6. Kerinduan

352 45 5
                                    

Oh sungguh tidak disangka kejadian tadi pagi benar benar membuat satu sekolah heboh, ya bagaimana tidak seorang Ian yang terkenal lemah dan cupu itu berani menonjok seorang Viktor yang merupakan pentolan sekolah. Kelas Ian menjadi ramai, meja Ian  didatangi oleh beberapa siswa yang penasaran, seperti reporter yang hendak mewawancarai nya.

Hal itu membuat Ian kesal, mereka tak tahu bagaimana suasana hati Ian saat ini.  Mereka sudah cocok jadi wartawan mak mak lambe turah pikirnya.

"Eh stop kalian mending pada balik ke kelas" ucap Naren yang merupakan teman sebangku Ian itu, jelas jelas ia juga ikut terganggu.

"Ian lo kerasukan apa tadi?"

"Kok bisa lo berani sama Viktor?"

"Keren banget lo ternyata"

Bak angin lalu saja karena ucapan Naren tadi tak dihiraukan. Mereka tetap mengajukan pertanyaan seputar kejadian tadi.

Ian juga merasa tidak nyaman dengan itu, kini paru parunya mulai memberontak, ia tak tahan dengan keramaian ini. Sesak mulai menyerangnya.

"Keluar bisa ga! hah hah" ucap Ian dengan nafasnya yang tersengal, seketika membuat mereka terdiam.

Naren yang langsung peka pun mendekat dan sekali lagi ia menyuruh siswa siswa itu agar menjauh dari bangku Ian.

"Ian lo sesek?" Tanyanya pada Ian yang kini sibuk mengotak atik tasnya.

Karena rasa sesaknya membuat Ian sedikit kesusahan mencari pouch obatnya, tangannya melemas seiring waktu.

"Biar gue cariin" ucap Naren mengambil alih tas Ian, ia cukup peka melihat temannya yang kesulitan.

Tak lama Naren pun menemukan pouch obat Ian dan membantunya untuk mengambilkan obat yang dibutuhkan.

"Masih sesek ga?" Tanyanya setelah Ian berhasil meminum obat itu dan  mengendalikan pernapasannya.

"Sedikit" ucapnya lemah

"Lo gabawa inhealer?"

Ian menggeleng

"Butuh itu ga? Gue pinjemin uks ya"

"Ngga usah ren, minum obat aja udah cukup kok"

"Yauda kalau gitu lo istirahat dulu, biar gue marahin tu anak anak" ucap Naren dengan semangat membuat Ian menyunggingkan senyum lemahnya.

Dan Naren pun benar benar merealisasikan ucapannya, kini ia mendadak menjadi penceramah sesisi kelas.

****

Sesuai dengan janjinya tadi, om Andhi benar benar menjemputnya di sekolah. Ian langsung melihat om Andhi yang melambaikan tangan dari dalam mobilnya. Ia pun langsung menghampiri dan masuk ke mobil itu.

"Om Andhi beneran ngajak jalan aku, memangnya om ga sibuk di kantor?"

"Ngga Ian, om udah nyelesaiin semua kerjaan om" ucap Andhi.

"Oh iya om, Arsen juga ikut kan?"

"Engga"

"Tapi nanti kalau Arsen marah sama Ian gimana om?"

"Engga kok, nanti om bisa handle, lagian Arsen gatau kok, dia gaakan marah"

"Oh gitu ya om"

"Heem yaudah yuk kita jalan" ucap Andhi mulai menjalankan mobilnya.

Tanpa disadari ternyata Arsen melihat itu semua, Ia sangat mengenali mobil sang papa. Awalnya ia hendak menghampiri mobil itu ia kira sang papa memang menjemputnya, tapi langkahnya terhenti ketika melihat sang papa melambai ke seseorang dan tak lama kemudian Ian masuk ke mobil itu. Perasaan irinya mulai bergejolak membuat tangannya mengepal.

MISTAKE || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang