Pintu terketuk dengan melodis. Suara Alister memberitahunya akan ketibaan waktu makan malam. Valias meletakkan buku yang telah dia baca dan keluar membuka pintu menuju ruang makan.
Pintu ruang makan telah terbuka dan Dina menyadari kedatangannya dengan mata membelalak. Begitupun dengan Danial. Mereka duduk dengan letak kursi seperti hari pertama Valias bergabung dengan mereka. "Kakak?! Sejak kapan kakak kembali?!" Dina langsung turun dari bangkunya kemudian melangkah cepat menghampiri Valias. Memeluk kedua pahanya. "Aku sangat khawatir! Bagaimana luka kakak? Sudah sembuh kah?"
Sebenarnya Valias bahkan lupa kalau dia memiliki ikatan perban di balik pakaiannya. Valias berpikir sepertinya luka itu sudah mulai sembuh. Lagipula, sudah seminggu berlalu.
Valias menggapai kedua bahu Dina. "Aku sudah tidak apa-apa. Maaf membuatmu khawatir."
"Benarkah?" Danial ikut menghampirinya. Dia mengingat betapa banyaknya darah yang mengalir dari lengan Valias waktu itu dan bagaimana kakaknya pingsan setelahnya. Lalu bagaimana pucatnya kulit itu ketika Valias berbaring tanpa membuka mata selama dua hari penuh. Bahkan ketika Danial dan yang lain pulang, pun, kondisi Valias belum terlihat membaik.
Tapi setidaknya sekarang kakaknya sudah pulang dan berdiri seperti biasa di depannya. Penampilannya sudah jauh lebih baik dan dia terlihat lebih sehat meski dengan kulit dan tubuh itu. "Iya. Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan lagi."
"Kenapa kakak tidak mengabari kami?" tanya Dina.
"Aku lupa."
Alister juga tidak menyebutkan hal itu sama sekali. "Kakak lapar?" Kali ini Danial yang bertanya.
"Tidak terlalu. Lagipula aku di sini untuk makan bersama kalian."
"Bagus! Kakak harus makan yang banyak! Ayo duduk kak. Kakak duduklah di dekat ayah dan ibu. Mereka juga khawatir pada kakak sejak kemarin. Ayah bahkan begitu diam dan murung selama kakak di istana." Dina menarik tangan Valias dan menuntunnya untuk duduk di kursi di dekat bangku milik Hadden. Kemudian Dina duduk di kursi biasanya dengan Danial yang pindah menjadi di seberang Dina.
"Kapan kakak sadar?" tanya Danial.
"Tiga hari yang lalu. Aku istirahat sehari lalu besoknya ke sini."
"Kenapa kakak tidak beristirahat lebih lama?"
"Aku lebih suka beristirahat di sini."
Apa yang aku lakukan di sana?
Daripada di istana Valias lebih suka diam di ruang baca tempat tinggal Valias Bardev sang pemilik tubuh. "Kakak benar! Aku akan menjaga kakak. Kakak tidak boleh terluka lagi. Kakak juga tidak boleh pingsan lagi. Aku akan membuat kakak makan yang banyak!" Dina berseru ke arahnya. Alister mengambil bangku yang waktu itu Valias gunakan dan membawanya keluar ruangan.
"Apa keluarga kerajaan menemui kakak?" tanya Danial lagi.
"Ya ... " Valias menanggapi secara asal-asalan.
"Mereka mengajak kakak bicara apa?" Sang adik bertanya lagi.
"Tidak banyak."
Putra Mahkota mencurigaiku. Masuk akal.
Valias duduk tegap melihat ke arah meja tanpa menanggapi mata Danial dan Dina.
"Ayah! Kakak sudah kembali!"
Ketika Valias menoleh Hadden dan Ruri sudah berdiri berdampingan di pintu seperti waktu itu. Dengan ekspresi yang juga serupa.
"Valias? Kau sudah kembali? Kenapa ayah tidak tau?" Hadden terguncang tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인 (🌘CFYM) | yoggu033🎐
Historical Fiction🎐 @yoggu033 | _CFYM_ (Unreliable Updates) Title 제목: Count Family's Young Master Judul Alternatif: Tuan Muda Keluarga Count _________ Berlatar dunia fantasi dengan sihir, Valias menyadari dirinya berada di dunia yang dirinya tidak kenali. Atau mung...