani yang baru saja datang dari dapur dengan membawa semangkuk bubur panas.

"Taruh situ dulu aja bi" ucap Ian dengan mata terpejam karena tak kuat jika membuka mata, semua terasa berputar.

"Bi Ani bantu ya den, biar aden segera minum obat"

Ian pun mengangguk, dan perlahan ia dibantu Bi Ani untuk duduk dan menyandarkan kepalanya di headboard. Lalu Bi Ani menyuapinya pelan-pelan.

"Abang udah berangkat bi?" Tanya Ian dengan suara seraknya.

"U-udah tadi, barusan maksud bibi" ucap Bi Ani sempat terhenti sejenak.

"Bi Ian seneng banget kemarin...Bang Ravi berubah banget" ucap Ian sambil tersenyum walupun matanya terpejam menahan pening.

"Bibi juga ikut seneng den, semoga Abang semakin perhatian sama den Ian"

"Aamiin, terimakasih doanya bi"

***

Semalaman Ravi menginap di rumah sakit menemani Arsen dan Dhania. Ia tidak tega meninggalkan Arsen yang menangis terus semalam. Kini Arsen dan ibunya tengah tertidur, mungkin kelelahan. Ravi pun memutuskan untuk keluar sejenak untuk menghirup udara segar.

Ravi juga ijin tidak berangkat dulu hari ini, lagi-lagi ia tidak tega meninggalkan Arsen. Padahal dirumah adiknya sendiri tengah sakit, ia pun baru ingat kalau adiknya sakit kemarin.

MISTAKE || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang