a/n 10/11/2024: aku nyimak yang lagi baca CFYM kan. Dari notif vote. Ada yang dari chapter 134 terus langsung ke 138. Aku bingung "Ada apa dengan chapter 135-137?". Lah ternyata kan emang aku belum publish
Aku baca chapter 135 ini, bahkan belum nyampe 1000 kata. Pendek banget. Tapi boy entahlah aku pingin kalian kena gantung jadi aku publish aja masih belum selesai juga. Tapi kuingetin ini ngegantung banget akhir draft nya. Jadi silahkan resiko ditanggung sendiri ❣️
Aku masih hiatus minimal sampe aku lulus kuliah, antisipasi sampe 2026, tapi gak pernah tau apakah setelah itu aku bakalan udah punya waktu nulis atau enggak
_________yoggu: kalo ada kerasa writing style aku berubah itu karena aku mau kembali mengarahkan CFYM untuk kembali berpatokan pada TCF dan juga karakter Cale. Skuy
26/06/2024 09:19
_____________________
Adu kalimat memang sempat terjadi. Vilda yang bersikeras untuk terus menyudutkan Valias dan membuatnya goyah tapi yang berada di luar perkiraannya adalah remaja itu tidak pernah terpengaruh dengan penyudutannya dan justru terkesan seperti dia hanya sekedar meladeni dirinya. Remaja itu tau dia bukanlah seseorang yang pantas untuk dijatuhkan di perang argumen ini dan dia terus tetap di posisinya tidak tergelincir sedikitpun. Lama-lama Vilda pun malah jadi dibuat ingin lebih mengenal siapa Valias Bardev yang dari dunia lain itu sebenarnya. Jadi dia memberitahu semua orang untuk pergi, menjadikan hanya ada dirinya dan remaja itu di ruangan, sebagaimana yang remaja itu pinta di awal.
Vilda memandang Valias dengan dagu terangkat menekankan kepada Valias bahwa dirinya lah yang akan memegang kendali dalam apapun perbincangan yang akan mereka miliki. Vilda tidak akan pernah sekalipun membiarkan Valias merasa kalau dia punya kesempatan untuk menjadi sejajar dengannya.
Valias tidak menyadari itu dan sebenarnya memang tidak terpengaruh juga. Dia membuat dirinya menjadi yang pertama bicara. "Apakah Anda mengenal mendiang suami Anda, Nyonya."
Vilda terpegun tidak pernah mengira topik itulah yang akan diangkat remaja yang sedang ada di ruangan bersamanya itu. Tapi juga, bisa-bisanya dia berani bertanya tentang itu. Benar-benar lancang. "Kau tidak punya tempat untuk bicara tentang itu. Sadarlah dengan usiamu dan batas lancang mana yang tidak boleh kau lewati."
"Saya menyadarinya tapi saya tetap menanyakannya." Valias menjawab dengan suara tenangnya. Sorot mata memancarkan bahwa dia sungguh-sungguh dengan yang dikatakannya.
Tidak ada sedikitpun gentar ataupun ragu. Vilda merasa dirinya sedang ditantang. "Apa kaitannya antara kebohongan yang kau buat dengan hubunganku dengan mendiang Raja?"
"Izinkan saya menggunakan kesempatan yang ada ini untuk bertanya, Nyonya." Valias berujar. "Tapi sebelum itu hanya kepada Anda saya akan memberitahukan lebih dulu yang sebenarnya."
"Saya bukan hanya memiliki beberapa pengetahuan tentang masa depan tapi juga beberapa pengetahuan tentang beberapa orang penting di Hayden." Valias berkata pelan. "Sedikit tentang apa yang ada di masa lalu yang berkaitan dengan beberapa orang itu."
"Sebuah pengetahuan datang kepada saya tentang sesuatu yang sempat dilakukan oleh Mendiang Yang Mulia Raja Chalis di masa lalu."
"Sebuah pengosongan kepada sebuah kelompok penduduk yang ada di Arned." Valias menyebut. "Apakah Anda tau sesuatu tentang itu?"
Vilda yang ada di tempat duduknya terlihat seolah ada seseorang menempelkan sebuah balok es ke kedua bahunya. Dia tampak membeku dan sekilas wajahnya menjadi tampak sedikit lebih pucat daripada yang seharusnya.
"Dari siapa kau tau tentang itu?"
Valias menjawab. "Kelompok pemberontak yang menembakkan kedua panah kepada Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Frey itu melakukan pemberontakan mereka karena mereka mau berbalas dendam tentang apa yang saat itu terjadi kepada orang-orang, juga keluarga dan kerabat-kerabat yang ada di tempat asal mereka Arned waktu itu."
"Kau ada di kubu mereka?" tanya Vilda menyerang.
