"Anda kembali dengan pakaian kotor seperti dugaan saya, Tuan Muda."
Valias meminum teh hangat manis dari Alister. Mendengar Alister berkata seperti itu Valias hampir tersedak.
Ha?
Valias membalas senyuman Alister dengan kernyitannya.
...Apa yang dia maksud dengan dia sudah menduganya?
Tapi Alister tidak mengatakan apapun lagi dan Valias pun memutuskan untuk melupakan keanehan pelayan tua itu.
Alister masih membantunya membersihkan diri dan berpakaian lalu memberikan sarapannya. Lukanya sudah mulai sembuh dan hanya tersisa korengnya saja. Lengannya sudah tidak diperban dan juga sudah tidak perlu diobati lagi.
Valias menghabiskan sarapannya di dalam kamar dan mulai memikirkan hal apa yang akan ia lakukan hari itu. Mulai berpikir untuk kembali berdiam diri di ruangan baca mengintip isi buku-buku lagi.
Tapi mungkin kali ini dia akan membaca beberapa buku. Memperluas pengetahuannya tentang sang dunia cerita.
Pintu kamar dibuka oleh Alister dan Valias melihat sosok Dina dan Danial, berdiri berdua di depan pintu kamar.
"Kakak!" Dina berhambur meraih kedua pinggang Valias yang masih berpijak di dalam kamar. Setengah memeluknya.
"Kakak! Kakak terluka lagi? Kapan kakak kembali dari istana? Apa kakak baik-baik saja?" pelas anak itu.
Valias memegang bahu Dina setelah sempat terkejut dengan benturan tubuh anak itu ke badannya. "Iya. Aku baik-baik saja. Cuma berdarah dari hidung seperti waktu itu. Tidak ada luka. Aku sudah cukup istirahat. Dan aku kembali tadi malam."
"Aku dengar istana diserang saat kakak masih di sana." Suara seorang anak laki-laki menarik perhatian Valias dari Dina.
Valias memandang Danial yang berpatut ke arahnya dengan wajah datar tapi dengan mata yang memancarkan kekhawatiran. Valias merasa Danial lucu dan memberi senyum hangat. "Benar. Tapi aku baik-baik saja. Darimana kau dengar itu?"
"Aku mendengarnya dari orang-orang di tempat latihan." Danial menurunkan pandangannya. Kalau Valias perhatikan lagi, Danial memakai setelan yang lebih santai dan terlihat sedikit berkeringat.
"Kau langsung ke sini setelah mendengar itu?"
Danial semakin menundukkan kepalanya. "Mereka bilang kakak terluka."
Oh...
Valias merasa kakak adik dan orangtua Valias begitu perhatian dan berhati lembut. Valias bertanya-tanya apa yang membuat Valias Bardev yang asli begitu dingin pada keluarganya. "Apa lagi yang sudah kau dengar?"
Danial meraih lengan kanannya sendiri. "Mereka bilang pelaku yang menyerang kakak menyerang istana. Dan kakak membantu Yang Mulia berbicara dengan mereka."
Valias menyetujui simpulan yang didengar Danial.
"Mereka menyakiti kakak lagi?!" Dina memekik. Valias langsung menepuk pelan kepalanya.
"Tidak. Aku berdarah karena alasan lain dan mereka tidak menyentuhku sama sekali. Jangan khawatir."
"...Tapi kakak tetap berdarah." Danial kembali bergumam.
"Iya, tapi sekarang aku sudah tidak apa-apa jadi kalian sudah tidak perlu khawatir." Valias memutuskan untuk menyerah meyakinkan orang-orang.
"Aku akan pergi ke ruang baca. Kau kembalilah. Dan Dina, jangan lupa sarapan dan belajar dengan guru Mallory, oke?"
"....Tapi kakak juga berdarah saat di ruang baca. Jangan memaksakan diri." Danial menonton kepergian Valias dan mendapat tepukan di kepalanya.
"Kau anak yang baik. Kau akan menjadi pria yang hebat. Aku tidak akan memaksakan diri. Jangan tinggalkan latihanmu, mengerti?" Valias memberikan senyum kecil sederhana dan mengacak rambut Danial sedikit sebelum meninggalkan Danial dan Dina di depan kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인 (🌘CFYM) | yoggu033🎐
Fiksi Sejarah🎐 @yoggu033 | _CFYM_ (Unreliable Updates) Title 제목: Count Family's Young Master Judul Alternatif: Tuan Muda Keluarga Count _________ Berlatar dunia fantasi dengan sihir, Valias menyadari dirinya berada di dunia yang dirinya tidak kenali. Atau mung...