delapan belas

13.3K 1.6K 72
                                    

Part ini tidak di anjurkan untuk readers 16 tahun ke bawah:))

Enjoy dan baca kita benar-benar luang!!

Don't forget to voment ayangiee

Pelan-pelan aja yaaah bacanya

_____

"Kenapa kau sangat sibuk, kita akan kemana?"

"Berkemaslah nanti sore kita akan berangkat"

"Katakan dulu Aaron, kita akan kemana?!"

"Menurutlah tanpa bertanya sesekali Debora"

"Kau tau aku bukan lagi seorang penurut!"

Mereka berdua tak pernah absen dalam satu hari untuk saling bertatapan tajam. Aaron dengan sikap yang tak suka di bangkang dan Debora dengan kebiasaan baru yang selalu membangkang. Apa yang lebih buruk dari dua-duanya bertemu?

Aaron melepas tatapan tajam mereka lalu menyibukkan diri mengurus banyak lembar kertas di mejanya

"Aaron.." desis Debora dingin, ia benci jika keingintahuannya di hambat

"Kita akan pergi ke kekaisaran Jackey, seorang Viscount teman baik mendiang Ayahku dulu menggelar sebuah pesta"

"Kekaisaran Jackey? Bukankah itu kekaisaran yang di pimpin oleh Samuel?"

Aaron mendelik tajam pada debora, ia tak suka ketika nama Samuel keluar langsung dari mulut Debora

"Iya, itu kekaisaran tempat Pria tengik itu memimpin"

"Kau baru saja mengatainya tengik?" Debora menatap Aaron tak percaya

"Lalu apa? Aku juga bisa mengatainya bajingan, sialan, keparat, dan sejenisnya. Tidak akan ada yang berani menghukumku untuk itu" nada sombong Aaron tampak kentara

"Ya yaa, aku tau suamiku ini adalah pria gagah dan berani yang tak gentar dengan siapapun. Bahkan dulunya ia berani menyelingkuhi Putri satu-satunya Kaisar sekaligus adik kesayangan Putra mahkota, ayolah tak ada yang berani bahkan hanya sekedar menyentuh leher Aaron Vaske. Apa aku benar tuan?" Debora mengakhiri perkataannya dengan kalimat tanya dengan alis mengangkat sebelah pada Aaron

"Ada satu orang yang berani memegang leherku akhir-akhir ini, dan bahkan aku tak punya nyali untuk menghentikan orang itu" Aaron berdiri dari meja kerjanya berjalan mendekat pada Debora

"Ah yaa? Wah aku baru mendengarnya, bawa ia segera kemari akan ku apresiasi keberaniaannya" Debora bersidekap dada dan mengangkat dagunya berjalan lebih dekat juga pada Aaron

Aaron mengangkat sebelah alisnya

"Kau mungkin tak akan berani"

"Kenapa?" sela Debora cepat

"Dia memiliki mulut yang tajam dan nyali yang besar, dia berani mencengkram leherku dengan dua tangan lentiknya dan terkedang dia juga membuatku bangun hanya karna suara merdu yang keluar dari bibirnya ketika kami sedang bermain"

Debora membeku, dia jelas tau arah pembicaraan Aaron dan sangat mengerti setiap kata yang di ucapkan pria itu, ayolah dia seorang wanita dewasa.

Keterdiaman Debora membuat Aaron tergelak dan berjalan lebih dekat lagi pada wanitanya.

Kini jarak mereka sangat tipis, Aaron dengan sebelah tangan yang tersampir di saku celananya dan sebelahnya lagi bergerak mengelus dan menelusuri rahang lembut wanitanya dan tanpa di duga tangan itu bergerak mendekat pada bibir Debora mengelusnya dengan sangat lembut dan pelan, tampak Debora menutup mata dan menikmati sapuan tangan Aaron.

Debora VaskeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang