Drrrrt!
Getaran ponsel yang terus menerus terjadi di dini hari berhasil menarik paksa Junhui dari alam mimpi. Pria manis itu mengerang kesal, hatinya mengutuk siapapun yang menghubunginya tak tahu waktu begini.
Mingyu
Demikian nama yang tertera di layar. Kalau Mingyu yang menghubunginya, maka Junhui tak mungkin menolaknya. Ia tidak ingin menyulut kemarahan sang gitaris lagi.
"Aku tidak menerima penolakan," demikian Mingyu pernah berkata.
Maka setelah mengumpulkan kesadaran beberapa detik, Junhui pun menerima panggilannya.
"Halo, Gyu?" Ia menyapa sang penelepon dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Tak ada jawaban. Hanya helaan napas berat yang terdengar.
Junhui mengernyitkan dahi, merasa ganjil dengan pria ini. "Gyu? Mingyu? Apa kau baik-baik saja?" ia bertanya dengan nada khawatir.
"Tidak ... Aku takut, Jun Hyung ...."
Junhui lekas bangkit dari posisi berbaring. Ia duduk dengan menekuk kedua lutut hingga menempel di dada. Sebelah tangannya meremas selimut dengan kuat, merasa kesal tak mengetahui hal apa yang seharusnya dilakukan untuk Mingyu sekarang.
"Kau takut kenapa, Gyu? Kau ada di mana sekarang?"
Tak ada jawaban.
Junhui dengan sabar menunggu sepatah kata terucap dari bibir Mingyu.
"Aku ada di luar rumah Jun Hyung ...."
Di detik berikutnya Junhui sudah berlari keluar kamar. Ia bahkan lupa untuk sekadar mengatakan "Aku akan ke sana". Meski biasanya ia takut pada ruangan gelap, tapi demi menemui Mingyu, ia berani melewati beberapa ruangan yang kini lampu-lampunya dalam keadaan padam.
Junhui membuka pintu dengan sangat pelan dan penuh kehati-hatian sebab takut orang tuanya mendengar. Setelah pintu terbuka, ia menemukan mobil Mingyu terparkir di seberang pekarangan. Tanpa membuang waktu, ia berlari kencang menghampiri pria itu.
Melihat Mingyu tengah duduk bersandar pada back rest seraya memejamkan mata, Junhui menghela napas lega --setidaknya Mingyu dalam keadaan aman, tanpa ada bahaya yang mengancam nyawanya.
"Gyu?" Junhui mengetuk pelan kaca mobil guna memberitahukan kedatangannya.
Mingyu membuka mata lalu menoleh. Pandangan mereka bertemu dan Junhui merasa hatinya begitu hancur melihat tatapan Mingyu yang menyorotkan ketakutan serta keputus asaan.
Setelah Mingyu membukakan pintu, Junhui segera duduk di sampingnya. Tepat saat itulah Junhui baru tersadar dirinya tidak mengenakan celana. Dengan canggung, ia menarik-narik ujung piyama supaya menutupi paha.
Tiba-tiba pahanya diselimuti oleh sebuah jaket. Menoleh ke samping, rupanya Mingyu melepas jaketnya demi menutupi bagian tubuh Junhui yang seharusnya tidak terlihat saat ini.
"Terima kasih ...."
Mingyu tersenyum simpul, "Aku yang seharusnya berterima kasih karena Jun Hyung menepati janji untuk selalu ada untukku."
Junhui meraih tangan kanan Mingyu dan menggenggamnya dengan kedua tangan, "Selama aku mampu, aku akan selalu ada untukmu."
Disertai senyum lembut dan sorot mata yang hangat, Mingyu menarik tubuh Junhui ke dalam pelukan.
Junhui paling tidak suka berpelukan di dalam mobil sebab terhalang tuas persneling. Oleh sebab itu ia dengan cepat melepaskan pelukan Mingyu.
Mingyu yang awalnya tampak terkejut, seketika berubah jadi menatap damba saat Junhui berpindah duduk ke pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me [WONHUIGYU]
FanfictionYang Junhui tahu, dirinya hanya menyukai Mingyu. Di sisi lain, Wonwoo mengetahui apa yang Junhui sebenarnya tidak ketahui. _______ _____ Junhui tentu merasa bersalah pada Wonwoo. Namun ia sendiri tak mampu membayangkan bila Wonwoo lah yang lebih dul...