"Alasan yang menjadi pemicu tindakan mereka di masa lalu tidak bisa dikesampingkan." Valias berkata. "Mereka membuat Yang Mulia Frey ikut serta menjadi korban adalah sebuah kesalahan. Mungkin mereka mau berbalas dendam kepada Yang Mulia Raja namun mereka tidak seharusnya ikut menyeret Yang Mulia Frey yang pada kenyataannya tidak mengetahui apa-apa."
"Itu mengapa saya menjaganya tetap hidup sebagaimana yang saya pikir adalah yang paling tepat."
"Kau membuat pertanyaan tadi tapi kau bukannya menjawab pertanyaanku yang sebelumnya. Kau teledor dalam bualan yang kau buat sendiri. Aku bertanya bagaimana kau akan menjawab pertanyaanku." Vilda menggeretakkan giginya tak mau kalah, menemukan celah untuk dia bisa menyerang Valias.
Valias mengangguk. Mengetahui itu.
Dia akan menjawabnya. "Saya tidak mengatakan yang sebenarnya tentang bagaimana keluarga saya bisa mempunyai takdir yang berbeda dengan keluarga saya yang di sini. Keluarga Norra."
"Bukan karena saya yang memilih rute perjalanan yang berbeda. Saya tidak melakukan itu sama sekali karena saya tidak menyadari akan adanya perbedaan takdir antara keluarga saya dan Norra," Valias mengatakan yang sebenarnya.
"Alasannya adalah alasan yang sederhana." Valias berkata. Sudah berniat untuk mengatakan apa adanya saja. "Ada sebuah perbedaan antara saya dan Norra. Perbedaan respon yang kami buat di masa lalu."
"Saya menerima ajakan ayah saya, Tuan Count untuk ikut dengan ibu dan kedua saudaraku menghadiri acara perjamuan atas ulang tahun Yang Mulia Frey. Namun tidak dengan Norra."
Sebelum Valias melanjutkan kalimatnya Vilda yang sejak awal juga sudah berkerut alis lebih dulu bertanya. "Lalu apa pengaruhnya? Memangnya dampak apa yang bisa timbul dari ikut tidaknya kalian?"
Valias menjawab. "Kedua dari kami mempunyai satu pelayan yang sama," ujarnya pelan. "Seseorang bernama Alister. Saya masih belum tau dari mana asal usulnya tapi satu hal yang saya tau adalah dia mempunyai kemampuan dari seorang pembunuh bayaran yang saya rasa berada jauh di atas kemampuan para pembunuh bayaran rata-rata."
"Sebagai pelayan pribadi saya dia ikut kemana saya pergi. Di dunia saya ada kelompok bandit yang sama dengan yang di sini. Namun bedanya di kasus saya ada Alister yang sudah lebih dulu mengurus kelompok itu sebelum mereka berhasil mendekat," Valias berkata pelan, "sedangkan keluarga saya yang di sini, menjadi korban dari kelompok itu tanpa ada Alister yang bisa menyelamatkan mereka."
Vilda nyaris kehilangan kata-kata. "Memangnya apa yang dilakukan Alister itu? Keberadaannya memberikan pengaruh yang sebesar itu pada barisan pertahanan Count Bardev waktu itu?"
Valias mengeluarkan gumaman pelan. "Dari yang Alister pelayan saya katakan pada saya pada suatu kesempatan dia mengurus kelompok bandit itu hanya seorang diri. Saya baru mengetahui adanya sebuah kelompok itu yang nyaris mencelakai keluarga saya di sekitar dua pekan setelah sudah berlalunya hari ulang tahun Yang Mulia Frey."
"Saya akan menjawab apapun yang Anda ingin ketahui, Nyonya." Valias membuat suaranya lebih lembut. "Termasuk yang berkaitan dengan Yang Mulia Frey."
"Tapi saya juga akan menggunakan kesempatan ini untuk menanyakan yang tadi." Dia menyebut ulang. "Tentang Arned."
Wajah Vilda masih muram karena dia merasa remaja yang ada di seberangnya itu bersikap dengan sangat sembarangan sekali. Dia bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia akan mempercayai dan menerima saja jawaban yang remaja itu berikan.
Tapi di saat yang sama suara hatinya sudah tidak dapat membawanya untuk peduli. Karena sebetulnya dia sudah sempat dibuat terguncang dengan diangkatnya perihal Arned itu.
Itu sesuatu yang sebenarnya terjadi belum begitu lama. Kira-kira delapan tahun lalu.
11/06/2024 03:13 -
22/06/2024 06:37
29/06/2024 00:59
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인 (🌘CFYM) | yoggu033🎐
Historical Fiction🎐 @yoggu033 | _CFYM_ (Unreliable Updates) Title 제목: Count Family's Young Master Judul Alternatif: Tuan Muda Keluarga Count _________ Berlatar dunia fantasi dengan sihir, Valias menyadari dirinya berada di dunia yang dirinya tidak kenali. Atau mung...