7. Kebenaran

417 46 0
                                    

Kini Ravi dan Andhi tengah berada di ruang tengah menunggu Gama menyelesaikan pemeriksaannya. Keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing, terutama Andhi yang sejak tadi hanya mondar-mandir saja.

Sedangkan Ravi hanya duduk diam, sambil memikirkan banyak hal di kepalanya. Ia semakin penasaran dengan keadaan Ian. Kenapa Ian sampai butuh oksigen seperti tadi? Kenapa di kamar Ian banyak alat-alat rumah sakit?

"Om Andhi" panggilnya membuat Andhi menghentikan langkah.

"Apa yang terjadi dengan Ian?" Tanya Ravi tanpa menunggu lawan bicaranya menjawab.

Andhi sudah tidak kaget lagi dengan pertanyaan Ravi, pasti ponakannya ini penasaran dengan apa yang terjadi. Namun saat ini yang ia bingung kan adalah harus jujur atau tidak. Jika tidak sudah jelas banget Ravi lihat semua, tapi kembali lagi Ian sudah melarangnya untuk memberitahu orang lain terutama Ravi.

"Om kenapa diam saja?" tanya Ravi yang entah sejak kapan berdiri tegap di depannya.

"Ouh ehm ayo duduk dulu" ucap Andhi mengajak Ravi duduk di sofa.

Akhirnya Andhi pun memutuskan untuk memberi tahu semuanya, tidak ada salahnya jika Ravi tahu. Siapa tahu sikap Ravi bisa berubah setelah mengetahui semuanya.

"Begini, sebenarnya ini rahasia Ian, dia meminta om menyembunyikan ini terutama untukmu. Ian sakit, ia divonis radang paru-paru sejak lahir.."

Rafi membolakan kedua matanya ketika mendengar itu.

"Om jangan bohong..., Om pasti disuruh Ian berbohong kan, biar Ravi kasihan sama dia? Biar Ravi ngasih perhatian ke dia?"

"Ngga Ravi, dengerin om dulu!, Ini fakta Rav, om gamungkin berbicara sembarangan seperti ini, kamu masih ingat dulu, kenapa orang tua mu sering pergi bersama Ian tanpa mengajakmu? Mereka pergi untuk memeriksakan Ian, bukan bersenang-senang atau bertamasya tanpa mengajakmu. Mereka sedang berjuang memberikan pengobatan untuk adikmu"

"Dan ingat waktu kedua orang tuamu kecelakaan? Sebelum kejadian itu mereka pergi kan? Nah waktu itu Ian kambuh karena kamu jauhin dia, dan itu membuat Ian kritis, dihari kesembuhan adikmu mereka pulang namun sayang kejadian naas menimpa mereka"

entah sejak kapan air mata Ravi menetes, yang jelas kini wajahnya telah berlinangan ari mata sejak mendengar cerita dari Andhi.

"Ga mungkin!! Hiks hiks Kenapa ga ngomong dari dulu, kenapa mama papa ga bilang sama ravi hiks" racau Ravi,

Andhi pun langsung mendekat dan merengkuh ponakannya itu.

"Seolah-olah Ravi menjadi yang paling jahat disini om hiks"

"Tidak apa-apa Ravi, Ian tahu ia akan menerima konsekuensi walaupun kamu membencinya  daripada membuat mu kerepotan setiap hari"

"Hiks ta-tapi om Ravi udah jahat banget hiks"

"Stt tidak, Ian akan memaafkan mu, Ian itu anak yang sangat baik"

"Ian maafin kakak" ucap Ravi dalam hati.

***

Saat ini Gama berada di ruang tamu bersama Andhi setelah melakukan pemeriksaan, sedangkan Ravi sudah berada di kamar Ian. Ia tengah memeluk tubuh sang adik yang tertidur itu.

"Kamu memberitahu semuanya?" Tanya Gama.

Andhi menggangguk "gue udah ga bisa ngelak lagi Gam, jelas Ravi melihat semua alat kedokteran di kamar Ian dan keadaan Ian semakin parah, aku gamau Ian semakin parah lagi dengan perlakuan Ravi padanya, aku berharap semoga Ravi bisa berubah setelah ini"

"Jika lebih baik seperti itu tidak apa-apa"

"Tapi aku takut jika Ian kecewa sama aku, dari dulu ia sangat mewanti-wanti agar menyimpan rahasianya, terutama Ravi."

MISTAKE || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang